''Sisil!'' panggil Bu Fitri. Sisil yang sedang berjalan di depannya itu kemudian menoleh.
''Eh Bu Fitri ada apa ya Buk?''
''Kamu lihat Zita tidak?''
''Zita? tidak Buk, memangnya kenapa ya?''
''Tidak apa-apa, ada yang ingin sampaikan sama Zita''
''Ohh---tadi pagi sih dia masuk ke kelas, tapi habis istirahat dia bolos nggak ikut pelajaran, nggak tahu deh kemana''
''Bolos?'' Bu Fitri mengerutkan keningnya.
Sisil pun mengangguk, ''Iya''
''Bolos kemana?'' tanya Bu Fitri penasaran.
''Kata temen-temen sih mereka pernah lihat Zita di rooftop, sama---anu--- perpustakaan!'' Jawab Sisil sambil mengingat-ingat.
''Kalian tahu tapi kok kalian nggak negur Zita?'' Sisil nyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
''Ohh itu--sebenernya Zita itu orangnya agak kaku dan cuek gitu Buk, jadi kita semua agak-agak takut sama Zita'' ucapnya lirih.
Bu Fitri menarik nafas panjang, ''Yaudah kalau gitu, makasih ya Sil!''
''Oke, Buk!!'' ujar Sisil mengangkat kedua jempol nya.
Seperginya Sisil kemudian Bu Fitri ke rooftop mencari keberadaan Zita. Sesampainya disana ia tidak melihat siapapun. Tempat itu kosong.
Kemudian ia beralih menuju perpustakaan. Disana banyak siswi yang membaca buku, namun dari sekian banyaknya orang disana, dia tidak melihat keberadaan Zita sama sekali. Bu Fitri pun berkeliling perpustakaan sambil terus mencari Zita.
Saat Bu Fitri sampai di bilik perpus paling pojok yang nampak sepi, ia melihat seseorang duduk meletakkan kepalanya di meja dengan kedua tangan dijadikan alas. Bu Fitri pun mendekati nya.
Dari sini terlihat jika orang tersebut adalah perempuan dan memakai celana. Ya. Dia adalah Zita. Bu Fitri tahu satu-satunya siswi di SMA ini yang mengenakan celana hanyalah Zita.
''Zi--'' Bu Fitri memegang bahu Zita dan mengguncangnya pelan. Belom ada pergerakan dari Zita.
''Zita, bangun'' kali ini Zita mendongakkan kepalanya ke seseorang yang mengajaknya bicara. ''Kamu sedang apa disini? ada yang mau Ibu bicarakan sama kamu, bisa ikut Ibu sebentar?'' tanya Bu Fitri lembut.
Zita masih menatapnya lama kemudian mengangguk samar. Bu Fitri pun berjalan keluar diikuti Zita di belakangnya.
...****************...
Zita menatap datar ke arah lembar kertas bertuliskan angka 'duapuluh' yang ditulis dengan tinta merah. Itu adalah kertas jawaban ulangan milik Zita kemarin. Bu Fitri membawa Zita ke ruangannya untuk memberikan hasil ulangan nya.
''Kamu dapat nilai terendah di ulangan kali ini, Ibu harap kedepannya nilai kamu semakin bagus lagi'' ujar Bu Fitri menatap Zita lembut.
''Kamu tenang saja, Bu Fitri dan teman-teman yang lain akan bantu kamu''
''Nggak perlu''
''Saya nggak perlu nilai atau apapun itu!'' imbuhnya.
''Jangan seperti itu, masa depan kam---''
''Saya udah nggak punya masa depan!'' potong Zita cepat.
'masa depan ku udah hilang sejak kakak pergi' lanjutnya dalam hati.
Bu Fitri menghela nafasnya, ''Oke, kalau kamu nggak mau, sebagai opsi lainnya kamu harus ikut satu ekstrakulikuler di SMA ini dan kamu harus bisa jadi yang terbaik untuk memperbaiki nilai di rapor kamu''
''Saya nggak mau'' ucapnya enteng.
''Zita!'' suara Bu Fitri naik satu oktaf. ''Saya tidak tahu dengan masalah apa yang kamu hadapi, tapi Ibu mohon sama kamu, jangan buat orang tua, sahabat dan orang-orang yang kamu sayang kecewa sama kamu."
Zita tertegun mendengar ucapan Bu Fitri. ''Ini Ibu kasih kamu formulir ekstrakulikuler, Bu Fitri harap kamu mau mendengarkan kata-kata saya'' ucapnya sambil menyodorkan sebuah kertas. Zita pun menerimanya. Mengamati sebentar kemudian keluar dari ruangan Bu Fitri.
Zita melangkah sambil terus memikirkan perkataan Bu Fitri. Ia kemudian duduk di bangku samping lapangan dan menyenderkan kepalanya di pohon. Menikmati semilir angin yang sejuk menerpa kulit putihnya.
''Woyy bengong aja!!'' tepukan seseorang membuat Zita terkejut.
''Gausah ganggu gue, bisa?!'' ujarnya dingin.
Rizky tersenyum, ''Sayangnya nggak bisa!'' membuat Zita mendecih.
''Lo ngapain disini? ini kertas apaan?'' tanya Rizky merebut kertas dari Zita.
''Ekstrakulikuler?! Lo disuruh ikut ekstra?''
''Hmm''
''Lo mau milih ekstra apa?!''
''Gue nggak mau!''
''Gimana kalau lo ikut ekstra karate?! gue juga ikut kok! Lo juga pinter kan beladiri?!'' tanya Rizky antusias.
''Nggak!''
''Gausah bohong deh! terus yang waktu itu apa?! gue yang ketua karate aja nggak bisa kaya gitu!''
Zita menoleh ke arah Rizky kemudian terkekeh kecil. ''Gue nggak salah denger?!''
Rizky mendengus sebal, ''Terserah kalau nggak percaya! tapi mau ya, Zi?!'' ucapnya memohon.
''Nggak!'' Zita masih kekeuh pada pendiriannya.
Rizky menghembuskan nafas berat, ''Lo emang bener-bener mau ngecewain Kakak lo ya?'' ucap Rizky lirih. ''Maksud lo?!''
''Gue nggak sengaja dengar waktu elo di ruangan Bu Fitri tadi. Omongan Bu Fitri itu ada bener nya Zi'' Zita langsung terdiam.
''Setidaknya lo nggak mau kan bikin Kakak lo kecewa?'' Rizky menatap dari samping wajah Zita yang menunduk. Sepertinya gadis itu sedang memikirkan perkataannya barusan.
''Kalau lo berubah pikiran, gue akan selalu dukung dan bantuin lo supaya bisa beralih dari rasa bersalah itu'' Rizky menepuk pundak Zita kemudian pergi memberikan waktu bagi Zita untuk memikirkannya.
Zita masih diam memikirkan ucapan Bu Fitri dan Rizky. 'Lo nggak mau kan bikin Kakak lo kecewa?' ucapan Rizky terus mengiang di pikiran Zita.
"Apa Zita udah keterlaluan Kak? apa Zita bisa jika harus memulai semuanya kembali tanpa Kak Tito? Zita takut kalau nggak ada Kakak! Zita butuh Kakak!'' gumamnya lirih. Tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipi mulusnya tanpa diminta.
...****************...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Little Peony
Semangat selalu thor 🌻
2021-05-11
0
Pink Panther
5 like+rate 5🙌👍
kutunggu kelanjutan like kk di karyaku Who is He?😄💕
2021-03-13
1
Ezrahi
like❤❤❤❤
2021-02-21
1