Satu

Zita bangun dari tidurnya. Diliriknya jam di nakas pukul 06.00. Semalam dia menangis hingga kelelahan lalu dia tertidur. Zita bangkit dan meraih handuk kemudian masuk ke kamar mandi.

Selesai memakai seragamnya dia melihat dirinya di depan cermin. Rambut sebahu yang hanya diikat asal dan tanpa make-up. Tak lupa muka dinginnya yang selalu melekat pada gadis cantik itu selama 1 setengah tahun terakhir ini.

''Sini sayang kamu sarapan dulu semalam belum makan kan?" sambut mamanya hangat saat Zita berjalan menuruni tangga.

Zita langsung duduk di meja makan dan memakan sarapan nya. ''Zita--'' Naya memegang salah satu punggung tangan putrinya yang tidak digunakan untuk makan.

Zita mendongak menatap wajah sendu ibunya. Dia tahu ibunya juga khawatir dengan keadaannya. Tapi apa boleh buat, dirinya masih belum bisa menerima kenyataan.

''Sayang nanti dianter mama ya ke sekolah? sekalian mama mau ngurus perpindahan kamu dari sekolah itu'' ujarnya pelan.

Mendadak dadanya bergemuruh mendengar perkataan mama nya.

''Kenapa sih mah? Zita kan bilang enggak mau!!!"

''Bener mama kamu Zita--kami juga kehilangan seperti kamu tapi jangan seperti ini sayang kami mohon---'' Papa nya membenarkan ucapan Mama nya.

''Sekali enggak ya enggak!!''

Zita bangkit dari duduknya meninggalkan ruang makan tanpa menghiraukan panggilan mama nya.

Zita menuju garasi mengeluarkan motor sport hitam milik Kakaknya itu. Menyalakan mesin dan melesat dengan cepat membelah kemacetan di ibukota.

...****************...

Zita berjalan santai melewati koridor sekolah memasukkan tangannya ke saku celana. Ya. Dia memang memakai celana saat bersekolah tak seperti teman wanitanya yang lain. Jika tidak memakai celana dia tidak mau bersekolah, begitu katanya. benar-benar anak ini!

Grep. Badannya dipeluk oleh seorang.

''Ngapain sih Nin. Lepas nggak!'' Zita mencoba melepaskan pelukan Nindy namun gadis itu memeluknya erat.

''Nggak mau! elo darimana aja telpon gue nggak lo angkat! whatsapp gue nggak lo bales! mau lo apa sih?!'' Nindy menghempaskan tubuh Zita karena kesal dengan sahabat nya itu.

''Tidur!'' balas Zita santai.

''Eiitss tunggu! elo nangis lagi ya semalem, mata lo bengkak gitu?! sini lo ikut gue!'' Nindy menarik paksa tangan Zita membuat sang empunya tangan menurut saja.

Nindy membawa Zita ke lapangan belakang tempat biasa mereka berdua bolos pelajaran dan berbagi cerita. Nindy mengetahui seberapa kehilangan nya Zita. Zita terlihat datar dan tegas saat berada di luar tapi saat berdua dengannya dia menunjukkan sisi paling rapuh nya.

''Gue tau Zi'' Zita masih diam.

Nindy menarik nafas panjang lalu membuangnya. ''Kalo ada masalah cerita aja, jangan disimpen sendiri.'' Dia menatap wajah Zita, lalu menggenggam tangan nya menyalurkan kekuatan padanya.

Lama Zita terdiam akhirnya ia membuka suara.'' Gue disuruh pindah sama Papa ke Jogja. Gue nggak mau. Gue nggak bakal bisa ninggalin ini semua. Gue nggak mau Nin.'' ujarnya menoleh ke Nindy.

''Ini emang berat buat lo. Gue tau banget lo itu gimana Zi. Tapi elo mau sampai kapan begini? Gimana masa depan lo nantinya? Lo masih punya orangtua yang sayang dan ngedukung elo. Elo mau gitu ngecewain mereka? Cuma elo yang mereka miliki saat ini Zi'' Nindy kini memegang kedua tangan Zita agar dia melihat ke arah nya.

Zita masih bungkam menatap manik mata Nindy yang menunjukkan penuh harap. ''Lo sama aja kaya nyokap gue!'' Zita hendak berdiri namun tangannya dicekal oleh Nindy.

''Dengerin dulu!''

''Apa sih?!''

''Lepasin gue Nin!''

''Gue mau yang terbaik buat elo Zi-- jangan kayak gini please--'' ''Kemana elo yang dulu Zi gue kangen---gue ngerasa kehilangan Zita dalam hidup gue--lo kayak orang lain buat gue.'' mata Nindy sekarang sudah berkaca-kaca.

Zita menatap Nindy yang kini mata nya memerah menahan tangis. Dia pun duduk kembali memeluk sahabatnya yang sudah dari TK selalu bersama nya itu.

...****************...

''Ayo sayang kita turun Papa udah nunggu di bawah'' ajak ibunya melihat putrinya yang masih memegangi ponsel.

Zita hanya diam tak menghiraukan ucapan ibu nya. Dia lalu bangkit sebagai tanda dia mendengarkan ucapan wanita yang telah melahirkannya itu. Dia akhirnya memutuskan untuk ikut bersama orangtuanya setelah Nindy memohon-mohon padanya.

Nindy memang orang yang selalu ada di sisinya selama ini. Dia sayang sekali dengan sahabat nya itu. Makanya ia pun mau ikut pindah bersama orangtuanya.

Zita menarik koper miliknya dan menyandang ransel hitam di bahu sebelah kanan nya. Dia menarik knop pintu kamar nya, ia kembali membalikkan badannya menatap sekeliling kamar.

Sebentar lagi, dan entah sampai kapan ia tidak bisa melihat suasana kamar nya ini yang penuh kenangan bersama Kakak nya.

Dia membuka pintu dan berjalan keluar. Naya menatap ketidakrelaan Zita meninggalkan rumah dan kenangan nya. Namun ini untuk kebaikan mereka semua. Agar mereka tidak terus mengingat kejadian dimana Tito meninggal.

''Mama sayang kamu Tito---dimanapun mama berada kamu selalu di hati mama-- maafin mama nggak bisa ngelindungin kamu--semoga kamu tenang ya nak disana.'' suaranya bergetar karena menahan tangis.

...****************...

Hai hai!!

Gimana ceritanya? Jangan lupa like dan comment ya:)

Butuh banget kritik dan saran kalian semua...

Semoga berkesan🤗

Terpopuler

Comments

My

My

Like

2021-03-23

1

🌻Ruby Kejora

🌻Ruby Kejora

, ❤️

2021-03-11

1

Alisya Putri

Alisya Putri

semangat up nya Thor 👍😄💪

a world full of zombies hadir lagi menceritakan tentang Teen Romantis dan petualangan 👍😆

2021-02-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!