Melly bersembunyi di sebuah pohon komboja yang tumbuh dalam area pemakaman itu sambil terus mengawasi apa yang di lakukan
intaianya.
Sementara itu, tak jauh dari tempat persembunyi Melly, Tampak seorang pria sedang duduk di sebuah makam tua yang terbuat dari marmer mahal bermotif bunga- bunga.
Air matanya metetes membentuk bola-bola kecil diatas marmer tersebut.
"Tuhan, terimalah arwah ibu dan tempatkanlah Beliau di antara orang-orang yang Engkau kasihi. Aamiin."
Ya! Jonhy Iskandar Hafid, seorang muda yang memiliki paras tampan yang begitu berwibawah harus menetaskan air matanya diatas makam tua ibunya.
"Ibu, Jhony datang lagi membawa seikat bunga kesukaan Ibu. Jhony harap Ibu menyukainya. Jhony selalu membayangkan kalau Ibu merangkul dan menciumi bunga pemberian Jhony ini, sambil tersenyum bahagia di alam sana. Andai saja waktu itu, Jhony sudah dewasa dan bisa mendapatkan pekerjaan seperti sekarang ini, mungkin penderitaan Ibu dan Jhony tidak seperti waktu itu. Ibu pun tidak akan secepat ini meninggalkan Jhony sendirian. Semua ini gara-gara si Tua bangka itu, Andai saja waktu itu, dia memberi membantu pada kita membiaya pengobatan Ibu, mungkin Ibu masih hidup sampai sekarang dan melewati hari-hari bahagia bersama Jhony. " ucap Jhony mengingat kembali kejadian dua puluh tahun silam.
FLashback.....
Dua puluh tahun silam.
Siang itu seorang anak laki-laki berumur sepuluh tahun mendatangi sebuah rumah mengah yang di kelilingi sebuah tembok dan pagar yang menjulang tinggi.
Ya benar, anak kecil itu tak lain dan tak bukan adalah Jhony kecil. Dengan pakaian yang sedikit kumuh menggoyang-goyangkan pintu pagar rumah megah tersebut sambil berteriak.
"Tolong buka, Aku ingin bertemu Ayahku" ucapnya sambil terus mengoyang pintu pagar yang terbuat dari besi.
Dari arah pos satpam tampak seorang pria tinggi besar mendatanginya.
"Hay anak kecil, kenapa kamu kemari lagi!. Apa kamu tidak bosan mendapat marah dan cacian dari Tuan Hafid dan Nyonya Shanty." bentak pria bertubuh besar itu dengan tatapan yang sangat tajam kearah bocah itu.
"Mereka mau mencaciku atau membunuhku sekalian Aku tidak perduli, asalkan mereka mau membiayai pengobatan Ibuku yang sekarang sedang sekarat dirumah sakit." Jhony yang memegang pintu pagar besi itu sembari menggoyang-goyangkanya lagi.
"Kamu ini benar-benar anak keras kepala.Cepat pergi dari sini atau Aku akan melepaskan anjing-anjing peliharaan Tuan Hafid untuk memangsa Tubuh kecilmu itu." ancam Pak satpam kepada Jhony.
Bukanya takut, Jhony kecil malah menentang Pak satpam itu.
"Lepaskanlah!, sekalian, biar anjing-anjing itu menggigit dan juga membunuhku, Aku tidak peduli. Untuk apa Aku hidup kalau Ibuku nantinya akan meninggalkan Aku sendiri di dunia ini. Apa Bapak tidak punya hati atau Bapak sudah mati rasa dengan penderitaan Ibuku dan Aku selama ini. Bila bapak berada di posisi Jhony, apa Bapak semudah itu akan menyerah dan membiarkan orang yang bapak sayangi meninggal tanpa bisa berbuat apa-apa?,". balas Jhony menatap tajam kearah pak satpam.
Lama pak satpam itu terdiam. Hingga, sebuah mobil mewah berhenti tepat di depan pagar dimana Jhony dan Pak Satpam itu sedang berdiri.
Setelah mesin mobil mewah tersebut mati. Dua orang keluar dari dalam sana dan mendekat kearah Jhony.
Plack......
Satu tamparan keras mendarat di pipi bocah malang itu.
Jhony terjatuh diatas lantai dan tak hayal lagi hidungnya mengeluarkan cairan berwarnah merah.
Bukanya menagis, Jhony malah tersenyum getir dan melap cairan merah tersebut menggunakan baju lusuhnya.
Baginya, perlakuan seperti ini sudah sering ia dapatkan setiap kali ia menginjakkan kakinya di rumah mewah itu.
"Untuk apa kamu datang!. Apa belum cukup setiap pukulan yang sering Aku hadiahkan padamu setiap kali kamu datang kemari!. Oh...atau kamu mau, Aku melepaskan anjing-anjing itu supaya sekalian memakan dagingmu dan mematahkan seluruh tulang belulangmu." bentak Hafid dengan suara sedikit keras.
Sebelum menjawab, Jhony kembali melap Hidungnya yang tanpa henti mengeluarkan darah segar.
"Silahkan lepaskan dan Aku akan membiarkan mereka mengisap darahku sampai habis. Ingat Tuan Hafid, darah yang ada dalam tubuhku ini mengalir darah Anda juga. Jadi, bila anjing-anjing itu memangsa dan menghabisi darahku, maka sama halnya anjing-anjing itu memakan daging dan meminum darah Anda juga bukan?." balas Jhony sedikit tersenyum tipis kearah Ayah yang tidak pernah mengakuinya sebagai anak.
Shanty, istri dari Hafid hanya terdiam dan melipat kedua tanganya di depan dada sambil menyandarkan tubuhnya di badan mobil.
Perempuan itu begitu senang bila Hafid suaminya menyiksa Jhony. Baginya, tontonan itu sangat menyenangkan sekali, sekalian membalas sakit hatinya pada Wulan, bekas pembatu yang dulu tertangkap basah tidur bersama Hafid saat pesta pergantian tahun dikediamanya.
Hafid mabuk berat dan memperkosa Wulan dalam kamar. Hafid berkilah kalau Wulanlah yang merayunya hingga dia berbuat seperti itu.
Hari itu juga Wulan diusir dan di buang bak sampah oleh Hafid dan Shanty.
Lama Hafid terdiam, tatapan matanya lekat pada wajah bocah yang ada di hadapanya. Sorot mata Jhony mengingatkan Hafid dengan sorot matanya sendiri. Getaran hatinya memang berkata kalau Jhony benar-benar darah dagingnya. Sedapat mungkin dia pungkiri tapi memang seperti itulah kenyataanya.
"Terus apa tujuanmu datang kemari! cepat katakan, karna Kami tidak mau ada gembel berkeliaran bebas di sekitar rumah Kami ini." ucap Hafid mencoba menghilangkan rasa yang mulai timbul di hati kecilnya.
"Ayah! tolong bantu Ibuku. Beliau sedang sakit parah dan harus segera di operasi siang ini juga. Tolonglah Ayah, kali ini saja." Jhony berlutut di hadapan Hafid sambil memeluk kaki Hafid dengan kedua tangan kecilnya.
"Chii....Ayah katamu! Aku bukan Ayahmu, Aku najis memiliki anak gembel sepertimu. Lagian untuk apa juga Aku membuang-buang uangku demi menyelamatkan nyawa wanita murahan seperti Ibumu itu. Cepat lepaskan kakiku, Aku mau masuk, banyak urusan yang harus Aku kerjakan bukanya cuman mengurusi gembel sepertimu. Paham!." Hafid menendang tubuh kecil Jhony hingga terjungal beberapa kali diatas lantai dan membentur tembok pagar yang terbuat dari batu.
Tak hayal lagi Jhony langsung hilang kesadaran akibat benturan keras dari tembok pagar tersebut.
Bukanya menolong, Hafid dan Shanty malah masuk kembali kedalam mobil dan menyuruh pak Satpam membuang tubuh Jhony jauh dari kediaman mereka.
Tragis betul nasib anak malang itu. Hanya ingin menyelamatkan nyawa Ibunya, ia harus mengorbankan dirinya sendiri demi sang Ibu yang lagi sekarat di rumah sakit.
Pak Satpam membawa tubuh mungil Jhony yang sudah tidak berdaya menggunakan mobil menjauh dari kediaman Hafid dan Shanti.
Setelah dirasa cukup jauh, Pak Satpam menghentikan dan mematikan mesin mobilnya.
Pak Satpam keluar dari dalam mobil dan mengeluarkan tubuh mungil Jhony dari dalam mobil dan meletakkanya diatas pos ronda yang saat itu sedang kosong.
Pak Satpam menegok kira dan kana untuk mewanti-wanti siapa tahu ada yang melihatnya.
Setelah dirasa aman Pak Satpam merogoh saku celananya dan mengeluarkan dua lembar uang lima puluh ribuh dan memasukkanya dalam saku celana milik Jhony.
"Hanya ini yang bisa Bapak berikan padamu! semoga kelak Kamu menjadi orang besar dan mematahkan kesombongan Tuan Hafid dan Nyonya Shanty." ucap Pak Satpam sembari membelai lembut pucuk kepala Jhony.
Tidak lama kemudian, Pak Satpam kembali masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Jhony kecil sendirian disana tanpa sadarkan diri.
👉Beri like, coment,vote, favorite dan rate bintan lima ya ..trima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Isli Herlina
semangat jhony, roda kehidupan berputar suatu saat ayahmu akan butuh dirimu, untuk bapak satpam sehat selalu
2023-03-08
0
Supartini
di sini bpk kok tega bener ya sama anak2nya gak salah mmg klo anak2 nya balas dendam pd mereka
2022-12-26
0
Berdo'a saja
dasar kadal buntung,, kalau buntung berarti ga punya ekor ya😀😀
2022-10-16
0