Keduanya melangkah memasuki pemakaman itu.
Belum juga beberapa langkah mereka memasuki tempat itu, Jhony tiba-tiba berhenti.
"Bu Yati, dimana makam Ibuku?." Jhony yang saat itu melayangkan pandanganya kesetiap penjuru area pemakaman.
"Ayo ikut Ibu...!." Bi Yati menarik pergelangan tangan Jhony dan melangkah lebih masuk kedalam area pemakaman.
Mereka berdua berhenti di sebuah gundukan tanah yang masih terlihat basah.
Tanpa bertanya lagi Jhony menjatuhkan tubuhnya dengan lutut sebagai tumpuannya.
Jhony bersimpuh di hadapan makam Ibunya dan memeluk gundukan tanah tersebut dengan tangan kecilnya.
Beban yang Jhony hadapi saat itu begitu besar. Diusia yang baru menginjam umur sepuluh tahun ia harus kehilangan sosok seorang Ibu yang selama ini menjadi tumpuan hidupnya.
"Ibu kenapa harus seperti ini!. Kenapa Ibu tidak menunggu Jhony untuk memberikan kebahagian kepada Ibu yang selama bertahun-tahun tidak pernah Ibu rasakan. Apa Ibu sudah tidak menyayangi Jhony sehingga Ibu tegah meninggalkan Jhony sebatang kara didunia ini?." Jhony menangis histeris sambil terus memeluk gundukan tanah makam ibunya.
"Nak, tabahkanlah hatimu. Semua ini sudah takdir Yang Maha Kuasa jadi iklaskanlah.Ibumu pasti sudah tenang dialam sana. urusan dunianya sudah selesai tinggal kita yang masih hidup ini harus terus megirimkanya doa untuknya, agar beliau mendapat tempat yang layak disinya." Bu Yati duduk sambil mengelus pundak Jhony.
"Tapi Bu Yati kenapa harus Ibuku!, kenapa bukan pria b4ngsat itu saja." balas Jhony yang masih terus menangis dengan kepergian Ibunya.
"Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Tuhan memanggil Ibumu sakin sayangnya Dia pada Almarhuma Ibumu, melebihi sayang kita pada beliau." Bu Yati yang terus memberi semangat pada bocah kecil itu.
Lama Jhony dan Bu Yati terdiam disana hingga suara guntur dan petir terdegar dari atas lagit.
"Nak, ayo kita pulang! sebentar lagi hujan akan turun. Kamu dengar sendiri bukan gemuru guntur dan kilatan petir diatas sana !"
"Ibu Yati duluan saja, Jhony masih mau bersama Ibuku." Jhony melap air matanya dengan pergelangan tangan kananya.
"Tapi ini sudah memasuki sholat magrib Nak, sebentar lagi malam akan tiba di tambah lagi hujan akan turun. Apa kamu yakin masih tetap mau tinggal disini!."
"Iya Bu! Jhony tahu,tapi izinkanlah Aku menemani Ibuku untuk malam ini saja." Jhony sedikit memelas pada Bu Yati.
"Baiklah! Tapi kalau nanti kamu berubah pikiran, kamu langsung ke panti asuhan milik Ibu ya! karna rumah kos yang dulu kamu dan Ibumu tempati sudah dikosongkan oleh pemiliknya dan semua barang-barang kalian sudah Ibu pindahkan ke panti." Bu Yati berdiri dan meninggalkan Jhony sendiri di pemakaman itu.
Setelah kepergian Bu Yati, Jhony hanya termenung menatapi makam Ibunya. Air matanya seolah-olah sudah habis terkuras menangisi kepergian Ibunya.
Sungguh cobaan hidup yang di hadapi bocah sekecil Jhony bila di pikir-pikir sudah melampaui batas kewajaran. Tapi satu hal yang harus selalu kita ingat, bahwa Tuhan tidak akan mencobai hambanya melebih batas ke mampuanya.
Dalam umur yang masih sangat muda, Jhony harus membanting tulang membatu Ibunya bekerja separuh waktu karna ia masih bersekolah.
Jhony tidak mau tinggal diam begitu saja melihat Ibunya bekerja sendirian memenuhi kebutuhan keseharian mereka dan juga membiayai kebutuhan sekolahnya.
Waktu terus berlalu hingga malam menyelimuti tempat dimana Jhony sedang berada saat ini.
Dinginya malam dan guyuran air hujan yang perlahan- lahan mulai turun, tidak mematahkan semangat Jhony untuk menemani malam pertama Ibunya di pemakaman itu.
Bocah itu hanya terdiam begitu saja seperti patung dan terus menatapi gundukan tanah makam ibunya yang terguyur air hujan.
Hingga pagi menjelang.....
"Jhony ...bangung!, astafirullah suhu badanya panas sekali." Bu Yati memegangi jidat Jhony dengan telapak tanganya.
Bu Yati datang kembali ke pemakaman itu pagi harinya karna ia sangat kuatir kepada Jhony.
Semalaman ia menunggui bocah itu di panti asuhan miliknya tapi Jhony tidak kunjung datang.
Sesampainya disana malah menemukan bocah itu sedang terkulai lemas diatas gundukan tanah makam Ibunya.
Dengan sekuat tenaga Bu Yati membopong tubuh kecil Jhony keluar dari area pemakaman.
Bu Yati mendudukkan tubuh Jhony diatas trotoar dan menyandarkan tubuh bocah itu di pagar pemakaman yang terbuat dari tembok.
Bu Yati kemudian mengeluarkan handphonenya dari dalam tasnya dan memesan sebuah taxi.
Tidak lama kemudian sebuah mobil berwarna putih mendekat kearah mereka dan berhenti pas dedepan Ibu Yati berdiri.
"Pak bisa bantu Saya mengangkat bocah itu masuk kedalam mobil." pinta Bu Yati kepada Bapak supir taxi.
"Bisa-bisa..." ucap Pak supir membuka pintu mobilnya dan berlari kecil mendekat kearah tubuh Jhony yang terkulai lemah.
Pak sopir mengankat tubuh Jhony dengan kedua tanganya dan memasukkan bocah kecil itu kedalam mobil bagian belakang khusus untuk penumpang dan membaringkanya disana.
Setelah dirasa cukup kini mobil yang mereka tumpangi melaju meninggalkan area pemakaman menuju panti asuhan milik Ibu Yati.
"Apa sebenarnya yang terjadi dengan anak itu!, Kenapa tubuhnya penuhi dengan luka dan kondisinya benar-benar memprihatinkan?." ucap Pak supir pada Bu Yati yang saat itu sedang duduk di sampingnya.
"Begini ceritanya........." ucap Bu Yati mulai menceritakan setiap kejadian yang terjadi di kehidupan Wulandari dan Jhony.
"Sungguh anak yang malang. Mungkin kalau anak lain seumurnya yang mengalami peristiwa seperti itu pasti sudah depresi karna tidak sanggup menahan beban hidup." ucap Pak supir dengan raut wajah sedih mendengar cerita Bu Yati.
Tidak lama kemudian kini mereka tiba di depan panti Asuhan Kasih Ibu milik Bu Yati.
Pak supir mengangkat tubuh Jhony masuk kedalam sebuah kamar kecil dan membaringkanya di atas tempat Tidur.
Setelah selesai pak supir keluar dari dalam kamar diikuti oleh Bu Yati dari belakangnya.
"Terima kasih pak atas bantuanya dan Ini ongkos taxi Bapak." Bu Yati memberi dua lembar uang biru kepada pak sopir.
"Sama-sama Bu." Pak supir sambil mengambil uang yang di sodorkan Bu Yati padanya.
Tidak lama kemudian Pak supir pun meninggalkan tempan itu dan melanjutkan mencari rezeki yang halal di luar sana.
Setelah kepergian Pak supir, Bu Yati kembali ke kamar dimana Jhony sedang terbaring.
Perempuan itu menyelimuti tubuh Jhony dengan selimut tebal lalu mengambil air dalam bilik kamar mandi untuk mengompres dahi Jhony dengan tujuan menurunkan suhu tubuhnya.
Beberapa hari kemudian Jhony mulai sembuh dan lambat laun mulai bangkit dari keterpurukanya.
Hingga pada suatu hari seorang perumpuan cantik mengadopsinya untuk menemani putranya yang selalu kesepian bila ia dan suaminya keluar bekarja.
👉terus beri like coment, vote dan vaforitenya ya ..trima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Supartini
iya pastinya nyonya elin
2022-12-26
0
Berdo'a saja
ternyata masih na👍👍👍😔😔😔😔😔
2022-10-16
0
Feri Feri Fernando
jhony semangat ya
2022-01-18
1