Hampir sudah tiga jam lamanya Jhony kecil terbaring tidak sadarkan diri di atas pos ronda.
Orang-orang yang berlalu lalang di sekitaran tempat itu tidak mempedulikan sama sekali tubuh mungil yang tergeletak diatas lantai kayu berlapis karpet tipis.
Mereka mengagap Jhony kecil hanya seorang gembel yang sedang melepas penatnya sementara di pos itu, sehingga mereka tidak berani untuk mengusiknya.
Tidak lama kemudian, tubuh kecil Jhony sedikit demi sedikit bergerak menandakan ia sudah siuman.
Perlahan-lahan mata bocah kecil itu mulai terbuka. Jhony tidak langsung bangun dari tempat tidurnya.Matanya menerawang kesetiap penjuru pos ronda tersebut.
Jhony merasa sangat asing dengan tempatnya itu.
"Dimana Aku ini!." Jhony mencoba mengumpulkan semua ingatanya sambil bangun dari tempat tidurnya.
"Kenapa kepalaku sakit sekali?. Apa sebenarnya yang terjadi denganku ini!." Jhony yang masih terus binggung dengan kejadian yang menimpanya.
Tiba-tiba mata bocah itu terbelalak. Rangkaian demi rangkaian peristiwa satu persatu mulai terkumpul dalam ingatanya. Dari sebelum ia berangkat dari rumah sakit, sampai tubuhnya terbentur keras di dinding pagar karena mendapat tendanga dari Hafid.
"Ternya benar kata Ibu! dia memang bukan Ayahku, Mana ada seorang Ayah yang tegah melukai anaknya sendiri hingga hampir mati seperti yang di lakukannya padaku. Sekejam- kejamnya seekor binatang buas takkan mungkin ia mau melukai atau membunuh darah dagingnya sendiri. Mulai hari ini dan seterusnya Aku bersumpah, kalau dia itu bukan Ayahku lagi dan Aku ini bukan Anaknya lagi. Sakit hati dan luka yang telah ia torehkan kedalam tubuhku sudah impas membayar arti seorang anak kepada seorang Ayah. Tuhan, bila aku berdosa karna ucapanku ini, maka aku ridho mendapat murkahMu." Jhony menatap dengan tatapan kosong.
Mulai hari itu, hati murni seorang bocah harus ternodai karena memendam dendam yang begitu mendalam kepada Ayah yang tidak pernah menganggapnya sebagai anak.
Salahkah? benarkah? yang dilakukan oleh bocah sekecil Jhony kepada Ayah kandungnya itu. Ah... biar Tuhan saja yang menjawabnya di hari kemudian
Jhony turun dari pos ronda sembari menatap jam tangan kecil yang ada di pergelangan tangan kirinya.
"Astaga sudah jam empat sore. Aku harus kerumah sakit untuk menemui Ibu. Beliau pasti sudah sedari tadi mencariku."
Jhony berlari menuju arah rumah sakit dimana sekarang ini ibunya harus bertarung melawan kanker yang ia derita.
Jhony terus berlari melewati satu gang ke gang yang lain untuk mempercepat dirinya sampai ke rumah sakit dimana Ibunya sedang dirawat.
Dengan susahpaya dan butuh perjuangan yang begitu melelahkan akhirnya bocah kecil itu sampai juga dirumah sakit yang ia tuju.
Keringan sudah membasahi sekujur tubuh bocah kecil itu.
Baju basah, wajah penuh luka membuat orang-orang yang ada di sana jijik melihatnya.
Jhony tidak peduli dengan tatapan sinis mereka. Yang ada dalam pikiranya saat ini adalah Ibunya.
Jhony terus berlari menuju kearah kamar dimana Ibunya sedang dirawat. Saat tiba di depan kamar Ibunya, Jhony memutar gagang pintu tersebut dan dengan tubuh kecilnya ia mendorong daun pintu hingga terbuka lebar.
Matanya terbelalak setelah melihat keadaan dalam kamar sudah dalam keadaan rapi.
"Dimana Ibuku!." ucap Jhony sambil melayangkan pandanganya keseluruh penjuruh ruangan itu .
Karna orang yang di carinya tidak ada dalam ruangan itu. Jhony kemudian berbalik dan berencana mempertanyakan ke beradaan Ibunya keruang Resepsionis rumah sakit.
Jhony berlari ke arah ruang resepsionis rumah sakit, hatinya begitu gunda memikirkan keberadaan Ibunya.
Tapi belum juga ia sampai keruangan yang ia tuju. Tiba-tiba seorang perempuan memanggil namanya.
"Nak Jhony!" ucap seorang perempuan kira-kira seumuran dengan Ibunya mendekat kearahnya.
"Bu Yati....." balas Jhony menghentikan langkahnya.
"Dari mana saja kamu Nak! Ibu sedari tadi menunggumu disini. terus kenapa dengan wajahmu ini! " Bu Yati sembari memegangi wajah Jhony yang penuh dengan luka.
"Aku kerumah pria itu untuk meminta bantuan pengobatan Ibu, Tapi ia malah memukulku dan membuangku bagai sampah di suatu tempat." Jhony menundukkan sedikit kepalanya.
"Maksud kamu! kamu kerumah Tuan hafid dirgantara." Bu Yati sedikit mengangkat wajah Jhony agar menatapnya.
Jhony tidak menjawab ia hanya mengangguk kecil.
"Jhony, Jhony kenapa kamu kesana lagi!. Sampai kapan pun orang kaya sombong itu tidak akan pernah mau membantumu."
"Hanya itu satu-satunya cara agar Ibuku sembuh dari penyakit yang ia derita."
"Iya Nak Ibu mengerti, tapi kalau dia memperlakukanmu sekejam ini, Ibu merasa tidak iklas" Bu Yati memeluk tubuh Jhony dengan deraian air mata.
Lama mereka terdiam disana hingga Jhony melepas pelukan Ibu Yati.
"Bu Yati dimana Ibuku?. Tadi aku ke kamarnya tapi Ibuku tidak ada disana. Apa Ibu Yati melihatnya?."
"Ayo kita duduk dulu disana untuk menenangkan hati." Bu Yati menarik tangan kecil Jhony menuju kursi khusus untuk para pengunjung rumah sakit.
Setelah tiba di kursi pengunjung Jhony dan Bu Yati mendudukkan tubuh mereka diatas sana
"Nak, Kamu yang sabar ya!." Bu Yati membelai lembut punghung Jhony.
"Maksud Ibu Yati apa?." balas Jhony dengan tatapan tajam.
Sebelum menjawab Bu Yati menarik nafas dalam-dalam dan menghempaskanya dengan sangat kasar.
"Nak, ibumu sudah tidak ada." Bu Yati yang coba menahan air matanya tapi tetap saja butiran-butiran kristal itu tak sanggup ia bendung.
"Maksud Ibu Yati apa!, dengan Ibuku sudah tidak ada?." Jhony sedikit mendekatkan wajah kecilnya kearah wajah Bu Yati.
"Ibumu meninggal tadi siang setelah kamu pergi menemui Tuan Hafid." Bu Yati yang sudah tidak bisa lagi menahan air matanya.
"Ibu Yati pasti bohong. Ibu Yati cuman bercanda bukan! Ibuku masih hidup dan ia masih menungguku untuk mencari biaya pengobatanya." Jhony menggoyang goyang tubuh Bu Yati.
"Tenangkan dirimu Nak!" Bu Yati memeluk tubuh kecil Jhony yang terus meronta tak menerima kalau Ibunya kini sudah Tiada.
"Ibu Yati pasti bohong! Ibuku masih hidup. kenapa ibu meninggalkanku sendirian di dunia ini. Kenapa tidak sekalian Ibu megajak Jhony kesana." Jhony menagis dan terus meronta-ronta dalam pelukan Bu Yati.
"Nak tidak boleh berkata seperti itu. Ibumu sudah tenang di alam disana. Kamu harus mengiklaskan kepergianya."
Lama mereka terdiam disana. Hanya sesekali isak tagis Jhony terdengar di gendang telinga Ibu Yati.
"Nak, Ayo kita ke makam Ibumu. Ibu sudah mengurus pegebumian Ibumu tadi sebelum Ibu kesini untuk mencarimu. Karna Ibu yakin kamu pasti kesini untuk menemui Ibumu." Bu Yati melepaskan pelukannya setelah suasana hati Jhony sedikit mulai tenang.
Jhony tidak menjawab ia hanya bangkit dari tempat duduknya dan mengikuti langkah Bu Yati yang sedang menarik pergelangan tanganya.
Hati bocah itu begitu hancur, pilu, sedih bercampur jadi satu. Gairah hidupnya terasa mati terbawah bersama arwah Ibunya.
Bu Yati memesan sebuah taxi melalui phonenya sebelum mereka keluar dari gedung rumah sakit tersebut.
Tidak Lama kemudian, kini Mereka menuju tempat pemakaman umum dimana Ibu Jhony baru saja dikebumikan menggunakan taxi yang sudah di pesan Bu Yati sebelumnya.
Hanya butuh waktu sepuluh menit saja kini taxi yang mereka tumpanggi sudah berhenti di depan pintu gerbang sebuah pemakaman umum yang terbilang cukup luas.
👉 terus dukung ya dengan cara beri like, vote, coment dan favorite...trima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 126 Episodes
Comments
Isli Herlina
masih banyak orang baik di sekitar mu jhony, semangat
2023-03-08
0
Supartini
😥😥😥😥😥
2022-12-26
0
Berdo'a saja
penasaran ketemunya dg Aldo gimana yaa
2022-10-16
0