Pertemuan dan kenalan

Hari tes berganti akhirnya seminggu yang ditunggu telah tiba, kini tiba saatnya pertemuan yang di atur itu tepat adanya. Bahkan mungkin saja Arina sudah tidak bisa mengelak.

Memgigat empat hari lalu, nenek Widia menemui sang ibu. Dan sang ibu pun menemui ya bahkan ibu menyetujui perjodohan itu. Entah apa yang di ceritakan pada ibuku sehingga ia menyetujui perjodohan ini.

Empat hari lalu

Rosa dan nyonya Widia pergi ke rumah orangtua Arina, setelah mereka sampai ia mendapati ibu Rahma mah di rumah dan sedang sibuk membenahi tanaman dihalaman depan rumah.

"apakah benar ini kediaman ibu Rahmania?" Rosa menyapa wanita masih setengah muda, yang sedang di depan taman sambil menggunting tanaman bonsai.

"benar, dengan saya sendiri," ibu Rahma membenarkan.

"Maaf bu jika kedatangan saya menggangu kegiatan ibu, jika tidak mengganggu saya ingin berbicara dengan ibu! Mungkin kita baru pertama kali bertemu tapi langsung ingin berbicara serius." ungkap nyonya Widia.

"Tidak apa ibu, ada yang bisa saya bantu atau saya jawab? Oh ya bu silakan masuk mari" ajak ibu Rahman seraya menuntun masuk ke dalam.

Setelah memasuki rumah yang hanya berukuran setengah dari rumah nyonya Widia, namun rumah ini terlihat rapi dan sangat modern dengan interior masakini.

Nyonya Widia melihat foto yang berjejer di dinding dan berbagai penghargaan ada di sana. Ia tersenyum bangga jika kelak Arina akan menjadi cucu dia, secara gadis ini memiliki ketanguhan dan ambisi yang baik.

Ibu Rahma keluar dengan membawa nampan berisi dua gelas teh dan kue basah buatannya, ibu Rahma sama sperti Arina dia pandai memasak hanya saja arin tidak pernah mengizinkan ibunya ikut andil dalam bisnis.. Meski berulang laki sudah ibu Rahma meminta Arina.

"Silahka di minum bu tehnya selagi masih hangat," ibu Rahma mempersilahkan kedua tamunya menikmati hidangan sederhana.

Setelah menyeruput tehnya nyonya Widia yang duduk di dampingi Rosa memulai mengutarakan maksud dan tujuannya datang menemui ibu Rahma.

"saya datang kerumah ibu ingin, meminta ibu untuk menjadi besan saya. Mungkin ibu terkejut karna saya belum mengenal kan diri lebih dulu. Perkenalkan saya Widia Kinanti Dhiningrat, saya sangat mengenal ayahmu Rahma dulu ayahmu banyak membantu suamiku. Tapi entah kenapa setelah kami sudah mencapai kesuksesan karna bantuan dia, dia pergi ke kampung halaman dengan alasan ingin tenang di desa," papar nyonya Widia.

"Lalu apa hubungannya dengan kedatangan anda ke sini bu," tanya ibu Rahma seraya menyodorkan kue

"aku ingin anakmu menjadi cucuku, kemarin aku menemui Arina, dan kamu tau aku sangat suka dia dengan segala kegigihannya. Apakah kamu setuju jika aku ingin dia menjadi istri Younga?" dia bertanya sambil meraih tangan ibu.

"Aku tidak memilih dalam pasangan anakku bu, tapi itu semua kembali lagi kepada anakku. Aku paham sekali dia seperti apa? Karna dia tidak ingin gagal seperti aku." ungkap ibuku

"Aku paham nak, aku akan meyakinkan putri mu. Aku tak akan yakinkan dia bahwa dia akan mau menikah dengan cucu ku." nyonya Widia meyakinkan kembali.

"Berarti ibu ini sahabat yang sering di ceritakan oleh ayah dulu tapi aku tak ingat siapa namanya. Bapak juga dulu kerap bercerita ada sepasang suami istri di kota yang menjadi temannya." mengingat kembali kenangan yang di cetakan pertama kali oleh kakek Arina.

Setelah berbicara panjang lebar, menceritakan tentang pertemanan masa lalu yang mereka jalani. Sampai akhirnya nyonya Widia berpamitan pulang, dan sebelum itu dia meminta Rosa untuk menghubungi ku lewat telpon bahwa akan ada pertemuan kembali.

TIBALAH HARI INI

Arina, ibunya dan di temani Rike sudah datang lebih awal di restaurant terkenal di Jakarta dan mereka menunggu kedatangan nyonya Widia dengan sang cucu.

Tak berapa lama yang tunggu akhirnya datang nyonya Widia dan ditemani seorang pria tampan, yang bertubuh atletis dan sangat gagah tentunya.

"Maaf sudah lama menunggu kami," sapa nyonya Widia

"tidak bu, kami pun baru sampai." ibu Rahma membalas dengan sopan.

Younga yang melihat gadis yang duduk dipojok samping langsung mengerutkan dahinya, ia mengingat wanita yang dia lihat tempo hari di hotel. Sontak Younga membuyarkan pikirannya karna nenek Widia meminta merka berkenalan.

"nah sekarang giliran kalian berkenalan mungkin kalian belum saling mengenal," nenek Widia memberi titah.

Arina yang tampak ragu mengulurkan tangan , dan begitupun sebaliknya. Saling tatap inilah awal pertemuan keduanya entahlah ini akan baik atau tidak kedepannya mereka tidak tau hanya saat ini mereka bertemu untuk menghormati keputusan ibu dan nenek Widia.

" Younga Djoyo, "di mengulurkan tangan lebih dulu.

" Arina Mentari, " aku membalas uluran tangan dan seraya tersenyum.

"Wahh terlihat wibawa, dan sangat tegas sepertinya" aku membatin

"dia yang kulihat di hotel kemarin, mimpi apa aku bisa bertemu kembali." dalam hati Younga berbicara sendiri.

Saling menatap itu sudah pasti, tegang jangan tanya lagi, Entah perkataan dan pertanyaan apa yang ingin mengawali pertemuan mereka? Seluruh kota ini tau pasti dia siapa Younga , Arina memang tau sedikit banyaj tentang lelaki di hadapannya. Kini. Merka hanya berdua dirungan resto ini. Sementara Nenek dan ibu Rahma pergi ke lain ruangan VVIP restoran ini, mereka meninggalkan mereka berdua dengan dalih supaya saling sapa dan mengenal.

Tak berapa lama makanan yang sudah di pesan kini sudah datang, dan pelayan menyajikan di atas meja.

"kamu ada alergi seafood?" tanya Younga

"euhhhh, enggak Mas aku gak ada alergi," sedikit terkaget dengan suaranya yang sedikit lantang.

Younga yang mengangguk dan mempersilahkan makan, serentak mereka menikmati hidangan makanan yang telah di daajikan oleh pramusaji di sini.

"kamu pasti paham makanan dan masakan seperti ini?" dia berbicara sedikit lirih

"ouhh iya Mas kebetulan saya tau sedikit banyak tentang resep masakan," aduh jawaban macam apa ini Arina batin Arina.

Sedikit hening kembali.

"lalu apa pendapat mu tentang perjodohan ini," pertanyaan Younga yang langsung oda intinya dan dia mengejutkan Arina .

Sampai Arina tersedak makanan dan segera mencari gelas di samping dia, "ahhhh" Younga yang sigap memberikan gelas air minum.

"kenapa?" Younga yang bertanya.

"Entah mau jawab dari mana, karna menurut ku pernikahan bukan hal untuk di permainan dan di sia-siakan. Pernikan butuh saling mengerti satu sama lainnya, jangan ada penghianatan atau menghianati melainkan saling mengisi satu sama lain," jelas ku sambil memisahkan kulit kerang.

Suasan sedikit hening dan sedikit menyita pandangan mereka berdua, Younga yang tersipu dengan jawaban Arina segera ia mengelap mulutnya dengan tisu. Tapi itulah kenyataan yang di katakan Arina. Jangan saling menghianati dalam berhubungan dan saling menjaga satu sama lainnya. Rusakany pernikahan atau suatu hubungan bukan karna orang ketiga tapi karna komunikasi dan saling yang kita miliki. Younga terdiam mendengar kata-kata itu, dia sadar belum pernah setia karna dia perbah kehilangan kesetiaan dari wanita sebagai kekasihnya dulu.

Jika kurang saling dan komunikasi maka semua itu mungkin bisa jadi perpisahan. Dia mencerna kata-kata Arina dan berpura-pura tak terjadi apa apa lang ia meneguk air di gelas.

Terpopuler

Comments

Dirah Guak Kui

Dirah Guak Kui

yes Arina emang hebat, sekali tusuk pedangnya sampai ke ulu hati yg terdlm👍

2021-11-30

0

Yadi

Yadi

kami nggak bisa komen krn tegang, isinya penuh dgn pelajaran yang Ariana ucapkan kpd Yonga 😂🤣

2021-03-25

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 71 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!