Sebuah keputusan
Rendy menatap langit langit kamarnya, kata-kata para sahabatnya tadi siang masih terngiang ditelinganya.
Benarkah keputusan yang akan aku ambil dan jalani ini? Kalau soal kebaikan Dinda sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Tapi apakah aku yakin dengan pilihan hatiku dan bagaimana dengan Dinda. Apa dia mau menerima lamaranku.
Rendy menarik rambutnya kasar.
Malam ini aku harus mengambil sebuah keputusan yang paling penting dalam hidupku. Semoga aku tidak salah melangkah.
Rendy mengambil handphonenya dan mengirim pesan kepada Rico.
***Rendy
Ric, aku sudah memutuskan. Aku akan bicara pada Dinda besok tentang niatku ingin melamarnya. Tolong kamu dan istrimu bantu untuk meyakinkan Dinda untuk menerima lamaranku. Tolonglah otakku saat ini sedang buntu.
Rico
Alhamdulillah kalau kamu sudah memutuskan niat kamu. InsyaAllah aku dan istriku siap membantu.
Rendy
Terimakasih banyak Bro
Rico
Sama sama***
Rendy bangkit dari tempat tidur menuju kamar mandi. Entah bisikan dari mana dia berwudhu dan melaksanakan shalat. Shalat yang sudah lama dia tinggalkan.
Dalam doanya dia memohon petunjuk dan keyakinan hati untuk memantapkan niatnya melamar Dinda. Semoga Allah mendengar doanya dan mengabulkannya.
******
"Dinda nanti siang tolong kamu buat reservasi di Restouran XYZ dan aku akan ajak kamu untuk jumpail dengan client baru kita" Perintah Rendy pada saat Dinda selesai membacakan jadwal kerja Rendy hari ini.
"Baik Pak, untuk acara jam berapa ya Pak?" Tanya Dinda.
"Jam 12 saja pas waktu makan siang" Rendy menatap berkas yang ada dihadapannya berusaha untuk menetralkan jantungnya yang dari tadi berdetak tidak karuan.
Dinda melangkah keluar menuju meja kerjanya. Rendy menatap tampilan Dinda hari ini dari dalam ruangannya yang bisa tembus pandang keluar.
Hari ni Dinda memakai baju Pink corak bunga, celana bahan kain warna hitam dan jilbab pink polos. Entah mengapa kamu tampak lebih cantik setiap memakai baju berwarna pink.
Hari ini Rendy tidak bisa fokus bekerja, dia sangat gelisah menanti waktu siang. Rasanya lebih tegang dari pada harus meeting dengan client membahas proyek besar dan memenangkan proyek tersebut.
Kali ini membahas proyek masa depan yang jauh lebih penting. Semoga berjalan sengan lancar. Tak putus Rendy berdoa dalam hati.
Jam menunjukkan angka 11.30, Dinda masuk keruangan Rendy dengan menenteng tas kecilnya.
"Sudah bisa kita berangkat Pak?" Tanya Dinda.
Rendy yang hanya membuka buka berkas dihadapannya tanpa satupun yang dia baca akhirnya menutup semua berkas itu kemudian memakai jas nya dan merapikan penampilannya. Dia harus terlihat sempurna hari ini demi masa depan hidupnya.
"Ayo" Ujarnya pada Dinda, kemudian mereka melangkah menuju lift turun kelantai bawah dan menaiki mobil menuju Restourant XYZ
Sesampainya di Restourant itu Dinda merasa aneh mengapa clientnya tak kunjung datang. Karena penasaran akhirnya dia bertanya.
"Clientnya sudah dimana Pak, apa mereka akan datang" Tanya Dinda.
"Sebenarnya aku tidak ada janji dengan client hari ini Dinda. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan pada kamu berdua"
Dinda terdiam dan mulai merasa panik. Apa yang ingin Bosnya ini katakan. Apakah dia ingin memecatku? tapi apa salahku? Batin Dinda.
"Kamu cukup mendengarkan cerita saya saja setelah itu baru kamu kasi jawaban" Rendy memulai pembicaraan setelah Dinda menganggukkan kepala tanda dia mengerti.
"Sebulan yang lalu kamu mendengarkan kalau Papa saya sakit. Dia punya penyakit jantung dan tidak bisa dioperasi lagi. Fisiknya semakin lemah, saya tidak pernah melihatnya dalam keadaan lemah seperti ini. Dia memohon satu permintaan pada saya katanya mungkin ini adalah permintaan terakhirnya dan saya tidak bisa menolaknya"
Rendy menarik nafas panjang dan kembali bercerita
"Dia ingin sebelum dia meninggal, Dia melihat saya menikah. Saya pernah kan cerita ke kamu kalau Papa saya adalah orang yang keras dan banyak tuntutan dan peraturan?" Dinda menganggukkan wajahnya.
"Dia menarik semua tuntutannya pada saya, saya bebas menentukan dan memilih hidup saya, apa yang saya inginkan. Bahkan dalam memilih calon istri saya boleh memilih siapa saja asalkan dia wanita yang baik. Hanya itu permintaan Papa saya. Wanita yang baik" Dinda semakin bingung kemana arah pembicaraan Rendy dan apa hubungannya dengan dia.
"Saat ini saya tidak mempunyai calon istri dan saya sedang tidak dekat dengan wanita mana pun. Saya tidak tau harus mencari wanita yang baik itu kemana? Sampai saya melihat kamu. Saya sangat yakin kamu adalah wanita yang baik" Dinda menahan nafasnya. Dia sangat terkejut mendengar kata kata Rendy. Apakah ini sebuah lamaran.
"Maukah kamu menikah dengan saya, menjadi istri saya?" Tanya Rendy
"Saya tau ini terkesan terburu buru dan mendadak tapi saya tidak punya waktu banyak dan tidak tau harus mencari wanita baik yang lain. Yang terlintas difikiran saya hanya kamu. Kamu yang bisa menolong saya untuk mengabulkan permintaan terakhir Papa saya" Rendy mencoba meyakinkan Dinda untuk menerima permintaannya.
"Tolong jawab Din" Rendy sudah tidak sabar mendengar jawaban Dinda.
"Bisa saya meminta waktu Pak?" Akhirnya Dinda bersuara.
"Jujur saya sangat terkejut mendengar cerita bapak, Saya tidak bisa memutuskan sekarang. Saya minta waktu Pak?" Pinta Dinda.
" Terlalu lama Din, saya takut Papa saya tidak bisa menunggunya" ucap Rendy.
"Bagaimana kalau 4 hari Pak? Hari Jumat malam Bapak bisa datang kerumah saya bertemu dengan keluarga saya dan utarakan keinginan Bapak pada keluarga saya. Apapun jawaban mereka saya harap Bapak bisa menerimanya dengan lapang dada" Dinda memberikan penawaran terakhir.
"Baiklah 4 hari, saya akan datang kerumah kamu seperti permintaan kamu" Rendy dan Dinda kemudian makan dalam diam. Mereka bermain dengan fikiran mereka masing masing. Waktu makan siang sudah mau habis mereka kembali ķe kantor.
Sore ini seperti biasa Dinda pulang dengan menggunakan bus umum. Dinda menunggu Bus datang dihalte dekat kantornya.
sebuah Mobil kembali menghampirinya dan Dinda mengenal mobil itu. Itu adalah mobil Ivan. Bersamaan dengan itu Bus tujuan rumah Dinda datang. Dinda langsung bergegas naik kedalam Bus.
Huft... Selamat. Dinda menarik nafas lega.
Sesampainya di depan gang rumah Dinda Bus pun berhenti kemudian Dinsmda turun, dari kejauhan dia melihat mobil Ivan mengikutinya dari belakang. Dinda berjalan kencang agar bisa segera sampai dirumahnya.
Saat Dinda sudah berada tepat didepan rumahnya mobil Ivan pun berhenti, Ivan keluar dan menarik paksa tangan Dinda.
"Din tolong dengarkan aku, aku minta waktu kamu untuk mendengarkan penjelasanku. Aku minta maaf Din atas kesalahanku dulu" Ivan setengah memaksa Dinda.
Dinda menghentakkan tangannya dan terlepas dari genggaman tangan Ivan.
"Gak ada yang perlu dijelaskan dan di maafkan lagi Van, semua sudah berlalu. Itu hanya masa lalu. Gak usah dibahas lagi" Dinda semakin kesal dengan sikap Ivan yang semakin kasar.
Ivan yang ingin menarik tangan Dinda lagi tiba-tiba dihalangi Nanda kakaknya Dinda.
"Kamu tidak dengar apa yang Dinda katakan? Laki-laki brengs** kamu". Nanda memukul wajah Ivan dan mengenai pipinya. Ivan jatuh tersungkur.
"Jangan pernah kamu cari Dinda lagi, kalau tidak aku akan buat perhitungan dengan kamu. Aku tidak perduli walau kamu dari keluarga kaya sekalipun aku tidak takut berhadapan dengan kamu" Nanda terlihat sangat emosi.
Dinda mulai menangis terisak, dia pun lari masuk kedalam rumah. Ibu dan kakak iparnya memeluk dan menenangkan Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
DewiAffan
punya abang laki bisa melindungi adenya...
2021-06-22
7
Ety Nadhif
aku suka cari rend,,,menceritakan segala niatnya dengan baik tuk melamar Dinda walau blm ada rasa cinta
2021-04-02
5
tini_evel
terima aj lamaran rendi, biar si ivan ngga ngejar2 kamu lagi din..
2021-04-01
3