Curhat
Hari ini Dinda bisa memenuhi janjinya makan siang dengan Febri. Bos bekunya keluar saat jadwal makan siang katanya ingin menjenguk orangtuanya yang sedang dirawat dirumah sakit dan langsung bertemu klient diluar, mungkin tidak kembali lagi kekantor. Jadi kerjaan Dinda senggang hari ini.
"Nih feb oleh oleh untuk kamu" Dinda memberikan bungkusan yang sudah dibawanya dari kemarin.
"Uuuuh... makasih sayangku" Febri memeluk Dinda manja.
Huuh karena ada maunya bisik Dinda dan dia pun tertawa melihat tingkah laku sahabatnya itu.
"Feb hari ini kamu ada acara gak?" tanya Dinda
"Gak ada beb, emang kenapa?" Febri balik bertanya.
"Pulang kerja kita nongkrong yuk, ada yang mau aku ceritain sama kamu" ucap Dinda.
"Waoooow... aku mencium adanya wangi asmara nih" Febri menggoda Dinda.
"Iya asmara yang sudah terhapus tsunami" Dinda menimpali
"Serem amat sih beb, aku jadi merinding" Febri hanya pura-pura.
"Bukannya kamu jadi beku dibuat siberuang kutub?" Tanya febri antusias.
"Iiiih bukan soal dia. Nanti deh aku akan cerita panjang lebar. Pusing aku memikirkannya makanya aku mau cerita sama kamu"
"Siap Bos, saya akan mendengarkan semua curhatanmua asalkan kau dapat bernafas dengan lega"
"Lebay lo" cibir Dinda.
Mereka kemudian menikmati menu makan siang setelah itu mereka berjanji akan bertemu lagi nanti sore setelah pulang kerja.
*** Di Cafe Pelangi
"Feb aku bingung ni" Dinda mulai bercerita
"Kemarin kan aku meeting diluar sama Bos Beku ketemu sama klient yang akan kerjasama dengan perusahaan kita"
"trus?" tanya Febri
"Ternyata klient itu mantan pacarku"
"Astaga Dinda kamu berada antara cinta lama dan calon cinta baru"
"calon cinta baru, siapa?" tanya Dinda penasaran.
"Ya Bos bekulah, mendadak amnesia" celetuk Febri.
"trus... trus...?" tanya Febri lagi.
"Terus.. Terus... ya nabrak donk" Dinda makin kesal sahabatnya ini belum juga serius.
" Duh ngambek, cerita donk beb biar aku dengar" Febri kembali merayu Dinda.
"Namanya Ivan, kami kenal saat masih kuliah dan pacaran selama 3 tahun sampai kami masing masing sudah bekerja, tapi 3 tahun yang lalu semua terjadi secara bersamaan. Papaku meninggal karena kecelakaan, Mamaku stroke karena terkejut mendengar berita Papa meninggal dan Ivan memutuskanku karena orangtuanya tidak setuju dia berhubungan denganku yang berasal dari keluarga pas pasan. Dia dijodohkan dengan pilihan orangtuanya. Yang membuat aku kesal itu sedikitpun dia tidak ada memperjuangkan cinta kami. Aku seperti tidak berarti dihatinya. Tanpa ada kata-kata atau pembelaan terhadap diriku pada keluarganya dia memberikan surat undangan pernikahannya. Saat itu aku yang sudah tidak bekerja lagi karena fokus merawat Mamaku merasa sangat hancur dan terpuruk" Mata Dinda berkaca kaca mengingat kejadian itu.
"Kurang a**r laki-laki itu. klo jumpa tak petes kepalanya" Febri geram mendengar cerita Dinda
"Yang membuat aku bingung kerjasama perusahaan kita baru dimulai kedepannya aku pasti akan sering bertemu dengan dia lagi. Aku harus bagaimana Feb?" Dinda berharap masukan dari sahabatnya itu.
"Kamu cerita aja sama si Bos ceritain kalau kamu gak mau bertemu klient yang bernama IVAN itu" Febri memberikan penekanan saat menyebut kata Ivan.
"Itu namanya aku kerja gak profesional Feb, masak urusan pribadi dibawa bawa saat kerja. Apa kata si Bos. Bisa-bisa habis aku dibuatnya"
"Iya juga sih, melihat profil si Bos yang gak ada akhlak itu kejamnya pasti dia gak terima dengar penjelasan kamu"
"terus gimana donk" tanya Dinda pasrah
"Apa kamu cerita aja sama Angga? Kamu kan udah CS sama dia, aku rasa dia mau membantu?" Febri memberi ide.
"iya juga ya, ntar pelan-pelan aku cerita deh sama Angga, mudah-mudahan dia bisa bantu"
**** Seminggu kemudian
"Selamat siang Dinda, senang bertemu kamu lagi" Sapa seorang pria kepada Dinda.
Dinda yang sedang asik menatap layar monitor komputernya terkejut dengan suara yang dia kenal itu, Ivan...
"Maaf Pak ada yang bisa saya bantu" Dinda langsung menutupi keterkejutannya dan melanjutkan sikapnya yang pura-pura baru mengenal Pria tersebut.
"Waktu ketemu kamu minggu lalu aku sangat terkejut melihat penampilan kamu yang sekarang. Kamu tambah cantik memakai jilbab, aku merindukanmu Din" Ucap pria tersebut, ada nada sendu disitu tapi Dinda tidak mau terbuai.
"Maaf Pak ini dikantor tidak seharusnya kita membicarakan hal lain disini" Dinda mengalihkan pembicaraan.
"Saya mau bertemu Pak Rendy ingin mengantarkan sketsa hotel yang dia minta" Ivan sadar belum waktunya dia bicara pribadi dengan Dinda karena ini adalah pertemuan kedua mereka setelah 3 tahun berpisah.
"Tunggu sebentar Pak, akan saya sampaikan kepada atasan saya" Dinda segera meninggalkan Ivan dan langsung menjumpai Rendy.
"Permisi Pak, diluar ada Pak Ivan ingin bertemu Bapak" Dinda seperti sedang terburu buru.
Rendy melihat sikal Dinda yang tidak tenang seperti biasanya. Dia tidak tau apa yang membuat Dinda bertingkah seperti ini.
"Suruh beliau masuk" Jawaban Rendy datar tanpa ekspresi.
Dinda mempersilahkan Ivan masuk. Setelah Ivan masuk Dinda langsung memanggil OB dan menyuruh OB tersebut membuat minum untuk tamu Bos mereka. Setelah itu OB tersebut yang mengantar minumannya kedalam ruangan CEO.
Rendy merasa ada yang aneh, biasanya Dinda yang akan menyugukan minuman kepada tamu yang datang keruangannya. Tapi Rendy hanya memperhatikan saja belum mau berkomentar.
Angga yang sejak kedatangan klient baru tadi sampai pada OB yang mengantarkan minuman keruangan Bos mereka memperhatikan tingkah laku Dinda. Menurutnya Dinda seperti salah tingkah dan tidak fokus pada pekerjaannya.
Angga datang menghampiri Dinda karena penasaran.
"Ada apa Din, kamu kog kelihatan resah?" Tanya Angga.
"Mmmm... sebenarnya ada yang mau aku bilang sama kamu. aku mau meminta bantuan sama kamu, bisa gak?" Tanya Dinda langsung
"Tergantung apa permintaan kamu itu, kalau aku sanggup akan aku penuhi" Jawab Angga.
"Pria yang datang tadi adalah klient kita dari PT. ABC. Boleh gak aku meminta tolong kamu menggantikan aku setiap pertemuan yang berhubungan denga PT. ABC" Rendy mengerutkan dahinya.
"Ayolah istri pertama kita harus akur sesama madu. kamu bilang kan kita istri tua dan mudanya si Bos. Sesama madu harus saling bekerja sama, pleaseeeee" Pinta Dinda kepada Angga
"Alasannya? harus jelas donk alasannya. Kalau tidak aku gak mau bantu"
Dinda menarik nafas pasrah.
"Pria itu mantan pacar aku, dan cukup sampai disitu dulu. Alasan lain nanti akan kuceritakan saat dia sudah pulang" Bujuk Dinda.
"Baiklah, kamu berhutang penjelasan ya padaku"
Dinda tersenyum manis menatap wajah Angga.
"Ada maunya senyumnya semanis madu huuh" ejek Angga.
"Makasih kakak pertama" Dinda semakim tertawa.
"Sekarang aku boleh sembunyi diruangan kamu? Aku malas bertemu dengannya lagi" ucap Dinda.
"Ya sudah sana, biar aku yang menunggu dimeja kamu, nanti kalau tamu itu sudah pulang kamu balik lagi kesini"
Dinda bernafas lega, untung Angga mau diajak kerjasama.
Tak lama pria yang dimaksudkan Dinda tadi keluar dari ruangan CEO dan sepertinya kehilangan. Sedang mencari sesuatu.
"Ada yang bisa saya bantu Pak" Tanya Angga.
"Sekretaris Pak Rendy tadi mana ya?" Tanya Ivan penasaran.
"Oh sedang istirahat Pak, dia sedang tidak enak badan" Jawab Angga.
"Kalau begitu saya permisi, mari Mas" Sapa Ivan
"Iya Pak" Angga pun melangkah menuju ruangannya dan akan menuntut penjelasan pada Dinda.
Sesampainya diruangannya Dinda menceritakan semuanya. Untung saja Angga bisa mengerti dan bersedia membantu Dinda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Sananda
biasa kalau bos beku asisten ikut beku, tp disini tidak terjadi
2022-03-14
2
@azma@
suka q klo sesama madu akur tuh.... 😍😍😍😍😍😍😍
2021-04-25
4
.
Angga bisa diandalkan 💃💃💃
2021-04-18
3