Beautiful Sword
Happy Reading.
****
Jia Pov.
"Saya mohon Yang Mulia biarkan saya menyelidiki yang sebenarnya" Aku bersujud di depan Raja Liang penguasa Negeri ini. Kini keluargaku diambang jurang.
"Semua sudah terbukti bahwa selir Li berusaha meracuni selir Meng" Balas tegas pria tampan itu, matanya menyorot penuh kebencian.
"Itu semua fitnah, kakakku tidak pernah melakukan itu" Bantahku, aku tidak percaya kakakku yang lemah berusaha meracuni seseorang.
"Masih bisa mengelak kau. Pengawal Penggal para pelayan keluarga Li" Aku terbelak.
"Tidak yang mulai saya mohon" Pintaku dengan suara keras. Seketika aku merasakan pipiku panas.
"Barani kau mengeluarga suara keras di depan Yang Mulia" Ucap Selir Ying padaku, aku terpaku tak percaya sahabat kakakku berbalik mengigit.
"Nona tolong kami" Teriakan Pilu para pelayanku meraung bersamaan suara pedang mengesek tulang mereka.
"Nona....." Air mataku luruh seketika membasahi lantai bata di bawahku. Bahkan aku tak sangup menengok ke belakang.
"Jia..."
"Hah" itu suara Liu kakakku.
Aku berlari kebelakang mengabaikan darah dan mayat para pelayanku, aku menghalangi Algojo untuk memengal kepala kakakku. Seketika pedang Algojo itu tergantung di udara.
"Tak akan kubiarkan seorangpun menyakiti kakakku" Ucapku.
"Hoho berani juga kau" Kekeh Pria itu sambil menyangah dagunya.
Dia berjalan ke arahku dan kakakku.
Srett
Dia menarik sebuah pedang dari seorang pengawal. Jubah kebesarannya bagaikan mengelap darah yang tergenang. Dia terus mendekat.
"Yang Mulia ini salah hamba, Hamba meracuni Selir Meng" Jelas kakakku yang tiba-tiba bersujud di depanku. Aku merutuki kakakku yang kelewat bodoh.
"Akhirnya kau mengaku juga, baiklah aku yang akan menghukummu sendiri" Ucap Dinginnya.
"Tidakkk" Teriakku mengambil tusuk konde yang terbuat dari besi. Aku menahan pedang Yang Mulia yang beberapa senti lagi akan mengores kulit halus kakakku.
"Berani melawanku Jia Li?"
"Sudahku bilang tidak ada yang boleh menyakiti kakakku termasuk dewa sekalipun" Ucapku yang langsung menyerang Yang Mulia tanpa memandang dia raja sekalipun.
Dia memberi perintah agar tidak ada yang boleh mengangunya.
Pertarungan kami tidak seimbang karena aku hanya menggunakan tusuk kondeku sementara dia pedang.
Srekk
Lengan kananku mengeluarkan darah, pedangnya melukaiku cukup dalam.
"Jia..." Teriak kakakku khawatir.
"Bagaimana sudah menyerah?" Tanyanya dengan nada arogan.
"Aku lebih baik mati setelah melawan daripada hanya pasrah saja" Jawabku sambil menahan nyeri di lenganku. Aku memindahkan tusuk kondeku ke lengan kiriku.
Tranggg.
Kami kembali mengadukan senjata kami, Aku menatapnya dengan penuh kemebencian sementara dia menatapku dengan seringai.
"Yang mulia" Teriak Cheng Liu pengawal pribadi kaisar, dia terlihat mengeluarkan pedangnya.
"Jangan ganggu aku Cheng" Balasnya.
"Kau cukup manarik juga, jika kau menyerah sekarang mungkin kita bisa berduel di ranjangku. Bagaimana?" Tawarnya.
Aku memandangnya jijik dan menendang perutnya, dia mundur beberapa langkah ke belakang.
"Dalam Mimpimu ********" Umpatku.
Sebuah Anak panah menembus kaki kiriku, Sial dia main curang. Aku terduduk sambil meringis.
"Ck padahal aku sudah memberimu kesempatan" Ucapnya dengan nada prihatin.
Telingaku mendengar tawa beberapa orang wanita, ternyata seluruh selir beserta permaisuri sudah berdiri di tempat Yang mulia tadi duduk. Mereka terlihat puas melihat keluarga Li menderita. Tapi aku masih melihat tatapan prihatin dan bersalah dari Permaisuri.
Yah, aku yakin para Selir itu dalangnya.
"Kumohon yang Mulia Biarkan Adikku hidup, kau boleh memengalku" Bela kakakku. Dia kembali sujud dihadapan Yang Mulia.
"Tentu aku akan menghukummu, tapi setelah Adikmu ini" Jawabnya.
Aku menatap Wajah tampan yang Mulia Kaisar, wajah itu menyiratkan kebencian dan penghinaan.
Mataku terpejam seiring teriakan kakakku, Dingin dari permukaan pedang itu perlahan menyentuh leherku. Dingin tersebut berubah menjadi rasa sakit.
Aku Mati?
Tidak
Aku tidak rela mati dalam penyesalan, Jika dulu aku menghalangi kakakku untuk menjadi selir mungkin kami masih baik-baik saja, Jika aku tidak bodoh untuk menyadari bahaya di awal mungkin kami masih bisa tertawa bahagia.
Tidak, aku tak mau mati bagitu saja.
"kau tak akan mati begitu saja" Ucap sebuah suara, lalu tubuhku bagaikan tengelam di dalam air tapi air tersebut tidak membasahiku.
Apakah Dewa?
"Bukalah matamu" Ucap suara itu kembali.
Aku membuka mataku, tapi tidak ada satu titik cahayapun. Tubuhku tak bisa digerakan dan terus tengelam. Sampai di dasar barulah aku bisa mengerakan tubuhku.
Tanganku meraba leherku untuk memastikan bahwa masih tersambung, aku mendudukan diri dan melihat sekeliling.
"Siapa? Apakah kau dewa?" Tanyaku.
"Kau bisa menyebutku apa saja" Jawabnya.
"Lalu kau bisa menghidupkanku kembali?" Tanyaku lagi.
"haha, tentu. Aku tak akan membiarkanmu mati dengan penyesalan" kekehnya.
"Apakah aku akan masuk ke tubuh seseorang?"
"Kau terlalu banyak tanya. Nah pejamkan matamu dan kau akan tau apa yang aku lakukan, Kesempatanmu hanya satu perbaikilah semuanya" Dia tak menjawab namun memberikan sebuah kalimat Ambigu.
"Tung.. "
Tubuhku tertarik, kepalaku serasa pecah, perutku mual.
***
"Nona Li, syukurlah kau sudah sadar" Ucap Mei pelayanku.
Tapi tunggu, Mei?
Aku terbangun tiba-tiba dan melihat sekelilingku, ini kamarku.
"Nona?" Ucap Mei kembali.
"Syukurlah kau masih hidup" Pekikku senang, aku langsung memeluknya. Dia langsung kaget.
"M-maksud nona?" tanyanya bingung.
"Ah lupakan, dimana kakakku?" Tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya.
"Loh bukankah Nona Liu kemarin baru diangkat menjadi selir. Apakah Nona lupa bahwa Nona pingsan saat perjalanan pulang selepas mengantarkan Nona Liu?" Jelas Mei menatapku bingung.
'Oh tidak kakakku sudah menjadi selir' aku meruntuki itu. Padahal jika dia belum diangkat menjadi selir itu akan memudahkanku untuk menjauh dari Kaisar berdarah dingin itu.
"Nona apakah masih ada yang sakit?" Tanya Mei khawatir.
"Aku sudah sembuh, kau pergilah mengambil makanan aku lapar!" Perintahku, Mei pergi setelah menunduk hormat.
Setelah kepergian Mei, aku menatap kamarku yang sederhana. Semenjak kematian ayahku dimedan perang, aku dan kakakku harus hidup sederhana dengan mengandalkan penghasilan dari rumah makan yang aku miliki. Padahal dulu keluarga Li sangat kaya, Ayahku yang seorang jendral sangat dihormati. Namun takdir berkata lain, sebulan lalu ayahku akhirnya menyusul ibuku yang telah duluan pergi.
Rumah mewah, kami jual beserta semua perhiasan kami. Akhirnya kami membeli rumah sederhana ini dengan beberapa pelayan.
Dan itu juga alasan kakakku menjadi selir, dia tak mau membebaniku. Kakakku adalah orang yang lemah sajak kecil dia bahkan tak sangup mengangkat pedang, tidak sepertiku yang dididik bagaikan prajurit oleh ayahku.
"Nona ini makanannya dan tadi ada pegawai nona yang mengantarkan buku keuangan" Ucap Mei sambil menyerahkan makanan dan buku tersebut.
"Mei persiapkan, aku akan mengunjungi kakakku setelah dari Kedai" Ucapku. Mei langsung menurut dan menginggalkanku.
Lihat saja aku akan melindungi keluarga Li dari kalian semua, Raja Liang, Selir Meng, Selir Feng, Selir Hua dan jangan lupakan pisau bermata dua Selir Ying.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
runulopuko puko
helllooo yeeee
2020-06-08
1
Mohammad Imam Arifien
Typonya bagai semut beriring. Mungkin dapat direvisi lagi. Salam.
2020-05-26
2
Perdita Arunika
It's hard to admit it but... Aku selalu suka cerita isekai di mana protagonisnya kelempar ke masa lalu dan bertekad buat memperbaiki kesalahan/menyelamatkan keluarganya. Jadi waktu baca sinopsis cerita ini, aku langsung teken tombol favorit 🤣
Sejauh ini penulisannya okee banget. Plot mudah dimengerti, tapi aku belum hafal nama-namanya hahaha. Semoga cepet hafal biar ngga bingung. Tetep semangat ya nulisnya!
2020-04-13
9