Mulai

Happy Reading.

***

"Sialan, ini sudah sebulan" Maki Selir Meng.

Makian Selir Meng bahkan membuat kedua orang di depannya cukup terkaget. Mereka berkumpul di kediaman Selir Meng setelah memberi salam pagi kepada Ibu Suri.

Ia sangat Murka karena sudah sebulan selir Ke 6 dan selir ke 2 rutin melayani Kaisar. Sementara dirinya harus gigit jari saat mengetahui beritanya.

"Kakak, kita harus bertindak dengan cepat" Ujar selir Feng.

"Masalahnya jika kita tak hati-hati kita bisa kena batunya" Ungkap Selir Meng.

"Kakak bagaimana jika minta bantuan ayah kakak" Saran Selir Hua.

"Aku sudah mengirimkan pesan pada ayahku, hanya saja jika alasanku tak kuat dia tak bisa membantu" Jawabnya.

"Aku pribadi tak merasa aneh jika Jia Li selalu dipanggil sebab ia masuk istana karena kaisar menginginkannya. Tapi bagaimana dengan Fung Ying?" Ungkap Selir Feng.

"Dia rubah betina yang licik, ia pasti telah melakukan sesuatu untuk menggoda Kaisar" Ucap Selir Hua.

"Ku rasa tidak, kekuasaan ayahnya cukup sebanding dengan ayahku di tambah hubungannya dengan kaisar cukup baik" Sanggah Selir Meng.

"Jadi kakak rasa ini ada hubunganya dengan ayah selir Ying?" Tebak Selir Hua.

"Benar, kita saat ini tidak bisa mengusik Selir Ying. Tapi kita akan mulai dengan Selir Li" Jawab Selir Meng.

"Aku akan mendiskusikannya dengan ayahku jika ia datang" Lanjut Selir Meng.

Selir Hua dan Selir Feng segera undur diri dan meninggalkan Selir Meng di kediamannya.

Tak beberapa lama seorang pelayan datang dan membisikkan sesuatu.

"Bagus" Balas Selir Meng sambil menyeringai.

Seorang pria paruh baya masuk ke dalam kediaman selir Meng, para pelayan segera menunduk hormat.

"Anakmu memberi salam kepada ayah" Hormat Selir Meng.

Perdana menteri segera menyuruh anak kesayangannya untuk duduk.

"Ayah sudah tau apa yang terjadi selama sebulan ini" Ucap Perdana Menteri sambil meminum teh.

"Ayah, aku minta bantuan ayah" Rengek Selir Meng.

"Untuk sekarang kita tak bisa gegabah, kau harus bersabar dan ikuti instruksi dari ayah" Balas Ayahnya.

Selir Meng mengigit bibirnya, ia sudah cukup bersabar selama sebulan ini. Ia juga cukup bersabar untuk setiap pagi harus mendengar pujian ibu suri kepada Jia Li dan Fung Ying.

"Jika kau gegabah kaisar itu tak akan melapasmu" Ucap Perdana Menteri seolah membaca fikiran anaknya.

"Lalu bagaimana jika selir Li dan Selir Ying mengandung?" Tanyanya.

"Untuk selir Li kemungkinan tidak akan terjadi, mengingat Selir Ying memberikan pewangi agar mencegah kehamilan" Jelas Perdana Menteri, ia mengetahuinya dari mata-mata di kediaman selir Ying.

"Kalau untuk Selir Ying ayah tidak bisa bertindak, kau tau kan dibelakang selir Ying ada siapa?" Lanjutnya.

"Aku mengerti ayah. Tapi kita tidak bisa tinggal diam" Protes Selir Meng.

"Ayah akan mengajukanmu untuk melahirkan putera Mahkota, karena untuk sekarang hanya itu yang bisa kita lakukan" Ungkap Perdana Menteri.

"Terima kasih ayah sudah mau membantu" Ucap Selir Meng.

Perdana Menteri tersenyum melihat anak kesayangan, walau ia jarang menuruti permintaan bodoh anaknya tapi untuk masalah ini ia harus sedikitnya terlibat.

"Kalau begitu ayah harus segera mengikuti rapat kerajaan" Ucap Perdana Menteri. Ia segera berdiri dan diikuti Selir Meng yang mengantar Kepergian ayahnya.

***

"Hahaha, Yang Benar saja" Tawa Jia saat mendengar berita yang dibawa Liang malam ini.

Seperti biasa malam ini Jia dipanggil Liang, tapi bukan untuk melayani melainkan mengatur rencana selanjutnya.

Rencana yang mereka jalani sebulan ini cukup bisa mengoyahkan Perdana Menteri, mereka butuh waktu lagi agar Liang bisa benar-benar berhasil.

"bagitulah, menurutmu aku harus menerimanya?" Tanya Liang sambil membalik halamannya.

"Menurut Hamba Yang Mulia terima saja, lalu katakan bahwa selir Meng tidak memuaskan. Dengan Yang Mulia mengatakan seperti itu maka Perdana Menteri  akan sibuk" Saran Jia cuek.

Liang kini menatap Jia yang berada di sampingnya, dia berdecak.

"Idemu cukup bagus, tapi alasan itu akan membuatku terlihat mesum" sindir Liang.

"Inikan rencana Yang Mulia, hamba hanya harus mengikutinya" Jelas Jia.

"Aku tau, tapi ku rasa kau hanya memikirkan Selir Meng tapi lupa orang satunya" Ucap Liang.

Jia segera menepuk jidatnya, ia lupa dengan rubah satu itu.

"Hm, hamba kehabisan akal untuk itu" Ungkap Jia.

Mereka memang merencanakan sesuatu untuk selir Ying agar kecemburuan tidak berdampak. Makanya Liang juga rutin memanggil Selir Ying. Tapi dengan memanggil selir Meng itu berarti mereka harus memikirkan sesuatu lagi.

"Aku akan buat seolah selir Ying mengandung" Ungkap Liang. Jia mendelik ke arah Liang dengan tatapan bertanya.

Jia memang sekarang sudah tau perihal bahwa Liang sering Memanipulasi para selir.

"Mengandung? Tapi bukankah Perdana Menteri mengusulkan anaknya untuk melahirkan Putera Mahkota" Balas Jia.

Liang terkekeh geli.

"Tapi bukankah kita tidak akan tau jenis kelamin anak itu sampai anak itu lahir" Jelas Liang.

kini Jia mengerti rencana Liang, yap mereka tidak akan tau jenis kelamin anak itu. Tapi setidaknya dengan kabar selir Ying mengandung maka selir Ying akan cukup puas dan tidak akan menganggu lagi.

"Dan tugasmu selanjutnya adalah menhembuskan kabar kemungkinan anak yang dikandung selir Ying perempuan" Lanjut Liang.

"Hamba rasa menghembuskan kabar tidak termasuk kesepakatan" Protes Jia.

"Kau cukup perhitungan ternyata. Setelah rencananya berjalan kau boleh memilih salah satu senjata antikku" Jawab Liang, ia segera berdiri dan menuju ranjangnya.

"Hamba akan senang hati menerimanya" Balas Jia, hatinya segera berbunga-bunga saat mendengar senjata antik.

Bagaimana tidak senang, semua senjata antik milik Liang sangatlah mahal dan berharga. Membayangkan salah satu dari mereka berada di tangannya sudah membuat Jia girang.

"Air liur mu menetes tuh" Ejek Liang.

"Hamba bisa tau jika air liur hamba menetes" Protes Jia, walau akhirnya ia memastikan sendiri kalau air liurnya tak menetes

"Kau tau, kau bisa merasakan salah satu senjata antikku sekarang di ranjang ini" Tawar Liang dengan nada menggoda.

"Hamba akan bersabar sampai rencana berjalan" Balas Jia yang tau maksud perkataan Liang.

Selama sebulan ini hubungan mereka sudah seperti sahabat, kadang saling mengejek, berdebat untuk hal sepele bahkan sampai berjudi dan taruhan.

"Ku rasa hanya kau yang berani menolakku" Jelas Liang dengan nada menyindir.

Jia berjalan mendekati ke arah ranjang dan berbaring di samping liang, kini ranjang ini sudah di rombak agar memiliki pembatas.

"Bukannya hamba menolak Yang Mulia, tapi hamba tidak ingin terlibat lebih jauh dengan istana" Jelas Jia.

"Lalu bagaimana jika aku bukan seorang kaisar?" Tanya serius Liang.

"Mungkin itu akan berbeda cerita" Jawab Jia.

"Sebegitu benci dirimu pada istana padahal dulu ayahmu bekerja untuk istana?" Tanya Liang, kini ia sudah berbaring menghadap Jia. Ia menatap bayangan Jia dibalik pembatas.

"hamba tidak membencinya, tapi hamba tidak bisa hidup seperti itu. Hidup di mana salah ucap saja kepala kita bisa terpenggal" Jelas Jia lirih.

Liang diam tak menjawab, ia cukup paham bahwa Jia termasuk tipe orang tak bisa terkekang.

Akhirnya mereka terdiam sampai rasa kantuk menyerang.

***

Terpopuler

Comments

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

🪴🍓🌟💫sangdewi💫🌠💐🏵️

wow seruuuuuuu nyaaaas

2024-05-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!