Sisi Lain

Happy Reading.

***

Ke empat Pria sedang duduk melingkar, mereka sibuk berdiskusi.

"Kakak bukti menunjuk kepada Selir Hua, tapi Nyonya Jia mencurigai Selir Meng" Ucap Huan.

Liang menganguk.

"Menurutku Selir Hua tak akan melakukan hal tersebut, walau ia tak menyukai Jia tapi Selir Hua tak sekejam itu" Seru Jing.

"Kalian benar, lagipula dalangnya bukanlah orang yang kita curigai seperti Perdana Menteri. Melainkan seseorang yang tersulut emosi" Ucap Liang.

Cheng tiba-tiba mengingat sesuatu.

"Yang Mulia hamba sempat mencium bau herbal pada tubuh Selir Meng walau sekilas" Lapor Cheng.

"Ternyata benar ucapan Selir Jia" Ungkap Liang.

Liang meremas gelas yang ia pegang, hatinya memanas jika teringat lagi penderitaan Jia.

"Kakak, aku membawa herbal sewaktu dari gunung bandit" Ucap Huan, ia mengeluarkan sebuah bungkusan yang berisi herbal penyembuh luka.

"Terima kasih" Ucap Liang Tulus.

"Yang Mulia, hamba akan kembali menyelidiki Selir Meng" Pamit Cheng yang dibalas anggukan Liang.

"Kakak kalau begitu kami juga pamit untuk mengabari Ibu Suri dan Permaisuri" Ucap Huan, karena mereka harus segera mengabari Ibu Suri dan Permaisuri.

"Terima kasih sudah membantu" Balas Liang.

"Kakak sampaikan salam kami untuk Nona Jia" Setelah mengatakan itu Jing segera pergi menyusul Huan yang terlebih dahulu sudah pergi.

Setelah kepergian ketiga orang itu Liang meninggalkan taman paviliunnya dan masuk ke paviliun.

Di dalam Jia sedang menyantap makanan dengan pelan mengingat rahang dan bibirnya terluka.

"Apa perlu aku menyuruh seseorang untuk membuatkan bubur?" Tanya Liang sambil duduk di samping ranjang.

"Tidak usah Yang Mulia, hamba masih bisa mengunyah dan menelan ini" Balas Jia.

Jia memang sedang memakan ubi rebus yang sengaja dibuat tim, karena Jia tak menyukai bubur yang terasa hambar baginya.

"Kau yakin?" Tanya Liang lagi.

"Hamba yakin"

"Yang Mulia anda seharusnya pergi bekerja!" Lanjut Jia.

"Pekerjaanku sudah selesai semua"

"Rapat?"

"Tidak ada jadwal rapat"

Jia berdecih dengan jawaban Liang, sementara Liang malah terkekeh geli.

"Cheng sudah ku suruh untuk menyelidiki Selir Meng. Menurutmu apa rencana yang bagus untuk selanjutnya?" Tanya Liang.

"Menurut hamba, beri tahu Selir Hua tapi secara diam-diam dan biarkan kita menyingkirkan Selir Meng lewat tangan Selir Hua" Ungkap Jia.

"Kau cukup licik membiarkan mereka perang" Komentar Liang.

"Lalu jika selir Meng tersingkir Perdana Menteri mungkin akan mengirim anak keduanya" Lanjut Liang.

"Maka biarkanlah, selagi Yang Mulia bisa menghadapinya maka bukan masalah" Ucap Jia.

Liang menghembuskan nafas kasar ternyata Jia tak menangkap maksudnya.

"Maksudku, maukan kau sekali lagi membantuku?"

Jia menatap serius Liang, ia menatap langsung ke mata sang kaisar dan dibalas oleh Liang. Perlahan secara naluri Liang mendekarkan wajahnya kepada Jia namun Jia mengelak.

"Hamba bisa membantu Yang Mulia dengan Syarat, Cabut pangkat selir terhadap kakak Hamba" Ucap Jia sambil mengalihkan pandangannya.

Liang yang awalnya kecewa ditolak Jia kini menyunggingkan senyum.

"Baik, ada lagi?".

"Perketat penjagaan kakak hamba dan Xiao Ying" Tambah Jia.

"Lalu?"

"Biarkan hamba makan" Ucap Jia sambil melirik piring yang kini berpindah ke tangan Liang.

"Aku akan menyuapimu"

Jia hanya diam membiarkan Liang menyuapinya. Ia merasa sedikit terhormat karena disuapi seorang kaisar.

"Ah, Yang Mulia hamba ingat janji anda" Ucap Jia tiba-tiba.

Liang mencoba mengingat janjinya terdahulu, Ah ya.

"Kau boleh memilih senjata antikku jika kau sudah pulih" Jawab Liang.

Jia yang senang tersenyum. Dan sekali lagi hati Liang tergoyah oleh Jia.

***

"Teganya ia" Marah Meilan Hua.

"Nyonya ada apa?" Tanya pelayannya khawatir mendengar bentakan Meilan.

"Tidak ada apa-apa, kau keluarlah" Titah Meilan.

Ia memijit keningnya pening, pantas Selir Meng menberikan sepotong jubah merah. Walau jubah itu sangat indah tapi jubah itu sangat berbahaya.

Untungnya ada orang misterius yang memberitahunya kalau tidak segera kepalanya akan terpenggal karena berani mengusik selir kesayangan kaisar.

"Aku tak menyangka selama ini aku menjadi batu pijakan dan kambing hitamnya dia. Tau begini aku lebih memilih berada di kubu Jia Li" Sesal Meilan.

Dan satu lagi yang ia sesali karena menuruti keinginan ayahnya untuk menjadi selir padahal Meilan punya rencana sendiri.

Meilan mondar mandir di kamarnya memikirkan langkah selanjutnya, ia memang harus menjauhi Selir meng tapi ia juga harus main cantik dan jangan ceroboh.

"Melawan secara langsung juga tak mungkin, disamping Selir Meng masih ada kakak Jiao dan aku tak tau ia memihak pada siapa" Guma Meilan.

"Ah ya jika aku tak bisa menyerang langsung maka aku bisa lewat samping" Ucap Meilan licik.

Dibalik wajah cantik dan segala kemewahannya, Meilan mempelajari Ilmu Hitan turunan keluarganya. Keluarga Meilan sengaja merahasiakannya agar jika mereka. terdesak bisa menggunakannya.

Ia juga dulu berencana menjadi Dukun tapi ia malah harus menjadi selir, dan yang menjadi dukun adalah adik laki-lakinya.

Tangan putih Meilan membuka kotak rahasia yang ia sembunyikan di bawah lemari.

"Pertama aku harus menyerang pionnya, yap pelayan Selir Meng cukup membahayakan" Seringai Meilan tambah lebar saat ia mulai merencanakan hal selanjutnya.

***

"Rui, kenapa tanganmu?" Pekik Lian Meng jijik melihat tangan pelayannya seperti melepuh.

"Kemarin hamba tersiram minyak panas" Jawab Rui.

"Jangan berani kau sentuh aku dengan tangan menjijikkan itu" Ancam Lian.

"H-hamba akan segera mengobatinya" Ucap Terbata Rui.

Rui segera keluar dengan tergesa-gesa. Tak lama Selir Feng datang dan melihat kekesalan Lian.

"Ckck Kakak kenapa kusut?" Tanya Jiao santai.

"Aku tak bisa makan karena melihat tangan menjijikkan Rui"

"Pelayanmu?"

"Iya" Jawab Lian.

Jia mengelangkan kepalanya heran.

"Tinggal buang dan cari yang baru" Saran Jiao.

"Rui itu pelayan kepercayaanku, mencari seperti dia sangat sulit" Jawab Lian.

"Aku bisa mencarikanmu" Tawar Jiao.

"Tidak usah" Balas Lian malas.

'Ck, jika bukan untuk balas dendam aku tak akan repot tersenyum untukmu' Runtuk Jiao Feng.

Jiao seketika mengingat sebuah ingatan pahit saat ia berusia 13 tahun. Waktu Itu pesta musim gugur dan Ayahnya diundang Kaisar negeri ini. Dan pada saat itu malam kelam terjadi, Perdana Menteri dan pengawalnya memeperkosanya di sebuah gudang gelap.

Setelah mereka puas, mereka meninggalkan Jiao seorang diri dengan tubuh penuh lebam dan pendarahan di bagian kewanitaan.

Malam kelam itu hanya diketahui oleh ayahnya dan pelayannya, mereka sepakat untuk merahasiakan hal tersebut dan berencana untuk balas dendam. Beruntung Perdana menteri dan pengawalnya tidak menyadari bahwa itu Jiao Feng puteri sulung dari penguasa negeri sebrang.

Dan hal tersebut menguntungkan ia untuk balas dendam. Mungkin ada pertanyaan, bagaimana ia yang sudah tidak perawan menjadi selir? Jawabannya mudah saja, karena kekuasaan ayahnya mampu membungkam beberapa orang.

"Dik... Adik!" Panggil Lian Meng.

"Ah iya kak" Balas Jiao sambil tersenyum.

"Kau tidak mendengar ucapanku lagi" Ucap Lian.

"Maafkan aku kak, tolong ulangi"

"Aku malas, kau pulanglah ke kediammu!" Titah Lian.

Jiao menurutinya, tapi dibibirnya tercetak seringai yang lebar.

***

Gimana sisi lain para selir? Greget? apa kurang?

Salam Cinta

Author.

Terpopuler

Comments

wei- chan

wei- chan

cukup greget kak..

2020-06-14

1

terhapus

terhapus

Lanjut kakk

2020-03-15

1

Nutursih nutursih

Nutursih nutursih

lanjut thour ak sllu menunggu update.. endingnya liang dan jia bersatu ya thour..

2020-03-15

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!