Happy Reading.
***
Kini kediaman Meihua terasa mencekam, tidak ada yang mau membuka obrolan. Obrolan terakhir mereka saat Jia dan Xiao memberi salam.
Jia dan Xiao juga ikutan terdiam menikmati aura intimidasi dari Trio selir yang sedari tadi menatap mereka.
"Ekhm, aku tak menyangka kediamanmu menjadi seramai ini setelah Adik Jia melayani kaisar" Sindir Selir Meng, yang mulai memecah keheningan.
"Terima kasih pujiannya Kakak, kebetulan memang adik sengaja mangundang selir Ying untuk berkunjung karena Adik ingin memberikan teh" Jawab Jia berani, Selir Meng yang mendengar jawaban itu mencengkeram gelas yang ia pegang.
"Benar Kakak tadi pagi Kakak Jia mengundang adik" Tambah Xiao
"Adik, jika adik akan memberikan teh kepada adik Xiao kenapa kami tidak dapat?" Tanya Selir Hua.
"Adik rencananya memang akan memberikan teh ini sebagai tanda perkenalan kepada kakak-kakak semua. Tapi adik tak berani untuk menggundang kalian, makanya adik akan langsung datang ke kediaman kalian" Jelas Jia tenang.
"Tapi sayangnya semalam kaisar meminta adik melayaninya jadi adik tidak sempat" Lanjut Jia dengan senyum manis.
krakk..
Gelas yang dipegang selir Meng retak, tapi gelas itu tak sampai hancur.
"Kakak tidak apa-apa?" Tanya Jia yang berpura-pura Khawatir.
Segera Jia menghampiri tempat duduk Selir Meng guna memeriksa apakah ada yang terluka. Tapi Selir Meng langsung menghempaskan tangan Jia dan berdiri sambil membenarkan hanfunya.
"Adik sepertinya kakak harus memberi adik waktu istirahat" Ucap Selir Meng lalu berjalan ke luar kediaman Meihua diikuti selir Hua.
"Kau sudah menyinggung Selir Meng" Ucap Selir Feng yang membantu Jia bangun.
"Lalu apa yang akan dia lakukan?" Tantang Jia.
"Kau akan tau nanti" Ucap Selir Feng dengan nada ancaman. Selir Meng segera mentusul dua orang di depannya.
"Kakak, sepertinya kita harus bersiap" Ucap Xiao, Jia menyetujui perkataan Xiao.
Tak lama, Miu kembali dari kediaman Lili.
"Nyonya pewangi itu juga digunakan oleh kakak Nyonya" Lapor Miu.
"Sudah berapa lama?" Tanya Jia.
"Menurut Wui sedah sejak Selir Li memasuki istana" Jawab Miu.
Jia mengurut keningnya, pening.
"Kakak, apakah kakak bisa membuat setidaknya obatnya?" Tanya Xiao.
"Huft, aku bisa membuatnya tapi perlu waktu yang lama" Ucap Jia, menghela nafas.
"Miu kau sudah singkirkan pewangi itu kan?" Tanya Xiao.
"Hamba sudah menyuruh Wui" Jawab Xiao.
"Kakakmu benar-benar pecemburu. Jika kaisar sampai tau hal ini, kakakmu bisa dihukum" Ungkap Jia, ia kembali mengingat alasan kaisar menghukum keluarganya.
"Aku juga malas mengakuinya sebagai kakakku" Balas Xiao tersenyum miring.
"Untuk sekarang kita gunakan alasan kedatanganmu seperti yang kita katakan kepada Selir Meng" Ucap Jia.
"Baik kakak, kalau begitu aku akan kembali" Balas Xiao, ia segera memberi hormat dan kembali ke kediamannya.
Setelah Xiao pergi, Miu segera memberikan surat rahasia dari Liu untuk Jia. Ia memang sengaja merahasiakan segala hal yang terdapat pada surat tersebut dari Xiao, karena Jia perlu menyeledikinya dengan benar.
"Ck, orang itu tetap yang aku kenal" Desah gusar Jia.
"Nyonya, hamba kembali" Lapor Yuan sembari menjinjing sebuah bingkisan. Yuan segera menyerahkan bingkisan itu.
"Terima kasih Yuan" Balas Jia.
Jia segera membuka kotak itu, dan di dalamnya terdapat tanaman herbal beserta benihnya.
"Nyonya kita harus segera membuat duplikat pewangi itu, Hamba rasa selir Ying akan segera memastikan bahwa kita menggunakan pewangi itu" Saran Yuan.
"Kau benar" Balas Jia.
"Kalau begitu tolong siapkan semuanya" Lanjut Jia, Miu dan Yuan segera bergegas menyiapkan semua peralatannya.
Setelah mereka pergi, Jia menatap pohon yang berdiri di samping jendela. pohon tersebut kokoh namun lemah, tapi ia tak pernah menunjukkan kelemahannya.
***
"Benarkah?"
Cheng menganguk, ia baru melaporkan perihal Jia Li. Cheng yang sudah menjadi pengawal Liang sejak ia menjadi putera mahkota, cukup kagum dengab selir ke 6 Jia Li.
Alasan Liang selalu bisa menangani permasalahan yang ditimbulkan para keluarga selir karena dia menempatkan mata-mata untuk setiap istrinya.
Liang menyadari betul para selirnya memiliki seseorang di belakang mereka yang selalu siap menjatuhkannya.
"Tak salah aku memilih dia" Ucap Liang tersenyum puas, matanya kini menatap Cheng yang masih berlutut di hadapannya.
"Yang Mulia, apakah akan memberi pisau kepada Selir Ke 6?" Tanya Cheng.
"Tidak untuk sekarang, lagipula aku masih ada Permaisuri" Jawab Liang.
Permaisuri cukup tanguh karena saat ini belum ada satupun orang yang berhasil mengusiknya. Sikap dingin permaisuri selalu bisa membekukan langkah mereka yang berencana jahat.
"Lalu bagaimana pergerakan selir Meng?" Tanya Liang.
"Berkat selir Li, sekarang Perdana menteri teralihkan dari rencananya. Setelah dari kediaman Meihua selir Meng langsung melaporkan penghinaan selir Li pada ayahnya" Jelas Cheng.
"Hahaha, aku akan berikan Jia Li itu hadiah" Tawa Liang, berkat Jia kini tumpukan masalah dihadapannya lumayan berkurang.
"Tapi, Yang Mulia. Menurut hamba selir ke 6 cukup sulit dikendalikan dan jika kita ingin mengendalikannya pasti akan ada harga yang harus dibayar" Ungkap Cheng, ia mengingat betul saat Jia meminta Yuan disisinya dan ia tau apa maksudnya itu.
"Ia memang sudah seperti pembunuh bayaran, yang akan bekerja sesuai permintaan. Tapi aku yakin ia cukup cerdas untuk tidak berbelok" Tungkas Liang.
"Hamba mengerti Yang Mulia" Balas Cheng, ia segera pergi untuk menjadi bayangan Liang kembali.
Sementara Liang memandang kosong ruang kerjanya.
"kasim" Panggil Liang dengan suara cukup keras.
Seorang kasim datang dengan terpogoh-pogoh.
"Hamba Yang Mulia" Ucap Kasim itu sambil berlutut di hadapan Liang.
"Kasim, atur malam ini aku akan ke kediaman Meihua" Titah Liang
"Baik Yang Mulia" Balas Kasim itu dan ia segera pergi untuk mengaturnya.
'Ternyata yang mulia sangat menyukai selir ke 6' Guma kasim itu tertawa senang.
***
"Hacim"
Jia mengosok hidungnya yang tiba-tiba gatal.
"Nyonya apa perlu panggilkan tabib?" Tawar Yuan khawatir.
"Ini hanya bersin biasa" Tolak Jia, walau begitu ia merasa ada yang berniat jahat padanya.
"Nyonya kita sudah selesai" Ucap Miu sambil memperlihatkan Hasilnya.
Mereka bertiga berhasil membuat duplikat pewangi tersebut.
"Wah, kita harus segera memberikannya ke kakakku dan Xiao" Ucap Jia berbinar.
"Nyonya biarkan hamba yang mengantarkannya" Tawar Miu.
"baiklah" Balas Jia.
"Yuan kau tetap di sini bantu Nyonya menanam beberapa bibit di halaman depan" Ucap Miu saat melihat Yuan yang bersiap untuk mengikutinya.
"Yah, padahal aku ingin melihat kakak Nyonya" Keluh Yuan.
Yuan memang sangat penasaran dengan Liu, karena menurut kabar yang ia dengar Liu seperti malaikat.
"Jangan terlaku kecewa Yuan, karena besok pagi kau ikut aku memberi hormat kepada Permaisuri" Hibur Jia, Yuan yang mendengarnya langsung bersorak girang.
"Kalau begitu, ayo kita segera taman bibit ini" Lanjut Jia.
"Siap Nyonya" Balas Yuan.
Sementara Miu terkekeh melihat interaksi kedua orang itu.
"Nyonya hamba pamit kalau begitu" Ucap Miu. Jia menganguk.
Setelah Miu pergi, Jia dan Yuan segera membawa bibit itu ke halaman depan. Untungnya tanah di taman itu sudah di olah agar bisa langsung dipakai.
Tapi saat mereka baru menanam beberapa biji, mereka dikejutkan dengan kedatangan seseorang.
***
Author minta maaf udah buat kalian nunggu, kemarin Author terserang sakit gigi. walau tangan masih bisa mengetik, tapi imajinasi author gak bisa dipake.
terima kasih yang udah nunggu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
senja
typo: Selir Feng menyusul dia orang didepannya
2020-05-25
1
Yoni Hartati
next thor
2020-02-23
2
Nutursih nutursih
andai ini up tiap hari.. seneng am thor.. penasaran dg crtamu..
2020-02-22
3