Mereka

Happy Reading.

***

Jia Pov.

Setelah Membersihkan diri, Mei membantuku memakai Hanfu berwarna ungu muda.

"Nona hari ini akan memakai asesoris apa?" Tanya Mei.

Mei selalu bertanya apa yang akan ku pakai hari ini, dia adalah pelayanku sejak ayahku masih hidup.

Saat tanganku membuka kotak perhiasan, aku terpaku menatap tusuk konde besi berwarna emas berbentuk ekor merak. Tusuk konde ini yang ku pakai saat melawan Kaisar. Tanganku mengambil tusuk konde itu dan memberikan kepada Mei untuk dipasangkan.

"Nona apakah Nona tidak ingin membeli perhiasan emas?" Tanya Mei sambil menata rambutku.

"Mei kau tau emas itu rapuh, aku tidak bisa menjadikannya senjata" Jawabku.

"Nona memangnya nona akan melawan siapa sampai perlu senjata?" Tanya Mei menatapku bingung. Aku tersenyum padanya lewat pantulan kaca.

"Kita tidak tau apa yang akan terjadi Mei" Jawabku sambil berdiri, kini aku sudah siap untuk pergi.

Aku melangkah keluar kamarku menuju halaman utama, Ni'ang Pelayan laki-laki ku sudah menyiapkan kudaku, Aku bukanlah Nona manja yang membutuhkan tandu.

"Nona ini jubah anda" Bibi Fei memberikan jubah hitamku.

"Ah, terimakasih Bi. Kalian tolong jaga rumah ya!" Ucapku sambil menaiki kuda dibantu Ni'ang.

"Baik Nona" Jawab serentak mereka. Tiga pelayanku menunduk, Hanya mereka yang bisa ku pekerjakan.

Aku langsung memacu kudaku dengan kecepatan sedang menuju kota, karena rumahku berada dipingiran ibukota.

Sepanjang perjalanan aku menghirup udara segar menikmati kehidupanku kembali. Jika aku berhasil mengubah pristiwa tiga tahun mendatang, maka pembantaian itu tidak akan terjadi.

***

"Nona selamat datang" Pegawaiku menyambut dengan membantu turun dari kuda.

Aku melepas jubahku dan masuk ke kedai milikku. Memang kedaiku adalah tempat yang tidak terlalu mewah namun pelayanan di sini patut diberi penghargaan sehingga kedaiku selalu ramai.

"Nona bagaimana buku keuangan yang kuberikan?" Paman Bai langsung menghampiriku. Paman Bai adalah orang yang mengelola keuangan di sini.

"Aku rasa kita mengalami penurunan pengunjung" Ucapku.

"Benar Nona, Sepertinya orang-orang agak bosan dengan menu di sini" Jelas Paman Bai.

Aku mendudukan diri di kursi ruangan paman Bai.

"Hmm, ah paman apa paman pernah dengar makanan dari daerah sebrang?" Tanyaku.

"Daerah sebrang?"

"Ya paman aku mengingat pernah memakan ini saat berkunjung ke sana. Kurasa ini bisa menjadi menu baru kita" Jelasku.

"Makanan apa itu?" Tanya paman Bai penasaran.

"Entahlah paman, bahannya dari Biji Bunga Teratai" Ucapku.

"Kalau begitu bagaimana jika kita membuatnya dengan membuat rasa yang khas di sini" Ucap Paman Bai.

"Kalau begitu aku akan menemui koki, kebetulan di sini dan daerah rumahku banyak bunga teratai" Balasku langsung menuju dapur.

"Wah Nona ini ide bagus" Ucap kepala koki saat mengutarakan ideku.

"Kita bisa membuatnya sup" Lanjutnya kembali.

Kepala koki segera menyuruh seseorang untuk membawa biji bunga teratai. Dia memasaknya dengan serius.

"Nah silahkan" Ucap kepala koki menghidangkan sup itu di depanku dan paman Bai.

Aku segera menyendok dan memasukan sup itu ke mulutku. Aku seketika tercengang.

"Luar biasa rasanya seperti aku berada di hamparan bungan teratai" Ucap Paman Bai antusias, dia langsung menhabiskan sup itu.

"Benar, kau luar biasa kepala koki" Ucapku sambil mengacungkan dua ibu jari padanya.

Seketika dia terharu dan mengucapkan terimakasih.

"Baiklah aku akan segara mengunjungi kakakku, Kepala koki tolong bungkuskan sup ini ya untuk kakakku" Ucapku pada kelapa koki.

"Nona akan ke istana?" Tanya paman Bai.

"Bagitu lah paman ada yang harus kubicarakan dengan kakakku" Balasku.

"Kehidupan di Harem memang sangat sulit, kita harus serba waspada apalagi selir yang lain berasal dari keluarga yang kuat" Ucap Paman Bai sambil menerawang.

"Benar paman, aku akan berusaha melindungi keluargaku" Lirihku.

Paman Bai memberikan senyumannya, beruntung ayah memiliki sahabat sebaik paman Bai.

"Paman masih ingat Xang'er dulu sangat ingin menjadi selir, tapi semenjak tau bagaimana kehidupan di sana dia lebih memilih menjadi penjual Hanfu" Aku terkekeh saat mengingat Xang'er yang dulu kekeuh ingin menjadi selir.

"Nona ini pesananmu" Kepala koki menghampiriku dengan membawa pesananku.

"Terimakasih, kalau begitu aku berangkat dulu" Ucapku.

***

"Nona silahkan tunjukan tanda pengenal anda" Ucap pengawal yang berjaga di gerbang selatan istana.

Aku mengeluarkan tanda pengenalku. Setelah melihat tanda pengenalku mereka membukakan gerbang dan mengambil kudaku untuk diamankan.

Aku segera menuju Harem, tepatnya istana Lili tempat kakakku.

"Kau putri kedua kelurga Li?" Tanya seorang perempuan tak lain adalah selir Meng. Di kirinya berdiri selir Hua dan di kanannya ada selir Feng.

"Salam untuk Selir semua" Salamku ramah, padahal didalam hati tersimpan dendam yang begitu berkobar, ingin sekali aku langsung membunuh ketiga wanita didepanku.

"Kau pasti ingin menemui kakakmu Selir Li? Ah, beruntungnya selir Li sehari setelah pengangkatan dia langsung dikunjungi adiknya" Ejek selir Hua.

"Aku juga sangat iri, beruntung setelah kejatuhan keluarga Li mereka masih bisa bertahan" Kini giliran Slir Feng yang mengejekku

"Kalian benar hamba dan keluarga hamba sangat beruntung" Balasku merendah.

"Nah adik sekalian ayo kita ke taman, katanya yang mulia akan lewat sana" Ajak Selir Meng.

Segerombolan Wanita gila itu akhirnya meninggalkanku, bergegas aku menuju kediaman Liu.

Sampai disana aku disambut dengan suara tawa bahagia dua wanita, yang satunya kakakku dan satunya...

Ah wanita ular itu ternyata.

"Jia sayang kau ingin bertemu dengan kakakmu ya?" Sapa Ular itu padaku. Mereka sedang duduk di Gazebo halaman Lili.

Aku ingat apa yang dua lakukan pada kakakku, Dia yang meminta Yang Mulia untuk menjadikan kakakku selir agar dia ada teman namun Yang mulia malah lebih perhatian dengan kakakku, kecemburuannya yang akan membunuh keluargaku di masa depan.

"J-jia ada apa?" Tanya gugup, Aku segera merubah ekspresi membunuhku menjadi ramah.

"Ah, aku tadi mengingat sesuatu yang menyebalkan saja. Maaf sudah membuat kakak takut" Balasku sambil tersenyum.

Langkah pertama aku harus mencoba menjauhkan kakakku dengan ular ini.

"Kak, ada yang ingin kubicarakan" Kataku yang bermaksud menyuruh ular itu keluar.

"Kalau begitu adik aku harus kembali ke kamarku dulu ya" Pamit Ular itu.

"Hati-hati di jalan kak" Balas kakakku dengan polosnya, kadang aku sebal sendiri mempunyai kakak yang kelewat polos.

Aku mendudukan diri ditempat ular itu tadi duduk.

"Kak ini adalah menu terbaru Kedai bunga malamku" Ucapku antusias sambil membuka kotak makanan yang aku bawa.

"Wah kau punya menu baru, kakak tidak sabar mencobanya" Balas kakakku sambil memasukan sup biji bunga teratai itu.

"Enak" Ucapnya lagi.

Aku tersenyum dan mempersiapkan diri untuk mengatakan sesuatu.

"Kak sepertinya kakak harus sedikit menjauh dengan Selir Ying" Ucapku,

"Memangnya kenapa kakak dan dia sudah berteman lama" Balas kakakku menghentikan kunyahannya.

"Hmm aku punya firasat buruk kak, asal kakak tau dengan kakak menjadi selir saja sudah membuatku khawatir" Jelasku sambil mengengam tangannya.

"Kakak tau kan kehidupan di harem istana tidak seperti di rumah kita" Lanjutku.

"Adik kau tenang saja kakakmu ini akan menjaga diri dan soal menjahui selir Ying kakak tidak bisa menjamin bahwa kakak bisa" Kini Kakakku mengelus tanganku lembut.

"Tapi aku mohon kepada kakak, cobalah untuk menjauhi selir Ying. Ku mohon percayalah padaku" Mohonku dengan sunguh-sunguh.

"Baiklah kakak akan coba"

Aku bernafas lega setidaknya kakakku sudah berusaha. Aku kembali mengingat pertemuan kakakku dangan Ular itu, mereka bertemu di kedaiku. waktu itu ular belum menjadi selir.

Huft, tak ku sangka kecemburuan bisa merusah persahabatan. Dan aku kembali ingat dulu kakakku yang membela ular itu agar tak diasingkan di istana dingin karena sengaja mendorong permaisuri ke danau sehingga ular tersebut bisa lolos.

Aku melangkah hendak menuju gerbang selatan, setelah tadi aku berpamitan dengan kakakku.

Namun saat mataku fokus pada bunga yang tumbuh disepanjang jalan tanpa sengaja aku menabrak sesuatu yang keras.

"Aduhhh" keluhku sambil memegangi jidatku.

Saat aku melihat apa yang ku tabrak seketika lututku lemas.

***

Terpopuler

Comments

senja

senja

jan sampe diembat ma Kaisar juga, wkwk harus dpt yg kuasanya lebih dari dia

2020-05-25

0

DevLail

DevLail

author ijin promosi 🙏

"THE LEGEND OF MERMAID" genre Time Travel and Romantic, siapa tau cocok mari mampir 💜💜💜

2020-05-18

2

Hesti Khoiriyah

Hesti Khoiriyah

lanjut thor

2020-03-25

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!