Sementara Alenna dan Vero berbincang dan berusaha saling paham, John menemui Paman Li di ruang sebelah. Terlihat pula beberapa bodyguard, mata-mata sewaan John, juga tangan kanannya. Dari sanalah John tahu sebuah fakta, bahwa sang putri rupanya sungguh menaruh hati pada Rangga.
"Perilaku Nona Alenna dulu sempat tidak wajar saat di dekat lelaki ini. Nona Alenna bahkan pernah memberikan obat tidur dan menciuminya secara sepihak," terang mata-mata sewaan John.
"Putriku sampai berani berbuat mesum seperti itu dengan Rangga? Aduh, Alenna!" John memijit pelan kepalanya.
Paman Li tampak menyodorkan segelas air untuk Tuan Besarnya itu. John berterima kasih lantas meneguknya hingga habis. Paman Li sendiri sebenarnya sudah mencoba menutupi fakta Alenna dan Rangga, atas permintaan Alenna tentunya. Namun, John justru menyewa mata-mata dan terungkaplah semua.
"Tuan, mohon jangan terlalu dipikirkan. Perhatikan kesehatan Tuan juga," saran Paman Li.
"Hah, anak itu benar-benar!" John geleng-geleng kepala. "Sejak di Jakarta apa Alenna masih berulah? Atau justru malah lebih parah?" tanya John.
"Alhamdulillaah, semenjak Nona Alenna di Jakarta, Nona banyak menginspirasi karyawan perusahaan karena penampilan dan kebaikan hatinya. Nona lebih rajin ibadah. Bahkan pernah membantu seorang wanita yang terjebak hutang hingga 100 juta," terang Paman Li dengan sopan.
Paman Li tidak membahas bagian di mana Alenna mengirimi Rangga kado kecil atau bahkan berusaha menghubungi Rangga via telepon.
Semua yang ada di ruangan itu terdiam saat melihat John terdiam. Tak ada satu pun yang bersuara. Mereka semua dengan sabar menunggu Tuan Besarnya bersuara.
John mulai ragu. Semula dia yakin akan menerima pinangan Vero. Semula dia bahkan yakin Alenna akan bahagia jika menikah dengan Vero. Fakta putrinya yang menyukai Rangga pun menggoyahkan keyakinannya.
Bagaimana Alenna bisa bahagia dengan Vero kalau yang dicintainya adalah Rangga? Pikir John.
Cukup lama John berpikir. Bermenit-menit pun berlalu. Hingga dia sampai pada satu pemikiran akan menikahkan Alenna dengan Rangga saja. Namun, dia masih akan memikirkannya ulang sebelum kembali dari Jakarta. John berencana akan membahasnya bersama sang istri, anak, dan menantunya tentang rencana penyatuan Rangga dan Alenna melalui ikatan pernikahan.
"Baiklah. Terima kasih atas kinerja kalian. Lanjutkan. Aku kembali ke ruang sebelah," kata John.
Setibanya di ruangan semula, John melihat Alenna bercanda tawa dengan Vero. Sungguh jauh berbeda saat pertama kali Alenna tiba tadi.
"Seru sekali. Apa kalian sudah berbaikan?" tanya John sambil mengambil posisi duduk di tempatnya tadi.
"Sudah, Om. Alenna sudah percaya pada Vero. Alenna juga sudah memaafkan Vero," terang Vero dengan pedenya.
"Apa benar begitu, Alenna?" John memastikan.
"Iya," lirih Alenna agak setengah hati.
Alenna tidak punya pilihan lain selain mengiyakan. Walau bagaimana pun Alenna sudah berniat mendukung niat baik Vero untuk berubah.
"Syukurlah. Setelah ini kalian bisa berpartner bisnis dengan nyaman." John tersenyum canggung. Di hatinya masih ada keraguan.
"Oya, Om. Untuk kerjasama dengan anak perusahaan itu, ayah sudah berinvestasi besar. Ke depan juga akan menggandeng anak perusahaan om agar lebih dikenal perusahaan besar di Jakarta," terang Vero.
Begitu membahas bisnis, John terlihat bersemangat. Binar matanya cerah.
"Sebentar lagi Om akan mengunjungi ayahmu. Tolong antar, Om!" pinta John.
"Alenna, nanti kita sambung lagi. Rencananya ayah tiga hari di sini," terang John lagi.
"Baiklah," sahut Alenna menurut saja.
Setelahnya mereka makan bersama. Di sela makan, Alenna banyak bertanya tentang Mario-Anjani dan Mommy Monika. Vero hanya diam. Dia memperhatikan betul, menikmati setiap perubahan mimik wajah Alenna.
***
Alenna pulang ke apartemen. Tidak kembali ke kantor karena semua urusan meeting di-handle sendiri oleh manajer utama.
Masih memakai pakaian yang sama, Alenna lantas menuju sofa. Duduk manis, tapi sedikit gelisah dengan pemikirannya.
"Alenna, jangan mikir macam-macam, ya. Harus percaya dan mendukung Vero tanpa menaruh hati padanya. Titik." Alenna memberi penegasan pada dirinya.
Bukan tanpa sebab Alenna memberi penegasan pada dirinya. Semua itu lantaran tadi Alenna sempat terpana karena sempat terjebak dalam tatapan yang dilayangkan Vero padanya.
"Vero juga, sih. Kenapa kata-katanya harus dibanyakin gula. Jadi manis, kan." Alenna protes sendirian.
Kepala Alenna menggeleng-geleng pelan. Satu hembusan nafas dalam dilakukan. Usai tenang, Alenna mencoba tersenyum dan di saat yang bersamaan wajah Rangga membayang.
"Insya Allah aku yakin dengan Mas Rangga. Percuma juga Mario dan ayah mengirimku jauh ke Jakarta, kalau ternyata hatiku masih tertinggal di Jember sana. Masih teruntuk sosok gagah yang sama," tutur lembut Alenna.
Menit berikutnya, jemari Alenna sudah lincah mencari nomor telepon Rangga. Alenna sudah tidak bisa menahan diri untuk tidak meneleponnya. Alenna sungguh tidak peduli lagi. Alenna ingin segera bersatu dengan Rangga.
"Assalamu'alaikum, Alenna. Ada apa nih?" tanya Rangga setelah panggilan itu diangkatnya.
"Wa'alaikumsalam. Nggak ada apa-apa, sih. Cuma pengen nelpon aja," jujur Alenna.
"Rindu ya?" goda Rangga.
"Iih, kok tau sih." Nada Alenna terdengar begitu manja.
Fix. Alenna dan Rangga sungguh mirip sepasang kekasih yang sedang menjalin kasih jarak jauh. Saling menyapa dan meluapkan rindu.
"Alenna, maaf nih. Aku beneran nggak mau kita seperti ini. Menjurus ke arah pacaran sebelum halal malah bikin dosa," terang Rangga seolah ada rasa tidak nyaman di hatinya.
"He'em aku tahu. Makanya bentar lagi kita nikah, yuk! Aku mau minta ke ayah buat segera merestui kita nikah." Kata-kata Alenna terdengar ringan sekali.
Rangga tampak ragu meski sebenarnya dia mau. Semua karena perbedaan status sosial yang jauh. Membuat Rangga kadang-kadang merasa minder.
"Apakah akan semudah itu?" tanya Rangga ragu-ragu.
"Insya Allah. Makanya Mas Rangga berdoa, ya. Em, tunggu aja kabar lanjutannya," pinta Alenna.
"Baiklah. Kalau gitu aku lanjut kerja dulu, ya. Ada bos nih di ruko." Nada Rangga sedikit dibuat berbisik.
"Hehe. Iya-iya. Selamat kerja Mas Ranggaku."
Telepon dimatikan. Hati Alenna merasa senang usai mendengar nada suara Rangga yang begitu khas kejawa-jawaan.
Tak mau berlama-lama. Alenna menelepon sang ayah untuk mengutarakan niatnya, tapi sayangnya tidak diangkat. Alenna sungguh tak sabar, sehingga ia pun menyampaikan niatnya via pesan singkat.
Ayah, izinkan aku menikah dengan Mas Rangga. Aku mencintainya. Begitulah kalimat akhir pesan singkat Alenna setelah sebelumnya berbasa-basi ria terlebih dahulu.
Hingga malam tiba, pesan itu tak kunjung mendapat balasan. Sampai ayah Alenna pamit pulang ke Jember, Alenna sama sekali tidak mendapat titik terang. Ayah Alenna sempat menelepon sebelum bertolak dari Jakarta. Pamit dan memberi nasihat untuk Alenna. Namun, ayah Alenna sama sekali tidak membahas pesan singkat itu. Alenna pun jadi tidak berani membahasnya.
"Apa ini sebuah pertanda bahwa ayah tidak akan merestui hubunganku dengan Mas Rangga?" Alenna lesu.
Tiga hari ini Alenna tampak lesu. Untung saja selama tiga hari pula Vero tidak menampakkan batang hidungnya. Kalau tidak, Alenna bisa dibuat makin pusing saja.
***
Hari berganti. Pagi-pagi sekali Alenna mendapat VC dari Mommy Monika. Berita yang dibawa Mommy sungguh membuat hatinya dipenuhi rasa syukur yang luar biasa.
"Ayah serius memperbolehkan Alenna menikah dengan Mas Rangga kan, Mom?" tanya Alenna lagi memastikan untuk ke sekian kalinya.
"Iya, Sayang. Nanti siang Mommy sama ayahmu mau bicara serius dengan Rangga. Insya Allah kami merestuimu, karena kebahagiaanmu yang utama," terang Mommy.
"Alhamdulillaah," ucap syukur Alenna dengan kerasnya. "Mom, Alenna boleh pulang nih?" tanya Alenna kemudian.
"Eh-eh. Sabar dulu. Kamu di Jakarta dulu sampai semua yang di sini beres. Percayakan pada Mommy sama ayahmu, ya?" pinta Mommy Monika.
"He'em deh. Alenna nurut aja, yang penting dibolehin nikah sama Mas Rangga," sahut Alenna.
Tak lama kemudian, panggilan pun berakhir dengan rasa bahagia yang melekat di hati Alenna. Setelahnya, ada yang datang ke apartemennya itu.
"Siapa yang datang pagi-pagi gini? Masa iya Ranti, sih?" Alenna menerka-nerka.
Alenna membuka perlahan pintunya. Ternyata, yang bertamu adalah sosok tampan yang tidak ditemuinya selama tiga hari ini.
"Vero?"
"Selamat pagi, Alenna."
Bersambung ....
Nantikan lanjutan ceritanya, ya. Dukung karya ini dong. Like. Komentari. Fav. Vote. Hihi. Terima kasih sudah mampir dan membaca. 😉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Bagus Effendik
👍🌹🌹🌹🌟
2021-01-24
0
brshaaffn_18★HFN★
like sampai sini kak hehe 😅
Semangat terus pokonya
2021-01-06
0
Asyilah
Waduh babang Vero pagi² da datang🤦ganggu orang lagi bahagia saja😊
2020-12-09
1