Rumah makan bergaya jepang, dengan ketersediaan ruang-ruang pertemuan menjadi pilihan ayah Alenna, John. Di sampingnya, Vero tampak sopan sekaligus berwibawa. Sepanjang jalan menuju ruang yang telah dipesan, Vero tampak mengakrabkan diri dengan John.
"Saya sungguh menyambut baik niatmu memilih anak perusahaan kami untuk bermitra dengan perusahaan besar milik seorang Johan Renaldi. Apa kabar ayahmu itu? Apa sudah mendapat pasangan baru?" tanya John.
Rupanya John akrab dengan ayah Vero. Hanya saja John dan Johan sudah lama tidak bertemu meski perusahaan mereka menjalin hubungan kerjasama. Wajar saja, perpanjangan kontrak kerjasama selalu diserahkan kepada utusan kepercayaan.
"Ayah masih betah menduda, Om. Sehari-harinya sibuk mengurus bisnisnya," terang Vero, lantas menuangkan minum untuk John.
John tidak tahu kebiasaan buruk ayah Vero. Ayah Vero juga suka mengundang si lipstik merah untuk diajak bermain bersama. Beda dengan sang anak, saat ini Vero sudah berusaha untuk tidak kembali ke sisi buruknya.
"Vero, apakah kamu sudah menikah?" tanya John tiba-tiba.
"Belum, Om. Sebenarnya sekarang ini saya sedang tertarik dengan putri, Om. Jika diperbolehkan, saya memiliki niat baik untuk meminangnya." Vero membidik John, langsung ke inti.
Mimik wajah John cerah. Tampak sekali ada dukungan di sana.
"Terima kasih atas niat baikmu. Soal ini akan om bicarakan dulu pada Alenna. Om rasa dia pun dengan senang hati akan menerimanya. Setahu om sih Alenna tidak sedang menjalin ikatan cinta dengan siapa pun," terang John sambil menepuk-nepuk bahu Vero.
Vero senang dengan tanggapan baik ayah Alenna yang sangat jelas mendukung dirinya. Vero menantikan kelanjutan usahanya untuk bisa lebih dekat dengan Alenna. Mulai dari menjalin kerjasama dengan anak perusahaan, hingga mendekati John secara langsung. Rencananya, Vero juga akan mendekati Mario. Namun, dia memikirkan ulang rencananya itu karena kakak Alenna terkenal jenius dan penuh perhitungan. Vero juga melupakan niatannya untuk menemui Rangga di Jember. Mendekati ayah Alenna jauh lebih mudah, pikirnya.
Alenna. Aku sungguh ingin menikah denganmu, batin Vero.
Vero terus membuat kesan baik di depan John. Dia sudah membulatkan tekad untuk menjauhi si lipstik merah. Dia ingin berubah. Dia pun menginginkan Alenna untuk menemani perubahan baiknya.
***
Usai sholat dhuhur, Alenna diantar Paman Li menuju tempat pertemuannya dengan John. Wajah Alenna begitu bahagia karena akan segera bertemu sang ayah. Alenna bahkan membawa roti bolu kesukaan sang ayah untuk dimakan bersama-sama.
"Assalamu'alaikum, a ... yah." Alenna terkejut melihat Vero di samping ayahnya.
"Wa'alaikumsalam. Alenna, sini duduk dulu," perintah John.
Alenna menurut. Dia melirik Vero yang terus-terusan tersenyum sedari tadi.
"Ayah apa kabar?" tanya Alenna, mencoba mengabaikan keberadaan Vero di sana.
"Ayah baik. Mommy, kakakmu dan kakak iparmu juga baik. Apa kau merindukan mereka?" tanya John.
"Tentu saja Alenna rindu, ayah. Apakah Alenna sudah boleh pulang?" Alenna penuh harap.
"Eits. Sabar dulu dong. Ayah membutuhkan kecakapanmu untuk membantu induk perusahaan," terang John.
Bibir Alenna manyun. Dia sedikit kecewa dengan jawaban ayahnya.
"Alenna. Apa kamu sudah mengenal Vero?" John berganti topik.
"Sudah," jawab Alenna singkat tanpa menoleh ke arah Vero.
"Saya sudah bertemu Alenna beberapa kali, Om. Satu waktu pernah terjadi salah paham juga dan hari ini saya ingin meluruskannya," terang Vero.
"Oh, sempat seperti itu rupanya. Kalau begitu selesaikan dulu kesalahpahaman kalian, karena setelah ini kalian berdua akan menjadi partner kerja. Alenna, Vero akan bekerjasama dengan anak perusahaan. Kamu ayah amanahi menjadi perantara kerjasama ini, karena posisimu lebih dekat jarak dengan Vero," jelas John.
Mata Alenna seketika membulat. Dia tidak tahu apa-apa tentang kerjasama yang dilakukan Vero dengan anak perusahaan ayahnya.
Itu artinya, apa Vero akan sangat mungkin untuk bertemu Mario? Kalau Vero sampai mengunjungi anak perusahaan dan bertemu relasi-relasi di sana, bisa jadi Vero juga akan bertemu Mas Rangga. No! Pikiran Alenna kacau membayangkan yang tidak-tidak.
"Alenna, ayah tinggal dulu bertemu Paman Li di ruangan sebelah. Begitu selesai, ayah berharap kesalahpahaman di antara kalian juga selesai," harap John.
"Ayah, tapi ...."
"Vero, Om tinggal dulu!" John tidak menanggapi protes Alenna dan malah pamit pada Vero.
Pintu ditutup. Tersisa Alenna dan Vero di ruangan itu. Alenna membuang muka, sementara Vero terus menatap Alenna.
"Alenna," panggil Vero.
"Jangan bicara! Aku masih trauma mengenang adeganmu dengan si lipstik merah menyala! Sungguh menodai mataku!" keluh Alenna sambil tetap membuang muka.
Vero membiarkan Alenna dan sikap dinginnya. Dia masih saja tersenyum sambil menatap Alenna.
"Apa ini kue bolu? Boleh aku makan?" tanya Vero.
"Habiskan! Makan itu! Jangan makan aku!" Alenna ketus.
Vero cekikikan melihat ekspresi ngambek Alenna yang menurutnya sangat lucu. Seketika Vero sadar bahwa Alenna khawatir akan bernasib sama seperti si lipstik merah menyala.
"Sayang, aku ..."
"Jangan panggil aku sayang. Kita bukan pasangan!" Alenna menyela dengan ketusnya.
Vero harus benar-benar bersabar menghadapi sikap ketus Alenna.
"Baiklah. Aku minta maaf, Alenna." Tutur lembut Vero.
Kali ini Alenna menoleh. Dia menatap tajam manik mata Vero.
"Minta maaflah pada-Nya. Bukan padaku, Tuan Arvero Dewanggi. To-bat!" tegas Alenna.
Mimik wajah Vero serius kali ini.
"Kamu benar Alenna. Aku sudah tobat. Tidak ada lagi si lipstik merah menyala. Aku sungguh berniat baik untuk berubah. Lantas menjadi pantas untuk jadi pendampingmu. Mari kita menikah, Alenna." Vero penuh harap.
"Setelah aku melihatmu bermain cinta dengan si lipstik merah menyala, beraninya kau ngajak aku menikah. Coba sekarang aku tanya. Berapa kali kau sudah bermain?" Alenna tegas.
Vero tampak mengingat-ingat sambil membuka satu per satu jemari kedua tangannya. Alenna dibuat melongo melihat itu semua. Sontak saja dia lekas beristighfar.
"Its so crazy. Sudah banyak sekali kamu bermain rupanya?" Alenna geleng-geleng kepala.
"Nggak juga. Baru lima?" Vero enteng saja mengakuinya.
"What? Lima itu banyak. Satu aja bikin dosa apalagi lima. Aku menolak ajakan menikah itu." Alenna berkata tegas.
"Kenapa? Karena masa laluku itu? Aku sekarang sudah berubah Alenna. Kamu orang pertama yang tahu sisi burukku. Kamu juga menjadi yang pertama tahu bahwa aku sudah meninggalkan keburukan itu. Jadi, beri aku kesempatan untuk menunjukkan padamu bahwa aku sudah benar-benar be-ru-bah." Vero panjang lebar menjelaskannya. "Bukankah seharusnya setiap biat baik mendapat dukungan? Aku memilih tobat tapi tidak ada yang percaya padaku." Muka Vero masam. Dia menunduk.
Mendadak Alenna merasa telah menjadi orang jahat. Alenna mendengar Vero ingin berubah. Itu niat baik, tapi justru Alenna mengasari Vero dengan kata-kata ketusnya.
Haruskah aku percaya padamu? Batin Alenna.
"Aku ingin ada seseorang yang percaya padaku. Membantuku benar-benar lepas dari jerat masa lalu," lirih Vero sambil membentur-benturkan kepalanya ke meja.
Alenna prihatin. Tetiba saja dia tidak tega melihat Vero seperti itu.
"Jangan menyakiti dirimu!" Ragu-ragu Alenna mengatakan itu dengan nada melembut. "Sebenarnya, apa alasanmu melakukannya?" tanya Alenna kemudian.
Vero mengangkat kepalanya. Matanya sayu jika harus menghadirkan masa lalu itu dan menceritakan semuanya pada Alenna. Usai bergelut dengan pikirannya, Vero pun menceritakan semuanya pada Alenna. Tentang seseorang yang pernah mencampakkannya. Tentang sosok ibu yang tak lagi bisa dirasakan kasih sayangnya. Tentang amarah dan rasa dendam dirinya. Baru kali ini seorang Arvero Dewanggi bersikap terbuka, berani menceritakan masa lalunya. Semua itu karena Alenna. Sosok berhijab yang telah menghadirkan satu titik cerah dalam kehidupannya.
Benar kata Ranti. Sisi buruk Vero ada alasannya. Tetiba saja aku jadi tidak tega. Apa sebaiknya aku dukung saja niat baiknya untuk berubah, ya? Pikir Alenna.
"Em, Vero. Apa kamu serius ingin berubah baik?" tanya Alenna.
"Tentu saja, Alenna. Aku pun juga serius ingin menikah denganmu." Vero tulus mengatakan itu.
Alenna menangkap keseriusan dari bola mata dan tatapan Vero.
"Baiklah. Aku akan mendukungmu untuk berubah lebih baik. Tapi, jangan bahas-bahas soal menikah. Hatiku sudah jadi milik orang lain!" tegas Alenna.
"Terima kasih sudah mau percaya padaku Alenna," sahut Vero. Dia tak lagi membahas pernikahan di depan Alenna.
Aku tahu kamu menaruh hati pada seseorang yang bernama Rangga, Alenna. Perlahan, aku yakin perasaanmu padanya akan berubah. Semakin sering kau dekat denganku, kau akan menyadari betapa susahnya menolak pesonaku. Batin Vero.
Bersambung ....
Apakah dengan ini Alenna akan menghentikan niatnya untuk menikah dengan Rangga? Atau justru Vero malah berhasil membuat Alenna jatuh cinta padanya? Nantikan lanjutannya. Like. Vote. Fav. Komentari. 😉 Terima kasih sudah mampir dan membaca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Bagus Effendik
aku hadiiiiiiiir
2021-01-24
0
~Nessa
Done..
Sudah Ku FavDan akan selalu hadir di karya Mu
jangan lupa selalu hadi juga di Karyaku Ya!
MAKASIH BANYAK KAKAK AUTHOR...
2020-12-07
1
Asyilah
Hanya kak Author yang tahu😀 Aku hanya mendukung Alenna_Rangga
2020-12-07
1