Damar mendengar Adzan berkumandang, setelah selesai membersihkan diri dan berganti pakaiannya ia memutuskan untuk pergi ke Mushola dimana Mushola tersebut ada Rendi, Anton dan Andi. Setelah selesai solat Damar berdoa mengangkat kedua tangannya.
" Ya Allah yang maha pengasih, dan penyayang .... Sesungguhnya engkau adalah Dzat yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan melainkan dari - Mu. Berikanlah kesembuhan kepada Wulan ya Allah , kesembuhan tanpa rasa sakit Aamiin Aamiin Ya Rabbal Al-Amin ." Damar berdoa di dalam hati
" Nak " panggil Andi menepuk bahu Damar...
"Ayah ...." Damar mengusap wajahnya dengan kedua tangannya.
Di malam hari Anton mendapatkan laporan dari Yuda melalui sambungan telepon tentang pelaku yang melakukan tabrak lari terhadap putrinya. Anton cukup terkejut ketika mendengar semua hasil penyelidikan Yuda, Anton menyerahkan semua kepada pihak yang berwenang. Anggi yang tersandung kasus ini hanya bisa pasrah mengakui kebodohannya yang kesekian kalinya. Jeruji besi dan tempat tidur beralaskan tikar kini sudah menantinya. Rafa selaku Ayah Anggi pun turut rugi besar, karena ia yang akan membiayai semua pengobatan Wulan di Rumah Sakit. Seminggu berlalu operasi Wulan sudah berjalan dengan lancar. Kini hanya menunggu kesadaran Wulan kembali. Ayu dan Anjani pun sering menengok sahabatnya yang masih enggan membuka matanya. Damar sering bergantian dengan Latifah untuk menjaga Wulan, seperti hari libur ini, ia habiskan untuk menjaga Wulan.
Pukul 07.00 pagi
"Ceklek " suara pintu terbuka Damar berjalan pelan karena melihat Rendi yang masih tertidur pulas.
" Assalamualaikum tan, tante istirahat saja biar Damar yang jaga Wulan... ini ada sarapan tadi ibu buat untuk tante dan Rendi." salam Damar mencium tangan Latifah dan meletakkan kotak nasi di atas meja. Damar mendekati Latifah yang duduk di sebelah Wulan.
" Wa'alaikum salam... Terimakasih ya nak " jawab Latifah tersenyum simpul.
" Tan, tante istirahat saja biar Damar yang gantian jaga ." ucap Damar lirih
" Iya terimakasih nak, tante tinggal yah nak " Ucap Latifah, Damar pun mengangguk ... Latifah beranjak dari duduknya dan berniat membangunkan Rendi yang tidur di sofa. Damar duduk di sebelah Wulan di lihatnya wajah Wulan yang pucat pasi dan alat - alat yang masih menempel di tubuh Wulan.
" Nak Damar, maaf ya merepotkan... Tante boleh minta tolong jaga Wulan sebentar, tante mau pulang ke rumah bersama Rendi" ucap Latifah setelah menyantap masakan sahabatnya bersama Rendi.
" Silahkan tante nanti kalau ada kabar Wulan, Damar kabari. " jawab Damar
" Terimakasih ya nak " Ucap Latifah yang seminggu ini sudah menginap di rumah sakit.
Damar membalas dengan senyuman. Damar melihat bibir Wulan yang mengering, diambillah kapas kecil yang basah untuk kemudian di sentuhnya bibir Wulan dengan kapas tersebut agar tetap lembab.
" Assalamualaikum dek, hari ini adalah hari ke tujuh kamu memejamkan mata. Apa rasanya sesakit itu dek." ucap Damar yang mulai menitihkan air mata dan memegang tangan Wulan.
"Biarkan mas yang menggantikan rasa sakit ini dek, ini semua salah mas dek. Harusnya mas yang ada diposisi ini. Bukalah matamu dek, sudah banyak yang menanti kesembuhan mu. Bangunlah dek sebelum mas terbang jauh meninggalkan mu, mari kita ukir kenangan manis dek " ucap Damar yang terisak pilu dan terus mengecup lembut genggaman tangan Wulan. Tak terasa tetesan air mata Damar mengenai tangan Wulan, tangan Damar merasa genggaman Wulan semakin terasa walaupun lemah. Damar melihat wajah Wulan yang pucat dan mata yang terpejam kini perlahan terbuka.
" Mas ..." ucap Wulan lirih dengan suara seraknya.
"Alhamdulillah terimakasih Ya Allah hiks hiks hiks " ucap syukur Damar menangis bahagia, tetap memegangi tangan Wulan dan tidak henti mengecup lembut tangan Wulan. Wulan mengusap lembut wajah Damar, lelaki yang memang membuatnya nyaman.
" Jangan menangis lagi ya mas " ucap Wulan tersenyum simpul, Damar pun menggelengkan kepalanya tersenyum manis.
" Kamu juga jangan tidur terus ya dek, semua menunggu kamu termasuk mas dek. Sebentar mas mau panggil dokter dulu ya dek " ucap Damar mencium kening Wulan, Wulan yang mendapat perlakuan Damar hanya bisa memejamkan matanya. Tidak lupa Damar menekan tombol yang digunakan untuk memanggil dokter. Dokter Akbar selalu siaga untuk Wulan. Ia tidak pernah pulang semenjak Wulan masuk rumah sakit, mengingat bahwa Wulan adalah calon mantu Andi membuatnya harus berjaga ekstra. Tidak lama Dokter Akbar datang dengan satu suster, melihat Damar dan Wulan berpegangan tangan Dokter Akbar pun menegurnya.
" Ehem ehem ! " suara batuk jadi jadian dari Dokter Akbar
" Alhamdulillah sudah siuman berarti kamu sudah melewati masa kritis mu dek, ingat belum sah Damar " ucap Dokter Akbar menghampiri mereka dan memisahkan tangan Damar dan Wulan.
" Maaf Om Akbar, Damar khilaf " Jawab Damar.
" Om ingin periksa pacar kamu, siapa tahu hatinya pindah ke om " ucap Akbar yang sibuk mengecek kondisi Wulan.
" Om Akbar " kilah Damar yang masih gengsi mengungkapkan isi hatinya.
" Pak dokter bisa saja " ucap Wulan tersenyum.
" Jangan tersenyum, melihat senyummu nanti Om Akbar diabetes dek ! " perintah Damar merasa cemburu melihat Akbar berdekatan dengan Wulan. Akbar hanya bisa menggelengkan kepalanya.
" Hai dek, wajah mu manis sayang kalau tidak bisa senyum. Senyum juga ibadah loh Damar " ucap Akbar
" Haduh ada apa dengan manusia dua ini " batin Wulan yang terheran melihat Damar dan Akbar.
" Heeeemmm iya iya om "jawab Damar yang memang kalah telak.
" Dok bagaimana mana dengan kaki ku ?" tanya Wulan dengan wajah sendu, melihat kakinya yang masih terbalut perban.
" Tenang adik manis, kakimu hanya cidera ringan. Untuk sementara kamu bisa menggunakan kursi roda dan untuk hari berikutnya jika memang kaki kamu mampu menopang, kamu boleh berjalan dengan pelan-pelan. " jawab Dokter Akbar
" Terimakasih dok.." ucap Wulan sambil tersenyum.
" Oke pagi ini kamu boleh makan bubur nanti suster yang akan bawakan beserta obatnya ya. " Akbar
" Baik dok" Wulan
" Ya sudah saya pergi dulu ya." Akbar
" Terimakasih om," Damar
" Sama-sama good boy " jawab Akbar menepuk pelan bahu Damar. Sepergi nya Akbar, Damar langsung memberikan kabar ke semua orang termasuk Ayu dan Anjani yang terus menanyakan keadaan Wulan. Pukul delapan, suster membawa nampan yang berisi sarapan Wulan.
" Mas suapi ya dek..." ucap Damar, Wulan pun mengangguk. Suap demi suap Wulan terima di suapan ke enam, Wulan menolak dengan alasan kenyang. Sejak awal memang lidah Wulan merasa hambar karena memang makanan rumah sakit yang kurang enak. Damar meletakkan mangkuknya ke meja dan mengambil minum untuk Wulan.
"Tok tok tok "
" Ceklek!"
" Wulllaaaaaann ! " seru Anjani dan Ayu memeluk sahabatnya. Damar yang mendengar teriakan sahabat Wulan hanya bisa menutup ke dua telinganya.
" Ah kalian aku enggak bisa nafas " ucap Wulan. Anjani dan Ayu pun melepaskan pelukannya.
" Haduh lama - lama telingaku budeg nih " sahut Damar sambil mengusap kedua telinganya.
" Maaf, kak kelepasan hehehe" Anjani
" Eh Lan kamu seperti ... Kaya seperti pendekar apa yah ? "ucap Ayu bingung memikirkan kondisi Wulan dengan kepala di perban mirip dengan pendekar.
"Oh iya kamu mirip Wiro sableng hahaha" semua tertawa mendengar penuturan Ayu, tetapi tidak dengan Wulan.
" Seneng ya teman kena musibah hah " Wulan melempar jeruk dan mengenai kening Ayu.
" Hahahaha "semua terbahak melihat ekspresi Ayu, Ayu merasa senang sahabatnya kembali tersenyum riang.
"Assalamualaikum waaahh sepertinya seru sekali "ucap Latifah, Anton, serta ayah dan ibu Damar. Latifah yang masih belum menyadari Wulan yang sudah siuman, karena hanya Latifah saja yang belum mendapatkan kabar Wulan siuman. Pada saat Damar memberi kabar Anton yang menerima telepon dan saat ini Anton ingin memberikan kejutan untuk istrinya.
" Wa'alaikum salam tan " jawab Damar, Anjani, dan Ayu bersamaan.
" Ibu uuu " semua terdiam Latifah merasa dirinya dipanggil oleh suara yang sudah lama ia rindukan, dilihatnya Wulan... ternyata benar suara itu milik putrinya yang ia tunggu tunggu sejak kemarin. Suasana menjadi sendu ketika Wulan melihat area mata ibunya yang menghitam karena menjaga dirinya. Latifah memeluk Wulan, Wulan bersyukur masih banyak orang yang menyayanginya.
"Ibu, ibu pasti lelah ya nunggu Wulan... Maafin Wulan ya buk." ucap Wulan melepas pelukan ibunya dan menatap kembali wajah Latifah. Latifah hanya bisa menggelengkan kepalanya, apapun yang ia lakukan hanya untuk kesembuhan putrinya.
🌿
🌿
🌿
🌿
🌿
🌿
🌿
Jangan lupa like, komen dan vote ya...😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
MochiChangsubie
Emg ya si Ayu teman gk ada akhlak, temen lg sakit malah di bilang kek Wiro sableng donk wkwkwk...ngakak kan aku jdinya...😂😂😂
2021-01-10
1