Di kantor perkebunan karet Damar selalu membantu pekerjaan ayahnya.
" Yah, apa ayah akan mendukung jika suatu saat nanti Damar melanjutkan pendidikan ke luar negeri ? " tanya Damar
" Pasti nak, itu semua untuk kebaikan kamu di masa depan kelak " ayah Damar
" Terimakasih ya yah atas supportnya, ayah memang yang terbaik... " ucap Damar sambil mengacungkan jempol tangan kanannya dan tersenyum riang, begitupun dengan ayah Damar ada rasa senang dan disisi lain merasa sedih karena harus berjauhan dengan anak semata wayangnya.
Sekolahan Damar menyediakan tes untuk para siswa - siswinya yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri. Damar terkenal dengan keaktifan dan kecerdasannya. Sejak duduk di bangku sekolah menengah atas Damar sudah dilibatkan dalam pekerjaan kantor ayahnya. Ayah Damar selalu mengasah dan menggali potensi Damar agar suatu saat nanti Damar dapat mengelola perkebunan milik ayahnya, dari hal yang terkecil sampai yang besar.
" Yah, nanti Damar akan mengikuti tes di sekolah untuk mendapatkan beasiswa, biar ayah enggak terlalu terbebani" ucap Damar
" Ya Allah nak semoga kamu lulus ya nak, ayah bangga sekali " ayah Damar
" Aamiin ayah "ucap Damar seraya memeluk ayahnya. Perlahan Damar melepas pelukannya.
" Yah, tapi bagaimana dengan ibu ? " tanya Damar mengingat ibunya yang selalu cemas dengan keadaan Damar jika jauh darinya.
"Nanti biar ayah yang bicara " ayah Damar
"Terimakasih yah, oh iya yah... ini sudah jam makan siang. Lebih baik ayah istirahat dulu, dan ini laporan hari ini yah. "ucap Damar sambil menyodorkan map ke ayahnya.
" Hmmm .... kamu memang pandai nak, jadi ayah tidak terlalu cemas jika kamu ingin mengejar pendidikan di tempat yang jauh" batin ayah Damar seraya mengecek laporan Damar.
"Oke kerja bagus nak,"ucap ayah Damar dengan tersenyum.
"Pasti dong siapa dulu gurunya, ayah ..!" puji Damar, mereka pun tertawa kecil.
"Ayah mau makan di rumah atau nunggu catering ? "Damar
"Ayah nunggu catering aja nak, sebentar lagi ayah juga pulang" Ayah Damar
"Kalau begitu Damar pamit pulang dulu yah, assalamualaikum !" pamit Damar mencium tangan ayahnya.
"Wa'alaikum salam nak... " jawab ayah Damar
Selepas Damar pergi, ayah Damar melihat sekeliling meja yang sudah di gunakan oleh Damar. Terlihat rapih meski banyak tumpukan - tumpukan berkas. Lalu ayah Damar membuka laci diambillah sebuah foto anak laki - laki yang masih berusia 5 tahun, iya itu adalah Damar kecil. Dipandangi dan di raba foto Damar dengan wajah yang sendu akan di tinggalkan oleh putranya.
" Anak ayah sekarang sudah besar, dan sebentar lagi mau ninggalin ayah dan ibu disini, hmmm rasanya berat tapi untuk mengembangkan pengetahuan kamu ayah rela nak." batin ayah damar sambil memijat pangkal hidungnya tanpa terasa ada cairan bening yang mengalir. Begitulah seorang ayah yang selalu memberi semangat untuk anaknya walaupun rapuhnya tidak diketahui siapa pun.
Setiba Damar di rumah ....
" Tok ... Tok... Tok... bu... Damar pulang " ucap Damar sambil mengetuk pintu.
"Iya sebentar nak " sahut Ibu Damar dari dalam.
" Assalamualaikum bu ... " salam Damar ketika pintu rumah terbuka dan mencium tangan ibunya.
" Wa'alaikum salam nak, ayah mana nak ?
ayah enggak ikut pulang ? " tanya ibu Damar seraya menutup pintunya kembali
" Oh, ayah katanya nunggu catering aja bu. Soalnya sebentar lagi mau pulang, jadi nanggung." ucap Damar sambil mengembangkan senyum menaruh ransel di atas kursi meja makan.
"Hem begitu ya, ya sudah yuk kita makan dulu kamu pasti lapar kan habis bantuin ayah ." ajak Ibu Damar sambil membuka tudung saji.
"Sebentar bu, Damar belum cuci tangan " Damar pun pergi ke Dapur untuk mencuci tangannya.
" Terimakasih ya bu." ucap Damar ketika kembali dan melihat sepiring nasi yang sudah lengkap dengan lauk pauknya.
"Iya sayang ... " Ibu Damar
" Hmmm kalau Damar jauh dari ibu, Damar pasti kangen masakan ibu" batin Damar
Ibu dan Damar makan siang bersama dengan hikmat tanpa ada suara diantara mereka. Setelah selesai makan siang ibu Damar bergegas untuk kembali menyambangi Rumah Rajut milik-Nya ( Ibu Damar seorang pengrajin tas rajut dan memiliki pekerja dari kalangan ibu rumah tangga desa setempat ). Sedangkan Damar masuk ke dalam kamar untuk solat dan istirahat. Ketika merebahkan badannya di kasur Damar teringat luka Wulan dan ingin tahu keadaan Wulan.
" Apa aku kirim pesan aja ya " batin Damar.
Damar pun bergegas bangun dari tempat tidurnya untuk mengambil ponsel di atas meja belajarnya.
Dikamar Wulan masih tertidur pulas tiba - tiba ponsel Wulan berbunyi " Tring !!!" bunyinya terasa nyaring karena ada di dekat telinga Wulan. Seketika Wulan bangun dari tidurnya, perlahan membuka matanya dan di bacalah pesan dari Damar.
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
" Dek, gimana dengan lukanya. Apa sudah mendingan ? " pesan dari ari Mr. D, Wulan memberi nama Damar di ponsel miliknya dengan sebutan Mr. D
" Oh ya ampun, kenapa Mas Damar perhatian sekali " batin Wulan sambil tersenyum sendirian.
"Sudah kok mas, luka kecil enggak apa-apa " balas Wulan tanpa melihat luka memar di tangannya.
" Coba kirim foto tangan kamu yang terluka " pesan Mr.D
"Kenapa tanganku jadi begini" gumam Wulan ketika melihat tangannya yang lebam biru. Wulan pun mengambil gambar tangannya yang lebam untuk di kirimkan ke Damar.
"Apa sudah di beri obat ?" pesan dari Mr.D
"Belum mas, Wulan baru bangun tidur. Kebetulan obat memarnya habis 😁" balas Wulan
" Ya sudah, tunggu aku di depan rumah dua puluh menit lagi " pesan dari Mr.D
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Damar pun beranjak dari tempat tidurnya, bersiap-siap memakai jaket dan helm untuk pergi membeli obat ke apotek terdekat dengan menggunakan moge pemberian ayahnya. Sedangkan Wulan bergegas dari tempat tidurnya untuk makan siang dan melaksanakan sholat Dzuhur. Setelah selesai Wulan keluar dari kamar menuju teras depan rumahnya untuk menunggu Damar. Dipandangi bunga - bunga yang ada di depan rumah terlihat layu karena siang ini matahari sangat terik. Diambillah selang untuk di pasangkan ke kran air, saking asiknya menyiram Wulan tidak menyadari kedatangan Damar. Damar pun berniat jahil, ingin mengejutkan Wulan dengan jalan pelan.
" Dooorrr !!! " ucap Damar sambil memegang bahu Wulan yang membelakanginya, Wulan pun terhenyak kaget. Seketika selang yang dipegang Wulan mengarah ke muka Damar.
" Mas Damar, " gumam Wulan yang masih terkejut, sedangkan selangnya masih mengarah ke muka Damar. Damar yang mendapat siraman mendadak hanya bisa memejamkan matanya.
" Ehhh maaf mas, maaf ya Wulan enggak sengaja " ucap Wulan yang menyadari kesalahannya dan meletakkan selang begitu saja.
"Oh ! jadi begini ya balasannya, udah di beliin obat malah kena siram " Damar pura - pura marah dan menyeringai melihat selang tergeletak.
" Iya maaf Wulan salah, habis Mas Damar juga sih. Kan mas Damar duluan ngagetin Wulan wleee " ucap Wulan sambil menjulurkan lidahnya
" Hem ya ya ya, disini ada obat untuk luka lebamnya dan es kelapa muda tanpa gula. Aku beli 5 bungkus. " jawab Damar sembari meletakkan dua kantong plastik di meja depan rumah Wulan.
" Iya terimakasih mas.." Wulan tersenyum manis
" Aku engga butuh terimakasih ya, nih pembalasan aku" ucap Damar sambil mengarahkan selang ke Wulan.
" Udah ya mas, kan tadi Wulan udah minta maaf ! stop mas ...! Wulan sudah basah kuyup " Wulan pun berusaha merebut selang di tangan Damar namun naas badan Damar yang tinggi tidak bisa Wulan jangkau. Damar terpaku melihat pakaian dalam Wulan yang terlihat jelas.
" Sudah dek masuk rumah gih. Ganti baju, baju kamu basah kuyup. nanti sakit lagi." perintah Damar, Damar pun mematikan kran air dan membelakangi Wulan.
" Ya udah, sini masuk mas. Nunggu Wulan di dalem saja, di dalem juga ada Bi Ning ." Wulan
( Ningsih adalah asisten rumah tangga yang bekerja sejak Wulan kecil dan sering di panggil Bi Ning ).
❤️Jangan lupa vote, like dan komentar ya ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
HOKI~😪 R⃟
aku datang kak🏃♀️
2021-05-28
0
Genik_A.A
semangat berkarya kak 😉
2021-03-05
1
.
damar ku mana 😭
2021-02-22
0