" Krriiiiiiinnnnggg !!!! "
Bel sekolah berbunyi, menandakan jam sekolah telah usai. Wulan keluar kelas dengan cepat menuju ke loker miliknya untuk mengambil jaket, hari ini ia mengenakan jaket pemberian Damar. Jarak yang berlawan dengan sekolah Rendi membuatnya harus mengendarai sepeda motor setiap hari. Anton sudah sering menawarkan supir untuk Wulan, namun Wulan menolak dengan alasan malas macet. Dari sekolah Wulan sudah berniat membeli figura untuk menaruh hasil lukisan Damar dan berniat memajangnya di kamar.
"Bye frend.... " ucap Wulan yang berada di atas motornya dan melambaikan tangan ke Ayu dan Anjani.
"Bye hati-hati pacar, sampai jumpa besok " jawab Anjani, sedangkan Ayu hanya tersenyum melihat Wulan yang mengepalkan tangannya.
Damar berada di parkiran motor, melihat Wulan pergi mengendarai motornya. Tidak lama Damar menyusul Wulan namun kehilangan jejak. Damar terus menyusuri jalan dari kejauhan nampak Wulan mengendarai motornya, keluar dari sebuah toko. Dari arah belakang Damar melihat mobil sedan yang melaju dengan kecepatan tinggi.
"Braaak ! " suara benturan keras terdengar di telinga Damar. Damar melihat sebuah figura yang melayang dan korban yang terpental bebas membuat ia langsung berhenti dengan cepat kilat, meletakkan motornya dengan sembarang arah.
" Wulaaaannn !!! " teriak Damar histeris mendekap kepala Wulan yang berlumuran darah.
"Aahhh sial kenapa harus di tolong Damar sih ! " gerutu Anggi, kini Anggi melarikan diri dengan melajukan mobil dengan kecepatan tinggi.
"Luli luli luli" suara ambulans tiba di Rumah Sakit.
" Kamu harus kuat dek, kamu harus jadi ibu buat anak anak ku " ucap Damar pilu sambil memegangi tangan Wulan dan mendorong Brankar Wulan tak sadarkan diri, sejenak membuka matanya mendengar ucapan Damar.
" Mas lukisan ... nya ....Ma a afin Wulan mas" ucap Wulan terbata lalu memejamkan matanya kembali.
" Disaat genting seperti ini, kamu masih memikirkan lukisan dek " batin Damar
"Maaf dek, kami akan menangani pasien anda tidak boleh masuk. Silahkan menunggu di luar dan mengisi formulir pasien " ucap suster. Damar menghentikan langkahnya, kini Damar berlari menuju Resepsionis mengisi formulir pendaftaran pasien, setelah selesai Damar menghubungi orang tua Wulan.
" Assalamualaikum om,..." Damar
" Wa'alaikum salam nak ada apa tumben telepon ? " tanya Anton
"Om, om sekarang datang ke Rumah Sakit Mulia Indah. Wulan...." Damar
" Kenapa dengan Wulan nak,? " Anton
"Wulan kecelakaan om, sekarang Wulan masih di tangani dokter " Damar.
" Oke, om kesana sekarang" Anton mematikan teleponnya. Setelah menghubungi orang tua Wulan, kini Damar memberi kabar ke orang tuannya.
Di kantor Ayah Wulan
Latifah melihat wajah berubah Anton setelah mendapatkan telepon pun bertanya.
" Ada apa yah ? "tanya Latifah yang masih terduduk membereskan map binder.
"Anak kita buk, Wulan di Rumah Sakit ayo kita kesana bu "ajak Anton bergegas pergi tanpa memberi tahu kalau Wulan kecelakaan karena akan membuat istrinya lebih shock.
Orang tua Wulan tiba di rumah sakit, dengan langkah tunggang langgang mereka sampai di depan Resepsionis
" Sus pasien atas nama Wulan Purnamasari ada di ruangan mana ya sus ?" tanya Anton
"Sebentar saya cek dulu pak, pasien masih dalam penanganan di ruangan UGD silahkan bapak jalan lurus nanti belok kanan " Jawab suster
"Yah... " ucap Latifah dengan tangan bergetar hebat dan cairan bening yang mulai mengumpul di peluk matanya.
" Sudah ayo bu, kita lihat Wulan " jawab Anton merangkul bahu istrinya dan mengelus tangan Latifah yang melingkar di pinggangnya. Mereka jalan sesuai dengan arahan yang di ucapkan oleh suster. Dilihatnya Damar masih berpakaian seragam, sepatu sekolah dan terlihat bercakan noda darah yang mengenai jaket Damar. Damar menunggu di depan ruangan UGD duduk dengan kedua siku bertumpu di paha sedangkan ke dua telapak tangannya menutupi wajahnya. Damar tidak menyadari kedatangan orang tua Wulan.
" Bagaimana keadaan Wulan nak ? " tanya Anton yang berdiri di sebelah Damar. Seketika Damar membuka tangannya menatap orang yang berada di samping, terlihat bola mata Damar yang memerah karena menangis.
"Damar belum tahu om, dokter belum keluar " Jawab Damar. Tubuh Latifah lunglai lemas mendengar jawaban Damar, dengan sigap Anton mendudukkan tubuh Latifah.
" Seberapa parah kamu nak " batin Latifah terus menangisi buah hatinya.
" Sebenarnya apa yang terjadi dengan Wulan nak ?" tanya Anton kembali, ingin tahu kronologi kejadian.
" Damar melihat Wulan yang tertabrak dari arah belakang om. Sepertinya ini di sengaja, kejadiannya di Jalan Melati No.12 ." ungkap Damar. Mendengar penuturan Damar Anton langsung meminta tolong rekannya yang bertugas di kepolisian.
" Halo yud, maaf menganggu " Anton
" Yud ...saya minta tolong selidik tabrak lari yang menimpa anakku di Jalan Melati No. 12 kejadiannya siang tadi " Anton
" Oke terimakasih Yud, atas bantuannya" Anton. Anton berjalan kesana kemari dengan kegelisahan yang menimpa putrinya.
" Anton !" panggil Andi datang bersama Intan
" Bagaimana keadaan Wulan ?" tanya Intan
" Hiks hiks hiks putri ku intaaann " ungkap Latifah yang berada di pelukan Intan begitu pun dengan Andi memeluk Anton, memberikan dukungan untuk sahabatnya. Kemudian Intan menghampiri Damar mengusap lembut kepalanya,
" Nak.... " ucap Intan menatap wajah putranya yang sendu dan lusuh.
" Bu.... " Damar
" Menangis lah, " jawab Intan
" Hiks hiks hiks ... Damar enggak bisa lihat Wulan sakit bu .... ! " tangis Damar pecah saat di peluk kan ibunya.
" Kita doakan yah nak, semoga Wulan baik- baik saja " ucap Intan sambil mengelus rambut Damar dari belakang....
" Ceklek " pintu UGD terbuka, semua berdiri tegang.
"Erek erek erek" beberapa suster mendorong Brankar Wulan, terlihat perban yang menempel di kepala dan kaki Wulan.
"Wulaaaannn ! " Latifah histeris diperlukan Anton
" Bagaimana kondisi putri saya dok ? " tanya Anton.
"Tenang bapak, ibu pasien kami pindahkan ke Ruang ICU " ucap Dokter Akbar. Dokter Akbar merupakan kerabat jauh dari Damar, ia salah satu keluarga Damar yang sukses menempuh ilmu kedokterannya.
" Om Akbar " lirih Damar yang berdiri dekat dengan Andi.
" Kami sudah melakukan CT Scan dan kondisi putri bapak saat ini mengalami koma, karena benturan keras di kepalanya mengakibatkan adanya penyumbatan." ucap Dokter Akbar.
" Wulan koma yah... " ucap Latifah yang berada di dekapan.
"Tenang Anton dia pasti berusaha, Akbar ini kerabat jauh kita Anton." Andi
"Anton ..." Anton mengulurkan tangannya tanda ia perkenalkan diri.
"Akbar " jawab Akbar menerima uluran tangan Anton.
" Akbar apa kita boleh melihat keadaan Wulan ? " tanya Intan
" Boleh, hanya satu orang bergantian " jawab Akbar. Mereka pun berjalan ke ruangan ICU dimana Wulan dirawat. Satu persatu dari mereka masuk bergantian dengan syarat memakai baju yang sudah di sediakan oleh rumah sakit. Sekarang gantian ibu Wulan masuk melihat keadaan Wulan.
"Siapa yang tega melakukan ini sama kamu nak, kamu harus kuat ya nak... Kita semua sayang kamu. Kamu harus bisa melewati masa kritis ini ... " ucap Latifah menangis melihat putrinya tidur tak berdaya. Latifah mencium dan mengelus tangan Wulan, tiga puluh menit berlalu Latifah menyapa Wulan. Kini berganti Damar yang terakhir.
" Assalamualaikum dek, jangan tidur lama-lama ya dek. Mas ....hiks hiks hiks mas sayang kamu dek. Saaaayyyaaaannngg banget. Mas akan selalu berdoa semoga kamu cepat pulih. Mas akan berjuang untuk masa depan kita dek... Kamu juga harus berjuang untuk ini ya dek " Damar mengungkapkan isi hatinya yang tak tahan ia bendung. Damar memegang tangan Wulan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
MochiChangsubie
Tuh kan si Anggi berulah lg, kasihan kan si Wulan jd koma😢
2021-01-10
1