Damar pun melepas jaketnya yang basah lalu ia letakkan di bangku luar rumah Wulan, Damar duduk di sofa dan menunggu Wulan di ruang tamu. Sekilas melihat foto tiga anak kecil bergandeng tangan, membuatnya tersenyum simpul.
"Bi tolong taruh es ini kedalam gelas ya, sisanya buat bibi, mang Ujang, dan satu lagi taruh lemari es ya bi" perintah Wulan sambil meletakan tentengan plastik di atas meja makan.
" Baik Mba Cantik, wah es kelapanya mantap. Ngomong - ngomong dari siapa mba ?" tanya Bi Ningsih
"Dari Mas Damar bi nanti kalau sudah tolong taruh di depan ya bi, baju Wulan sudah basah kuyup mau mandi sebentar " Wulan
"Siap anak manis " jawab Bi Ningsih sambil mengacungkan jempolnya.
( Singkat cerita Mang Ujang adalah salah satu orang kepercayaan orang tua Wulan, Mang Ujang merupakan suami dari Bi Ningsih. Dari pernikahan mereka di karuniai seorang anak perempuan yang di sekolahkan oleh keluarga Wulan. Bi Ningsih dan Mang Ujang pun mendapatkan tempat tinggal yang berada di belakang rumah Wulan )
Wulan pun masuk kedalam kamarnya untuk membersihkan badannya. Sedangkan Bi Ningsih menyiapkan es kelapa muda untuk Damar dan Wulan.
" Eh ada Mas Bagus " ucap Bi Ningsih sambil membawa nampan.
Damar sering di panggil Mas Bagus oleh orang - orang yang kerja di rumah Wulan maupun di rumahnya.
" Eh ada bibi, assalamualaikum bi... gimana sehat bi ? " salam Damar dan mencium tangan Bi Ningsih.
" Wa'alaikum salam, Alhamdulillah sehat Mas Bagus" jawab Bi Ningsih sambil meletakkan gelas ke meja.
Damar selalu menghormati orang yang lebih tua dan tidak pernah membedakan status sosial, bagi Damar orang yang membantu pekerjaannya sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Tidak lama Bi Ningsih dan Damar berbincang, datanglah Wulan dengan memakai baju merah muda lengan pendek dan rok di bawah lutut membuatnya terlihat anggun.
"Hayo lagi ngobrolin apa ?" ucap Wulan sambil jalan menghampiri Damar dan Bi Ningsih lalu duduk di sebelah Damar.
" Enggak ngobrolin yang aneh-aneh kok Mba Cantik hehehe... Oh iya mba tadi ibu pesan tanyain ke Mba Wulan kalau sudah bangun tidur, Mba Wulan sudah beli obat belum soalnya kalau belum beli nanti biar bibi belikan " Bi Ningsih
" Sudah bi, ni dari Mas Damar" ucap Wulan sambil menunjukkan obat yang masih di dalam kantong plastik.
"Cie ... Mas Damar perhatian ya mba, " goda Bi Ningsih
"Iya dong bi, apa sih yang enggak buat adik ku yang manis." ucap Damar sambil tersenyum menyentuh dagu Wulan dengan jari telunjuknya.
" Isssshhhh apaan sih mas ! enggak mempan tau mas gombalan mu " kilah Wulan tersenyum sambil mengusap dagunya dengan kasar.
" Ayok di minum dulu esnya nanti keburu enggak enak loh " Bi Ningsih
"Iya bi terimakasih. " ucap Damar dan Wulan. Mereka pun menikmati es kelapa bersama.
" Eh Mba Wulan, tadi bibi enggak lihat Mba Wulan pulang joging. Mba Wulan jatuh dimana kok bisa memar begini ? " tanya Bi Ningsih ketika melihat tangan Wulan yang biru lebam.
" Ini nih gara-gara Duo Mak Lampir ! " ceplos Wulan tanpa menghiraukan keberadaan Damar di sampingnya.
"Uhuk... uhuk..." Damar pun tersedak mendengar pengakuan Wulan.
" Pelan-pelan dong mas " ucap Wulan sambil menepuk pelan punggung Damar dan meletakkan gelas ke meja.
"Apa kamu bilang dek ?! katanya tadi pagi tersandung " tanya Damar menatap Wulan dengan penuh tekanan
" Hehehe maaf mas, Wulan enggak bermaksud bohong sama Mas Damar " ungkap Wulan dengan senyum terpaksa
" Aduh kenapa aku jadi bodoh gini sih, " batin Wulan dengan mengarah ke Bi Ningsih, Wulan pun memberi isyarat ke pada Bi Ningsih dengan mengedipkan matanya.
" Sudah - sudah Bi Ning merasa jadi penonton film, pantes aja lukanya kayak di gebukin " ucap Bi Ningsih
" Eh beneran kok bi, ini jatuh " jawab Wulan
" Beneran jatuh ? terus apa hubungannya dengan Duo Mak Lampir yang kamu sebut ? dan siapa yang kamu maksud Duo Mak Lampir ?" cerocos Damar
" Sudah jangan berantem, bibi pamit ke dapur ya mba, mas... mau masak buat makan malam. Nanti kalau butuh sesuatu panggil bibi aja ya mba " pamit Bi Ningsih
"Iya bi ..." ucap Wulan
" Dek jawab pertanyaan mas tadi !" ucap Damar pelan dengan penuh tekanan
" Yang mana mas, kalau nanya satu - satu. Wulan bingung mau jawab yang mana dulu" kilah Wulan.
" Kamu di apain sama Duo Mak Lampir ? dan yang kamu maksud Duo Mak Lampir itu siapa ?"tanya Damar
" Iya iya Wulan ceritain .... tapi Mas Damar janji ya jangan marah " Wulan
"Iya adikku yang manis, sudah ayok cerita " bujuk Damar.
" Tadi pagi pas Wulan mau ngejar Mas Damar ke Warung Bi Lastri, Wulan di cegah sama Anggi dan Inggrit terus Anggi yang dorong Wulan mas. " jawab Wulan, di kalimat terakhir Wulan memelankan suaranya.
"Sepertinya ada Yang tidak beres" batin Damar
" Heemmm ... besok - besok jangan bohong lagi ya dek " ucap Damar sambil mencubit hidung Wulan.
" Aduh duh duh sakit tau mas ! iiiihhh lama-lama kaya Pinokio hidung Wulan " jawab Wulan sambil mengelus hidungnya yang merah karena ulah Damar.
" Sini mas obati lukanya " pinta Damar
" Ini ..." ucap Wulan sambil menyodorkan obat yang masih terbungkus kardus kecil.
" Pelan-pelan mas tangan Wulan bukan beton " imbuh Wulan
" Iya bawel ! " Damar
Damar pun mengolesi obat ke tangan Wulan dengan hati - hati. Setelah selesai Damar beranjak dari tempat duduknya untuk menghampiri Bi Ningsih di dapur.
" Mau kemana mas ? " tanya Wulan
" Udah duduk disitu aja, mas mau ke dapur " Damar
Sesampainya di dapur
" Bi tolong ambilkan kotak P3K " perintah Damar.
" Iya tunggu sebentar mas " Bi Ningsih, tidak lama kemudian Bi Ningsih membawa kotak kecil yang di cari Damar.
" Ini mas " Bi Ningsih
" Terimakasih ya bi " ucap Damar sambil berjalan menghampiri Wulan kembali.
" Buat apa ini mas " tanya Wulan melihat ke arah kotak obat miliknya.
" Kaki kamu juga belum di obati kan ? " Damar
" Belum mas hehe, udah biar Wulan saja " Wulan
" Sini biar mas aja sekalian obati " Damar pun mulai membuka tutup Betadine dan menuangkan sedikit ke kapas lalu berjongkok di depan Wulan untuk menempelkan kapas dengan pelan ke luka yang ada di kaki Wulan.
" Ssstttt aaww pelan mas jangan di tekan " protes Wulan
" Iya maaf dek engga sengaja , tahan ya sebentar lagi selesai " Damar
" Ehem ... ehem Assalamualaikum !!! " suara batuk dari arah pintu.
" Eh baru sampai om, tante, .... Wa'alaikum salam " jawab Damar berdiri menghampiri ayah dan ibu Wulan sambil mencium tangannya.
" Iya baru saja, kamu kenapa Wulan kok luka-luka seperti ini ?" tanya Ayah Wulan sambil duduk nimbrung sedangkan ibu Wulan membereskan tempat nasi ke dapur.
" Iya mba sampai lebam begitu, untung ada dokter cinta " goda Rendi yang muncul dari arah pintu dan memergoki kakaknya yang sedang di obati.
" Apaan si dek, " ucap Wulan hendak melempar bantal kecil di Sofanya. Rendi yang melihat tingkah kakaknya pun lari ke dalam rumah.
" Ini tadi Wulan jatuh pah " kilah Wulan tersenyum paksa sambil menatap Damar, Damar hanya bisa menggelengkan kepalanya dan mengembuskan nafas kasarnya.
" Ya sudah ayah mau bersihin badan dulu nak, " ucap ayah Damar sambil beranjak dari tempat duduknya
" Oh iya om, Damar juga mau pamit pulang sudah sore. Assalamualaikum om" salam Damar mencium tangan Ayahnya Wulan.
"Wa'alaikum salam..." jawab Ayah Wulan. Wulan pun mengantarkan Damar ke Depan pintu rumah.
" Mas kapan-kapan Wulan boleh ajarin gitar ya," Wulan
" Boleh banget, mau kapan ? belajar di taman rumah mas saja ya ...." Damar
" Oke, nanti Wulan kabari lagi mas " Wulan
" Sippp, pulang dulu ya " ucap Damar sambil mengacungkan jari jempolnya, tanpa di sadari jaket yang ia letakkan di bangku depan rumah Wulan tertinggal. Saat Wulan hendak masuk ke dalam rumah, Wulan melihat jaket Damar yang basah lalu membawa masuk dan berniat untuk mencucinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Genik_A.A
semangat kakak 😉
2021-03-07
1
MochiChangsubie
Wkwkwk ngakak duo mak lampir...
2021-01-09
1