"Kriiiiiiiing.... !" suara bel sekolah menunjukkan jam belajar telah selesai,
" Oke anak-anak jam belajar sudah selesai, cukup pelajaran hari ini. Untuk Anggi dan Inggrit ini ada titipan surat untuk kedua orang tua kalian. " ucap Bu Riska guru IPA sekaligus wali murid Anggi maupun Damar. Anggi dan Inggrit pun berjalan ke depan untuk mengambil amplop berwarna putih tersebut lalu duduk kembali.
"Baik anak-anak silahkan pulang, dan jangan lupa untuk Anggi dan Inggrit tolong sampaikan kepada orang tua kalian masing-masing " tegas Bu Riska dan meninggalkan kelas
" Iya bu" jawab Inggrit
" Hasil dari ulah lu, gue juga kan ikut kena imbasnya " ucap Inggrit dan Anggi hanya bisa diam.
Damar pun bergegas cepat ingin segera menjenguk Wulan yang masih berada di UKS.
" Buru-buru amat bro" ucap Dafa yang melihat Damar tergesa-gesa.
" Sorry gue duluan ya, ada urusan " Damar
"Oke hati-hati " Dafa, Damar pun mengacungkan jempolnya.
Belum jauh Damar keluar dari kelasnya, dari kejauhan Damar melihat ke dua teman Wulan yang sedang membawakan tas sekolah milik Wulan.
" Hey... Hey...kalian ! " teriak Damar. Ayu dan Anjani pun membalikkan badannya dan menunjuk diri mereka sendiri.
" Iya kalian " ucap Damar berlari menghampiri mereka.
" Ada apa kak ? " tanya Ayu
"Ini tas Wulan kan ? " Damar ayu pun mengangguk
"Iya kak ini kita mau ke UKS" jawab Anjani
" Sudah biar saya aja. Lagi pula kita juga tadi berangkat bareng, kalian pulang duluan saja " Damar
"Ya udah ini kak tas Wulan, kita duluan ya kak" ucap Ayu sambil menyerahkan tas Wulan ke tangan Damar.
"Oke ! " ucap Damar sambil tersenyum. Damar pun menjemput Wulan yang masih di UKS. Sesampainya di depan pintu Damar berjalan pelan.
" Ceklek " suara pintu terbuka
" Wulan nya ada dok ?" tanya Damar dengan suara pelan sambil berjalan masuk ruangan Wulan.
" Ada ... Wulan masih tidur karena tadi tubuhnya terlalu shock " ucap Dokter Windy
"Oh iya Damar nanti tolong bangunkan Wulan 10 menit lagi ya, saya ada urusan sekalian tolong kunci pintunya dan serahkan ke TU ya" ucap Dokter Windy
" Baik dok " Damar
" Saya duluan Damar" pamit Dokter Windy kepada Damar, Damar pun mengangguk dan tersenyum.
Damar duduk di bangku tepat di sebelah Wulan tidur, di pandangi wajah Wulan tepat di matanya yang masih terpejam. Damar mengusap lembut mata Wulan yang terlihat jelas habis menangis.
" Maafin aku ya dek, gara-gara aku ... Kamu harus seperti ini " sesal batin Damar yang terlambat membantu Wulan. Damar pun tersenyum dengan pandangan lurus kedepan mengingat kata-kata Wulan yang tidak bisa menjauhi dirinya. Damar tersenyum senyum sendiri tanpa di sadari Wulan sudah terbangun dari tidurnya dan melihat Damar tersenyum.
" Mas Damar... mas... " panggil Wulan yang masih di tempat tidur dan berusaha menyadarkan Damar dari lamunannya, Wulan pun menyenggol tangan Damar.
" Eh dek ... Sudah bangun ?" kejut Damar setelah melihat Wulan terbangun.
" Sudah, pas Mas Damar lagi senyum - senyum sendiri" Wulan
" Mas Damar lagi mikirin apa kok senyum-senyum sendiri " tanya Wulan namun tidak di jawab satupun oleh Damar.
" Udah yuk pulang... kamu udah enggak lemes lagi kan ?" tanya Damar mengalihkan pembicaraan.
" Enggak kok, tapi sekarang Wulan laper mas " ucap Wulan sambil beranjak dari tempat tidur.
"Ya udah nanti kita cari makan di luar ..." Damar
" Ayo pulang " ajak Wulan. Damar dan Wulan pun keluar dari ruangan dan saat ingin mengunci pintu ponsel Damar bergetar.
" Dderrrrrttt" tertera panggilan dari ibunya.
" Assalamualaikum bu " Damar
"Wa'alaikum salam.... nak, kamu udah pulang sekolah kan ?" Intan
" Udah bu, ini mau pulang" Damar
" Kalau begitu pas nak, ibu titip makan siang ayam bakar sekalian nasinya ya. Minumnya jeruk peras saja. " Intan
" Siap ibu bos, pesanan meluncur " Damar
" Hati-hati pulangnya, assalamualaikum" Intan
" Wa'alaikum salam..." Damar menutup teleponnya dan segera mengunci pintu UKS.
"Dari siapa mas ?" tanya Wulan
" Dari ibu, kamu jadi ikut ke Rumah Rajut enggak dek ? " tanya Damar sambil berjalan.
" Boleh mas, " Wulan
" Ya udah kita sekalian makan siang bareng ibu aku ya, barusan titip makan siang." Damar.
Sesampainya di ruang TU Damar pun menyerahkan kunci ke petugas disana.
Di parkiran sekolah sudah terlihat sepi.
"Ini pakai " ucap Damar menyerahkan helm ke Wulan, begitu pun dengan Damar Serasa sudah siap melajukan motornya.
" Jangan lupa pegangan dek" Damar
" Ish apaan sih mas " ucap Wulan sambil menepuk pelan pundak Damar, walaupun pada akhirnya Wulan memeluk Damar dari belakang.
Tidak jauh dari sekolahan Damar dan Wulan sampai di tempat tujuan. Damar pun melepas helm namun tidak dengan Wulan yang masih kesulitan.
" Aaahhh helm sialan kenapa susah banget sihhh ! " batin Wulan kesal
" Helmnya belum bersahabat dengan kamu dek " ucap Damar sambil melepaskan helm Wulan. Mereka jalan bersama tiba-tiba Damar menggandeng tangan Wulan.
" Biar enggak jatuh dek " ucap Damar sambil berjalan menarik tangan Wulan. Wulan tersenyum memandangi tangan yang di gandeng Damar dan berusaha jalan sejajar dengan Damar.
Di resto cepat saji yang menyediakan beberapa menu ayam dan seafood. Mereka duduk dan memesan makanan. Damar memanggil salah satu pelayan resto.
"Dek kamu mau makan disini atau di kemas ?" tanya Damar
" Mau makan bareng aja mas, Wulan pesan ikan bakar aja minumnya disamain aja "terang Wulan. Damar pun memanggil salah satu pelayan resto.
" Kak ! " panggil Damar
" Iya dek ada yang bisa saya bantu?" ucap pelayan.
" Mau pesan ayam bakar satu ekor , nasi tiga, jeruk peras tiga, ikan bakarnya satu. Semuanya di kemas ya kak " pesan Damar
"Baik, mohon di tunggu pesanannya " ucap ramah pelayan resto.
Tidak lama Damar dan Wulan keluar dari resto dengan jinjingan kantong plastik berwarna putih di tangan kanan Wulan. Saat Damar ingin melanjutkan motornya Damar bertanya
" Dek kamu bisa bawanya kan ? " Damar
" Bisa, asal Mas Damar bawa motornya enggak ngebut hehehe " Wulan
" Oke, " Damar melajukan motornya dengan kecepatan sedang di pertengahan jalan Wulan membuka percakapan.
" Mas kejadian tadi siang tolong jangan bilang ke ibu dan Ayah Wulan ya " Wulan
" Hmmm tergantung " jawab Damar tersenyum sambil sesekali melihat Wulan dari kaca spion motornya.
"Kok tergantung sih mas jawabannya " Wulan
" Ya tergantung kalau kamu mau cium pipi, dan mau jadi ibu dari anak-anakku rahasia pasti aman " ucap Damar tersenyum jail.
" Iiih rugi cium kamu mas, belum tentu Mas Damar jodohku " ucap Wulan
" Kalau aku beneran jodohmu dek ?" Damar
" Heeeemmm enggak tau mas mau jawab apa hehehe " ucap Wulan tersenyum malu. Tak terasa mereka sampai di halaman rumah rajut milik ibu Damar.
"Assalamualaikum, Pak Ramelan " sapa Damar di pos ke penjaga rumah rajut, Pak Ramelan bekerja sejak rumah rajut di buka.
" Wa'alaikum salam mas, mau ke ibu ya ?
Bu intan ada di ruangannya " Pak Ramelan
" Iya pak terimakasih, " ucap Damar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
🌻Ruby Kejora
2 like mendarat...d tggu feedbacknya
2021-02-11
1
Panah Aksara🌼
selalu semangat ya kak..💪🤗
2021-01-23
1
MochiChangsubie
Si Damar modus ae...pake minta cium segala...wkwk...
2021-01-09
1