Maryati... Is True Love Perjuangan,Cinta Dan Pengabdian
Maryati...
nama yang sangat sederhana,namun hidup nya tidak lah se sederhana nama nya.
Dia perempuan yang tinggal di sebuah perkampungan padat.
Berusia 15 tahun.
Paras nya anggun,lembut,serta penuh sopan santun.
Tubuh nya kecil berkulit agak gelap akibat terlalu sering terkena panas matahari.
Sikap dan keseharian nya pun sangat sederhana.
Dia terlahir dari keluarga yang tidak berpunya..
Ayah nya hanya pekerja serabutan..dan Ibunya juga tidak memiliki pekerjaan tetap,hingga Maryati pun turut andil dalam mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Tiap hari.. bagi Maryati tak boleh ada waktu yang terbuang sia-sia tanpa hasil.
Mulai dari bangun pagi hingga malam menjelang tidur lagi.
***
Seperti hari ini....
Pagi-pagi sekali Dia sudah bangun,sebelum kedua orang tua nya bangun.
Seperti biasa,tak ada yang bisa dimakan pagi ini.
Dia meraih gelas dan mengisi nya dengan air dingin yang dimasuk kan dedalam kendi,lalu meneguk nya dengan rakus.
Sejenak dia berfikir..
Apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu,seolah mendapat jawaban.
Ia memutuskan untuk mencuci pakaian dan mandi kesungai,segera ia mengumpulkan pakaian-pakaian kotor yang berserak di setiap sudut rumah nya,lalu memasuk kan nya ke bak yang akan dia bawa kesungai.
Tak lupa dia menyiapkan karung,kalau-kalau nanti banyak kayu yang hanyut terbawa arus,maka itu adalah rejeki nya.
Dia akan membawa nya pulang sebagai kayu bakar.
Bergegas maryati menuruni anak tangga rumah nya yang terbuat dari kayu yang sudah mulai menua dan lapuk,terlihat lubang-lubang di beberapa sudut dinding nya.
Jarak dari rumah nya ke sungai cukup jauh..namun jalanan nya cukup rata.
Sepanjang perjalanan ke sungai,dia berfikir,setelah mencuci..apa lagi yang harus ia lakukan,agar bisa meringankan beban ayah dan ibu nya.
Pinggiran sungai telah nampak dari kejauhan..
Dia mempercepat langkah nya,meniti jembatan kayu untuk sampai ke tengah sungai untuk mencuci.
Sembari mencuci,matanya nampak melirik kiri dan kanan,melihat adakah kayu yang hanyut.
Hampir setengah jam cucian nya pun selesai.
Maryati melanjut kan untuk mandi,dia berenang kesana dan kemari,tenggelam dan timbul.
Bagi nya,hidup ini terlalu berat..saat mandi seperti ini lah dia bisa merasakan lepas dari beban.
Maryati melepaskan himpitan beban nya dengan cara nya,yaitu dengan berenang disungai,setidak nya ada perasaan lega meski cuma sesaat dan pasti akan kembali lagi.
Setelah puas mandi,dia pergi ke tepi,mulai mengumpulkan kayu,bambu atau apa saja yang bisa dijadikan bahan bakar.
Setelah terkumpul 1 karung penuh,dia memutus kan untuk pulang.
Ketika gadis seusianya tengah bersolek mempercantik diri,tidak dengan maryati.
Dia harus mengikhlaskan masa remaja nya hilang begitu saja,karna ketidakmampuan orang tua nya,Maryati harus menerima kenyataan bahwa dia harus putus sekolah.Maryati menghentikan pendidikan nya di sekolah dasar..
Dengan kedua tangan nya..dia menggendong karung berisi kayu lalu meletak kan nya di sebelah tangan kanan nya dengan cara menjepit nya diantara pinggang dan lengan nya.
Sementara tangan kirinya menggapit bak cucian nya.
Maryati barjalan agak tersendat,sesekali terlihat tubuh nya oleng..namun itu tak menyurut kan semangat nya untuk tetap berjalan maju.
Tiba dirumah..ternyata ayah nya telah berangkat kerja,dengan hanya meneguk air kendi dingin.
Sementara ibunya telah berada di ujung anak tangga,sepertinya tengah bersiap untuk pergi
"Mau kemana mak??"
Tanya maryati pada ibunya..
"Mak mau kepasar,siapa tau ada rejeki"
Ibunya setiap hari selalu pergi kepasar.
Bukan untuk belanja,namun menawarkan jasa ke pedagang-pedagang di pasar yang memerlukan bantuan apa saja.
Sebagai imbalan,Masning ibu nya maryati akan mendapat upah berupa apa saja.
Bisa beras..tepung dan kadang- kadang uang.
Maryati hanya mengangguk kan kepala nya lalu dia bergegas naik untuk berpakaian kemudian melanjutkan pekerjaan nya menjemur pakaian yang telah di cucinya.
Setelah semua terjemur,Maryati mengeluarkan hasil temuan nya di sungai lalu menyusun kayu-kayu nya di depan rumah,
karena di depan rumah nya matahari akan sangat terik bila siang hari.
"Beresss"
Ucapnya sambil menepuk-nepuk kan kedua telapak tangan nya.
Dia bergegas naik kerumah nya lalu merapat kan pintu dengan mengaitkan tali pengait pada salah satu paku.
Rumah tua itu tak lagi memiliki kunci,mereka menggunakan tali yang di ikat pada daun pintu kemudian paku di dinding rumah sebagai pengait nya.
Tidak aman memang,akan tetapi mereka tidak cemas,karena tidak ada barang berharga yang mereka punya.
Menurut mereka,pencuri tidak akan tergoda untuk masuk ke gubuk mereka.
Di dalam nya hanya terdapat tikar lusuh,lemari tua tempat menyimpan pakaian,rak piring kayu,beberapa panci yang telah menghitam pada bagian bawah nya,serta peralatan makan yang hampir usang.
Maryati melangkah kan kaki menyusuri gang sempit.langkah nya terhenti di depan sebuah rumah semi permanen.
Dirumah ini lah Maryati bekerja sebagai buruh cuci.
Kedatangan nya disambut senyum oleh Ibu Ita pemilik rumah.
"Kau sudah sarapan dek?"
Tanya nya pada Maryati.
"Belum mbak.."
Jawab nya malu-malu.
Ibu Ita lantas tersenyum,,
"Ya udah..kamu sarapan dulu,itu ada mi goreng di meja dapur..kamu buat sendiri ya..teh dan gula ada di dalam lemari"
Ibu Ita memang sangat baik terhadap Maryati,beliau sudah mengganggap maryati sebagai adik nya sendiri,mungkin karena Ibu Ita tau keadaan keluarga maryati.
"Iya,makasih mbak..nanti saja aku masak nya.aku mau mencuci dulu..takut nanti siang akan hujan."
Cuaca akhir-akhir ini memang sulit di tebak,kadang panas terik lalu tiba- tiba hujan,namun kadang terlihat mendung dan gerimis kecil lalu tiba-tiba cerah.
"Terserah kamu saja mar.."
Jawab Ibu Ita..yang sudah siap- siap berangkat kerja.
Maryati sendiri tidak tau apa pekerjaan Ibu Ita.
Seorang janda tanpa anak.
Yang dia tau,setiap pagi ibu ita akan berangkat kerja dan pulang menjelang malam.
Maryati memulai pekerjaan nya,merendam semua pakaian kotor.
Sementara menunggu,Dia membereskan rumah Ibu ita mulai dari menyapu,mengepel,membersih kan isi rumah,terakhir membereskan dapur dan mengumpulkan piring kotor lalu mencuci nya.
Setelah selesai,barulah dia mencuci pakaian yang telah direndam nya.
Ditempat lain**
Seorang ibu paruh baya,tengah berjalan menyusuri pasar,masuk dari toko satu ke toko yang lain menawarkan jasa.
Sepertinya hari ini bukan hari keberuntungan nya,dia hanya mendapat kan 1 toko yang mau menerima jasa nya untuk membungkus tepung,sebagai imbalan ia mendapat kan setengah kilo tepung dan uang 2 ribu rupiah.
Matahari mulai tinggi,dahaga mendera kerongkongan wanita tua itu.Ia menepi pada pinggiran toko.
Glek...
Seketika dia menelan ludah nya melirik kearah penjual es kelapa muda di samping nya.
Hatinya ingin sekali membeli,namun apalah daya uang 2000 ditangan akan sangat berarti jika dibawa nya pulang.
Dia beranjak dari tempat nya beristirahat dan
kembali berjalan.
Maryati telah selesai dengan pekerjaannya.ia bersiap pulang,jam menunjuk kan hampir pukul 12 siang.
"Ahh..pantas saja perut ku mulai berisik,ternyata sudah tengah hari"
Maryati tersenyum geli sendiri,dia baru ingat dari tadi pagi,perut nya hanya di isi air putih.
Sebelum pulang,Maryati teringat bahwa tadi Ibu ita menyuruh nya sarapan.
Ia berjalan menuju dapur dan menemukan mi instan yang dimaksud Ibu ita.
Maryati tak memasak nya melainkan memasuk kan nya ke dalam kantong plastik,lalu dia berjalan ke arah lemari membuka dan meraih toples gula dan teh.
Ia juga memasuk kan 3 sendok gula dan 2 kantong teh celup ke dalam plastik nya,
lalu dia keluar rumah tersebut namun sebelum nya,ia memastikan semua jendela terkunci.
Terakhir dia mengunci pintu rumah dan meletak kan kunci nya di dalam pot bunga di teras Ibu Ita,memang begitulah setiap hari nya.
Maryati melangkah kan kaki dengan sedikit terburu-buru menuju kerumah nya.
Di jalan pulang nya, tampak di kejauhan di depan nya seorang yang dia kenal.
Ibunya nya berjalan dengan terlihat kelelahan.mereka bertemu di tengah jalan.
Maryati mempercepat langkah nya,menghampiri ibunya.
"Mak baru pulang??"
Tanya nya menyambut kantong yang dibawa ibunya.
Ibunya hanya mengangguk,mereka melanjutkan perjalanan kembali kerumah.
Setibanya di depan rumah,Maryati dan ibunya keheranan melihat pintu mereka terbuka.
Mereka saling pandang..
lalu segera memeriksa,begitu mereka masuk,Ayah maryati tengah berbaring di tikar lusuh milik mereka.
"Kenapa pulang cepat bak??"
Tanya Masning.
" Iya..bahan bangunan habis..entah kapan baru masuk lagi"
Ada sedih yang menggelanyuti sinar mata Masning,itu artinya..mereka tidak akan ada uang mingguan dari hasil kerja suaminya,dan itu artinya lagi,mereka harus bersiap untuk lebih sering puasa.
Maryati sangat memahami kesedihan orang tua nya,dia menyeka air matanya yang terlanjur jatuh meleleh.
Dia membuka kantong yang dibawa ibu nya,nampak satu bungkus tepung gandum.
Dia juga mengeluarkan kantong yang dibawa nya dari rumah ibu ita.Satu bungkus mi instan dan 2 kantong teh beserta gula.
Dia memanas kan air,diatas tungku kayu. Menyeduh teh nya,tentu saja akan terasa hambar,karena gula yang di pakai hanya 3 sendok untuk satu teko besar.
Kemudian dia mengaduk tepung dengan air garam dan menggoreng nya dengan minyak bekas menggoreng ikan asin semalam.
Sedang mi instan nya dia simpan di atas rak piring kayu di samping tempat dia memasak,kalau- kalau besok Ibu Ita memberinya mi instan lagi agar cukup untuk dimakan mereka bertiga.
Maryati melangkah kedepan membawa satu piring gorengan dan satu teko teh hangat dengan manis yang samar-samar.
"Apa itu Mar??.."
Tanya ayah nya,
"Hari ini kita mkan mewah Bak.."
Ayah nya tau maryati tengah berbohong demi menghibur hati ke dua orang tua nya yang sedang gelisah.
Maryati tersenyum menghidangkan masakan yang di bawanya.
"Dari mana kamu mendapat Teh mar?"
Tanya ibunya..
"Oh..aku tadi disuruh Ibu Ita sarapan disana,api aku tidak memasak mi instan nya dan aku membawa nya pulang beserta teh dan gula jatah minum ku di sana Mak."
Jelas maryati.
Ayah dan Ibu nya mengangguk,sambil mencomot gorengan di depan mereka.
Siang ini,mereka bersyukur masih bisa mengisi perut mereka meski bukan nasi.
Selalu tersimpan harapan agar esok nasib mereka berubah.
bersambung**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
Aku sedih baca cerita ini, ternyata benar kata pepatah kita jangan selalu menatap ke atas, masih ada yg lebih susah dari kita.
Terimakasih thor sudah mengingatkan 🙏
Semangat terus dalam berkarya
2022-11-11
1
Lantasi Sudaryanto
part pertama sangat menarik, tema kehidupan kalangan bawah yg real disekitar lingkungan kita. tidak mengada ada
2022-10-23
1
Risa Istifa
🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
2022-05-18
2