Maryati...
nama yang sangat sederhana,namun hidup nya tidak lah se sederhana nama nya.
Dia perempuan yang tinggal di sebuah perkampungan padat.
Berusia 15 tahun.
Paras nya anggun,lembut,serta penuh sopan santun.
Tubuh nya kecil berkulit agak gelap akibat terlalu sering terkena panas matahari.
Sikap dan keseharian nya pun sangat sederhana.
Dia terlahir dari keluarga yang tidak berpunya..
Ayah nya hanya pekerja serabutan..dan Ibunya juga tidak memiliki pekerjaan tetap,hingga Maryati pun turut andil dalam mencukupi kebutuhan hidup mereka.
Tiap hari.. bagi Maryati tak boleh ada waktu yang terbuang sia-sia tanpa hasil.
Mulai dari bangun pagi hingga malam menjelang tidur lagi.
***
Seperti hari ini....
Pagi-pagi sekali Dia sudah bangun,sebelum kedua orang tua nya bangun.
Seperti biasa,tak ada yang bisa dimakan pagi ini.
Dia meraih gelas dan mengisi nya dengan air dingin yang dimasuk kan dedalam kendi,lalu meneguk nya dengan rakus.
Sejenak dia berfikir..
Apa yang harus ia lakukan terlebih dahulu,seolah mendapat jawaban.
Ia memutuskan untuk mencuci pakaian dan mandi kesungai,segera ia mengumpulkan pakaian-pakaian kotor yang berserak di setiap sudut rumah nya,lalu memasuk kan nya ke bak yang akan dia bawa kesungai.
Tak lupa dia menyiapkan karung,kalau-kalau nanti banyak kayu yang hanyut terbawa arus,maka itu adalah rejeki nya.
Dia akan membawa nya pulang sebagai kayu bakar.
Bergegas maryati menuruni anak tangga rumah nya yang terbuat dari kayu yang sudah mulai menua dan lapuk,terlihat lubang-lubang di beberapa sudut dinding nya.
Jarak dari rumah nya ke sungai cukup jauh..namun jalanan nya cukup rata.
Sepanjang perjalanan ke sungai,dia berfikir,setelah mencuci..apa lagi yang harus ia lakukan,agar bisa meringankan beban ayah dan ibu nya.
Pinggiran sungai telah nampak dari kejauhan..
Dia mempercepat langkah nya,meniti jembatan kayu untuk sampai ke tengah sungai untuk mencuci.
Sembari mencuci,matanya nampak melirik kiri dan kanan,melihat adakah kayu yang hanyut.
Hampir setengah jam cucian nya pun selesai.
Maryati melanjut kan untuk mandi,dia berenang kesana dan kemari,tenggelam dan timbul.
Bagi nya,hidup ini terlalu berat..saat mandi seperti ini lah dia bisa merasakan lepas dari beban.
Maryati melepaskan himpitan beban nya dengan cara nya,yaitu dengan berenang disungai,setidak nya ada perasaan lega meski cuma sesaat dan pasti akan kembali lagi.
Setelah puas mandi,dia pergi ke tepi,mulai mengumpulkan kayu,bambu atau apa saja yang bisa dijadikan bahan bakar.
Setelah terkumpul 1 karung penuh,dia memutus kan untuk pulang.
Ketika gadis seusianya tengah bersolek mempercantik diri,tidak dengan maryati.
Dia harus mengikhlaskan masa remaja nya hilang begitu saja,karna ketidakmampuan orang tua nya,Maryati harus menerima kenyataan bahwa dia harus putus sekolah.Maryati menghentikan pendidikan nya di sekolah dasar..
Dengan kedua tangan nya..dia menggendong karung berisi kayu lalu meletak kan nya di sebelah tangan kanan nya dengan cara menjepit nya diantara pinggang dan lengan nya.
Sementara tangan kirinya menggapit bak cucian nya.
Maryati barjalan agak tersendat,sesekali terlihat tubuh nya oleng..namun itu tak menyurut kan semangat nya untuk tetap berjalan maju.
Tiba dirumah..ternyata ayah nya telah berangkat kerja,dengan hanya meneguk air kendi dingin.
Sementara ibunya telah berada di ujung anak tangga,sepertinya tengah bersiap untuk pergi
"Mau kemana mak??"
Tanya maryati pada ibunya..
"Mak mau kepasar,siapa tau ada rejeki"
Ibunya setiap hari selalu pergi kepasar.
Bukan untuk belanja,namun menawarkan jasa ke pedagang-pedagang di pasar yang memerlukan bantuan apa saja.
Sebagai imbalan,Masning ibu nya maryati akan mendapat upah berupa apa saja.
Bisa beras..tepung dan kadang- kadang uang.
Maryati hanya mengangguk kan kepala nya lalu dia bergegas naik untuk berpakaian kemudian melanjutkan pekerjaan nya menjemur pakaian yang telah di cucinya.
Setelah semua terjemur,Maryati mengeluarkan hasil temuan nya di sungai lalu menyusun kayu-kayu nya di depan rumah,
karena di depan rumah nya matahari akan sangat terik bila siang hari.
"Beresss"
Ucapnya sambil menepuk-nepuk kan kedua telapak tangan nya.
Dia bergegas naik kerumah nya lalu merapat kan pintu dengan mengaitkan tali pengait pada salah satu paku.
Rumah tua itu tak lagi memiliki kunci,mereka menggunakan tali yang di ikat pada daun pintu kemudian paku di dinding rumah sebagai pengait nya.
Tidak aman memang,akan tetapi mereka tidak cemas,karena tidak ada barang berharga yang mereka punya.
Menurut mereka,pencuri tidak akan tergoda untuk masuk ke gubuk mereka.
Di dalam nya hanya terdapat tikar lusuh,lemari tua tempat menyimpan pakaian,rak piring kayu,beberapa panci yang telah menghitam pada bagian bawah nya,serta peralatan makan yang hampir usang.
Maryati melangkah kan kaki menyusuri gang sempit.langkah nya terhenti di depan sebuah rumah semi permanen.
Dirumah ini lah Maryati bekerja sebagai buruh cuci.
Kedatangan nya disambut senyum oleh Ibu Ita pemilik rumah.
"Kau sudah sarapan dek?"
Tanya nya pada Maryati.
"Belum mbak.."
Jawab nya malu-malu.
Ibu Ita lantas tersenyum,,
"Ya udah..kamu sarapan dulu,itu ada mi goreng di meja dapur..kamu buat sendiri ya..teh dan gula ada di dalam lemari"
Ibu Ita memang sangat baik terhadap Maryati,beliau sudah mengganggap maryati sebagai adik nya sendiri,mungkin karena Ibu Ita tau keadaan keluarga maryati.
"Iya,makasih mbak..nanti saja aku masak nya.aku mau mencuci dulu..takut nanti siang akan hujan."
Cuaca akhir-akhir ini memang sulit di tebak,kadang panas terik lalu tiba- tiba hujan,namun kadang terlihat mendung dan gerimis kecil lalu tiba-tiba cerah.
"Terserah kamu saja mar.."
Jawab Ibu Ita..yang sudah siap- siap berangkat kerja.
Maryati sendiri tidak tau apa pekerjaan Ibu Ita.
Seorang janda tanpa anak.
Yang dia tau,setiap pagi ibu ita akan berangkat kerja dan pulang menjelang malam.
Maryati memulai pekerjaan nya,merendam semua pakaian kotor.
Sementara menunggu,Dia membereskan rumah Ibu ita mulai dari menyapu,mengepel,membersih kan isi rumah,terakhir membereskan dapur dan mengumpulkan piring kotor lalu mencuci nya.
Setelah selesai,barulah dia mencuci pakaian yang telah direndam nya.
Ditempat lain**
Seorang ibu paruh baya,tengah berjalan menyusuri pasar,masuk dari toko satu ke toko yang lain menawarkan jasa.
Sepertinya hari ini bukan hari keberuntungan nya,dia hanya mendapat kan 1 toko yang mau menerima jasa nya untuk membungkus tepung,sebagai imbalan ia mendapat kan setengah kilo tepung dan uang 2 ribu rupiah.
Matahari mulai tinggi,dahaga mendera kerongkongan wanita tua itu.Ia menepi pada pinggiran toko.
Glek...
Seketika dia menelan ludah nya melirik kearah penjual es kelapa muda di samping nya.
Hatinya ingin sekali membeli,namun apalah daya uang 2000 ditangan akan sangat berarti jika dibawa nya pulang.
Dia beranjak dari tempat nya beristirahat dan
kembali berjalan.
Maryati telah selesai dengan pekerjaannya.ia bersiap pulang,jam menunjuk kan hampir pukul 12 siang.
"Ahh..pantas saja perut ku mulai berisik,ternyata sudah tengah hari"
Maryati tersenyum geli sendiri,dia baru ingat dari tadi pagi,perut nya hanya di isi air putih.
Sebelum pulang,Maryati teringat bahwa tadi Ibu ita menyuruh nya sarapan.
Ia berjalan menuju dapur dan menemukan mi instan yang dimaksud Ibu ita.
Maryati tak memasak nya melainkan memasuk kan nya ke dalam kantong plastik,lalu dia berjalan ke arah lemari membuka dan meraih toples gula dan teh.
Ia juga memasuk kan 3 sendok gula dan 2 kantong teh celup ke dalam plastik nya,
lalu dia keluar rumah tersebut namun sebelum nya,ia memastikan semua jendela terkunci.
Terakhir dia mengunci pintu rumah dan meletak kan kunci nya di dalam pot bunga di teras Ibu Ita,memang begitulah setiap hari nya.
Maryati melangkah kan kaki dengan sedikit terburu-buru menuju kerumah nya.
Di jalan pulang nya, tampak di kejauhan di depan nya seorang yang dia kenal.
Ibunya nya berjalan dengan terlihat kelelahan.mereka bertemu di tengah jalan.
Maryati mempercepat langkah nya,menghampiri ibunya.
"Mak baru pulang??"
Tanya nya menyambut kantong yang dibawa ibunya.
Ibunya hanya mengangguk,mereka melanjutkan perjalanan kembali kerumah.
Setibanya di depan rumah,Maryati dan ibunya keheranan melihat pintu mereka terbuka.
Mereka saling pandang..
lalu segera memeriksa,begitu mereka masuk,Ayah maryati tengah berbaring di tikar lusuh milik mereka.
"Kenapa pulang cepat bak??"
Tanya Masning.
" Iya..bahan bangunan habis..entah kapan baru masuk lagi"
Ada sedih yang menggelanyuti sinar mata Masning,itu artinya..mereka tidak akan ada uang mingguan dari hasil kerja suaminya,dan itu artinya lagi,mereka harus bersiap untuk lebih sering puasa.
Maryati sangat memahami kesedihan orang tua nya,dia menyeka air matanya yang terlanjur jatuh meleleh.
Dia membuka kantong yang dibawa ibu nya,nampak satu bungkus tepung gandum.
Dia juga mengeluarkan kantong yang dibawa nya dari rumah ibu ita.Satu bungkus mi instan dan 2 kantong teh beserta gula.
Dia memanas kan air,diatas tungku kayu. Menyeduh teh nya,tentu saja akan terasa hambar,karena gula yang di pakai hanya 3 sendok untuk satu teko besar.
Kemudian dia mengaduk tepung dengan air garam dan menggoreng nya dengan minyak bekas menggoreng ikan asin semalam.
Sedang mi instan nya dia simpan di atas rak piring kayu di samping tempat dia memasak,kalau- kalau besok Ibu Ita memberinya mi instan lagi agar cukup untuk dimakan mereka bertiga.
Maryati melangkah kedepan membawa satu piring gorengan dan satu teko teh hangat dengan manis yang samar-samar.
"Apa itu Mar??.."
Tanya ayah nya,
"Hari ini kita mkan mewah Bak.."
Ayah nya tau maryati tengah berbohong demi menghibur hati ke dua orang tua nya yang sedang gelisah.
Maryati tersenyum menghidangkan masakan yang di bawanya.
"Dari mana kamu mendapat Teh mar?"
Tanya ibunya..
"Oh..aku tadi disuruh Ibu Ita sarapan disana,api aku tidak memasak mi instan nya dan aku membawa nya pulang beserta teh dan gula jatah minum ku di sana Mak."
Jelas maryati.
Ayah dan Ibu nya mengangguk,sambil mencomot gorengan di depan mereka.
Siang ini,mereka bersyukur masih bisa mengisi perut mereka meski bukan nasi.
Selalu tersimpan harapan agar esok nasib mereka berubah.
bersambung**
Musim buah telah tiba,nampak dari orang- orang yang menggelar dagangan nya di pinggir-pinggir jalan.
Terutama buah durian,buah yang paling di gemari Maryati,akan tetapi keluarga mereka tak pernah mampu untuk membelinya.
Buah durian tergolong buah yang cukup mahal bagi keluarga mereka,untuk membeli satu buah durian utuh,,bisa mencapai 30 ribu hingga 50 ribu,uang segitu banyak bisa buat makan 1 minggu untuk keluarga mereka.
Maryati menyusuri jalan kerumah nya, sepulang dari rumah majikan nya.
sepanjang perjalanan,hidung nya mencium aroma durian,dia menoleh kan kepalanya ke kanan dan ke kiri,tampak penjual durian tengah sibuk melayani pembeli.
Sayup-sayup ia mendengar percakapan antara penjual dan pembeli.
"Yang ini berapa kak.."
"3 buah seratus ribu"
Deg...
Jantung nya tersentak.
"Mahal sekali"
Fikir nya..harga 3 buah durian adalah hampir separuh gaji nya dari Ibu ita.
Mencuci baju,piring kotor dan beres-beres rumah,Maryati mendapatkan gaji sebesar 250 rb untuk satu bulan.
Sepanjang perjalanan,
dia membayangkan jika gaji nya akhir bulan ini dia belikan durian,
ehmm...bisa- bisa dia tak bisa bantu ibu nya beli beras,bukan kah ayah nya sedang menganggur sekarang.
"Ahhh..lain kali saja.."
Ujar nya lirih..
Sekarang cukup nikmati aroma nya saja dulu..siapa tau,besok- besok ada rejeki.Dia lalu tersenyum dan berlalu.
Begitulah Maryati,sosok nya selalu ceria tak peduli seberat apa perjuangan hidup nya,,
dia hadapi dengan senyuman.
Sesampainya di rumah,
dia mendapati rumah nya tertutup.
Ibunya sudah pasti belum pulang,sedangkan ayah nya entah sedang kemana.
Dia berjalan ke arah dapur nya,berniat memasak,tapi segera mengurungkan niat nya,sebab tak ada apa yang bisa di masak.
Beras sudah 3 hari ini habis,sementara gaji nya dari ibu ita baru akan diterima nya satu minggu lagi,hanya ada satu bungkus mi instan,mana cukup untuk perut mereka bertiga.
Ia segera memutar otak dengan cepat,agar hari ini perut mereka bisa terisi.
"Mar...mar..."
Terdengar panggilan dari depan rumah nya.
ia bergegas melihat kedepan,,ternyata Asiyah.
Asiyah adalah teman Maryati,rumah mereka berhadapan,akan tetapi nasib mereka sedikit berbeda.
Asiyah hidup nya lebih baik,ayah nya seorang karyawan di sebuah pabrik,yang setiap bulan menerima gaji tetap,tunjangan dan lain sebagai nya.
Akan tetapi,,ayah nya terkenal sangat pelit dan sangat galak terhadap anak dan istri.
Hal itu lah yang sering membuat kenakalan Asiyah terjadi,dan itu sering melibat kan Maryati.
"Ada apa yah??"
Tanya maryati.
"Kamu bisa tolong aku mar?"
"tolong apa?"
Ada raut bingung di muka maryati..
"Aku teringin...sekali makan ayam goreng,,tapi hal itu pasti tidak akan di kabul kan bapak ku,,kamu tau sendiri kan..gimana bapak ku"
Ada kesedihan di mata asiyah ketika menuturkan keinginan nya.
"Lantas...apa yang bisa aku lakukan??!"
Ucap maryati semakin bingung.
Senyum nakal asiyah terkembang,hal itu membuat Maryati yakin,bahwa akan ada kenakalan yang terjadi hari ini.
"Sini...mendekat,,aku ada ide..!"
Maryati pun mendekat,,
"Di rumah mu banyak kepinding kan??"
Tanya Asiyah.
Kepinding adalah sejenis kutu yang sering bersarang pada bantal dan kasur yang terbuat dari kapuk,bisa juga di dapati pada dinding-dinding lapuk.
Dengan perasaan yang masih bingung,Maryati mengangguk.
"Nah..sekarang kamu cari kepinding yang banyak,,masuk kan di kantong ini !!..."
Asiyah menyodorkan sebuah plastik kecil yang biasa di pakai untuk membungkus gula di warung-warung.
Maryati menerima nya,dan menuruti perintah Asiyah untuk mencari kepinding.
tak butuh waktu lama,6 ekor kepinding dia dapat kan.
Asiyah masih menunggu nya di tangga.
Maryati kembali menemui nya,,dan menyodorkan hasil tangkapan nya...
"Oke makasih ya..yuk ikut aku ke belakang rumah ku.."
Dengan masih kebingungan maryati ikut bersama nya.
Di belakang rumah asiyah terdapat kandang ayam.Ayah nya memelihara banyak sekali ayam.
"Mar...kamu bantu aku tangkap kan ayam yang paling besar itu..!!"
Lagi- lagi Asiyah memerintah kan sesuatu yang membingungkan Maryati,nampak keraguan di matanya..tapi asiyah meyakin kan nya.
Maryati lalu menangkap se ekor ayam jago,dan memberikan nya pada Asiyah.
Asiyah menerima nya lalu segera menjalan kan ide nya.
Dia memasuk kan satu persatu kepinding kedalam telinga ayam.
sampai habis.
Maryati yang bingung,hanya memandang ulah teman nya dengan tatapan tidak mengerti.
Setelah selesai,,Asiyah melepaskan kembali ayam jago tersebut.
Apa yang terjadi??
Ayam tersebut,melompat- lompat,
berguling-guling,mematok- matok kan paruh nya pada tanah,menggeleng- gelengkan kepalanya.
Maryati memandang ayam tersebut..lalu tertawa..
dan akhir nya mengerti,
Maryati tertawa cekikikan dengan ide nakal sahabat nya..
Asiyah menarik tangan maryati ke depan dan mengajak nya duduk di tangga rumah nya.
Dari kejauhan,terlihat ayah Asiyah pulang untuk makan siang..belum lagi motor butut nya berhenti,,Asiyah telah lebih dulu menghampiri ayah nya.
Dengan muka serius,,Asiyah mencoba bercerita..maryati hanya berdiri terdiam di samping nya.
"Pak...pak..buruan lihat ayam kita!!,ada yang sakit pak..dari pagi tadi dia menggeleng- gelengkan kepalanya,sepertinya dia menelan karet pak..!!"
Ayah nya kaget,,lalu mengikuti asiyah yang menarik tangan nya ke belakang.
benar saja...ayam tersebut masih meronta- ronta.
Dengan sigap,,ayah asiyah naik ke atas rumah mengambil pisau tajam dan menyembelih nya.
Asiyah tersenyum kearah Maryati yang ikut tersenyum dalam hatinya berkata.
" Maaf kan aku..Tuhan..atas kenakalan ini"..
Setelah ayam di bersih kan,ibu Asiyah memberi sebelah dada ayam pada maryati..
maryati menyambut nya dengan bahagia,setidak nya dia telah mendapat kan lauk untuk makan,meskipun belum ada beras yang akan dimasak menjadi nasi.
Maryati segera pulang,,dan merebus ayam tersebut hanya menggunakan garam.
Setelah matang,dia mengambil daun pisang di belakang rumah nya,meletak kan nya di atas wajan yang telah hitam tebal bagian bawah nya akibat terlalu sering di pakai,lalu ayam tersebut di panggang nya tanpa bumbu..karena untuk menggoreng,minyak telah habis..
Aroma harum daun pisang yang gosong..membuat perut nya bernyanyi..
Baru saja dia mengangkat ayam dari wajan,tiba- tiba terdengar derit pintu yang di buka disertai langkah kaki.
Maryati melongok kan kepala mencari tau siapa yang pulang.
"Bau harum apa ini mar,??"
Tanya ibu nya yang datang dengan bungkusan besar di tangan nya.
"Ayam mak,,di kasih iyah,"
"Apa itu mak?"
Tanya balik maryati pada ibunya.
"Cobalah kau buka mar.."
"Rejeki mak hari ini lumayan banyak"
Ibunya meninggalkan maryati,menuju ke depan lalu duduk di tikar sambil bersandar..
nampak kelelahan diwajah nya.
"Bak mu belum pulang mar??
Tanya ibu nya sedikit berteriak,
"Belum mak.."
jawab maryati.
"Entah kemana Bak pergi sudah se siang ini belum pulang."
Gumam maryati berbicara sendiri.
Maryati membuka kantong yang diberikan ibu nya.Ada beberapa bungkusan di dalam nya.
Dia segera mengeluarkan nya satu persatu..berharap ada beras di sana agar bisa dimasak dan mereka bisa makan kenyang.
benar saja,
Ada setengah kilo beras,seplastik kecil minyak goreng,ada cabe dan bawang yang berada di satu plastik.
Kemudian di bungkusan lain,terasa hangat,
ketika di buka ternyata nasi,lengkap dengan sayur nangka,sambal lado,sepotong ikan dan beberapa potong tempe semua lauk itu di bungkus terpisah.
"Dari mana mak dapat nasi beserta lauk ini mak??"
Tanya maryati,ketika telah menyiapkan makanan yang dibawa ibunya ke depan tempat dimana ibu nya sedang selonjoran.
"Tadi..ibu maria yang punya warung makan di pinggir jalan itu, minta tolong mak untuk bantuin dia dari pagi,karyawan nya tidak masuk.pulang nya mak di beri upah itu."
Terlihat maryati manggut- manggut mendengar penjelasan ibunya..
ibu maria adalah pemilik warung makan,,warung nya buka dari jam 10 pagi sampai jam 1 siang.dan selalu saja ramai pembeli.
Ada rona bahagia di raut muka mereka berdua,,setidak nya besok ada yang bisa mereka masak untuk makan.
baru saja mereka menata piring,,
Ayah maryati pulang.dan disambut kedua ibu dan anak itu dengan tawaran untuk makan.
"Kebetulan Bak pulang,ayo kita makan perut sudah keroncongan"
Ajak maryati di iringi gelak tawa...dari ketiga nya.
Mereka makan dengan lahap..jarang sekali mereka makan dengan menu lengkap seperti ini.
Selesai makan..maryati merapikan kembali tempat itu,dan membersihkan sisa nasi yang tercecer,karena disitulah mereka akan tidur nanti malam.
"Bak dari mana tadi..?"
Tanya Masning kepada suami nya
"Aku keliling mencari pekerjaan..tapi belum dapat..besok aku coba lagi."
"Sabar ya Bak"
Ujar Masning mengusap pundak suaminya.
Suaminya hanya tersenyum kecut sambil mengangguk seraya memegang tangan istrinya.
Maryati yang menyaksikan itu tersenyum dengan mata berkaca- kaca.
Dia bangga melihat cinta kedua orang tuanya. mereka saling mendukung serta menguat kan satu sama lain,disaat ekonomi keluarganya benar-benar berada di bawah..
bersambung**
Senja telah datang...
mentari mulai merunduk,terlihat beberapa anak kecil berlarian dari arah sungai,disusul ibu mereka yang dengan garang mengejar dengan ranting di tangan nya..
Seperti nya sang ibu sedang marah..dan ranting tersebut sebagai senjata untuk menakuti anak- anak nya.
Maryati yang tengah duduk di tangga tertawa geli melihat pemandangan itu.
"Hihihi...pasti mandi gak ingat pulang..persis waktu aku masih kecil"
Kenang nya.
Maryati melongok kan kepala nya ke dalam pintu rumah nya,terlihat ibu dan ayah nya masih berbaring di tikar lusuh mereka.
Ada rasa ingin membangun kan,akan tetapi ia tahan.
"Ahh..nantilah sebentar lagi..kasian mereka terlalu lelah hari ini"
Ujar nya pelan.
Belum sempat ia mengalih kan pandangan nya,ibunya beranjak..lalu duduk memperhatikan Maryati.,mereka saling pandang.
"Loch sudah bangun Mak...tadi mau ku bangunkan,,tapi kasian mak kelihatan capek"
"Iya..sakit semua rasa betis dan pinggang mak"
Wanita paruh baya itu terlihat tengah memijat kedua betis nya sesaat,lalu merapikan rambut nya dan menggulung nya,tak lupa merapikan kain batik usang yang ia kenakan.
Dia berdiri,berjalan kearah Maryati.
"Kenapa duduk sendirian mar??mana teman- teman mu?,biasanya kalo sore seperti ini ramai teman- teman mu "
"Mereka lagi beres-beres rumah nya Mak..besok kan hari minggu..
besok kami mau main-main,biar gak repot besok,"
"Ohh"
Masning lalu turun ke bawah dan mengambil ember beserta handuk yang tersampir di bawah rumah nya.
"Kalau Bak mu bangun,bilang mak mandi ya Mar..!"
wanita itu berlalu dari hadapan Maryati,menuju ke sungai untuk mandi.
Maryati sendiri telah melakukan nya sejak tadi,sebelum senja datang.
Tak lama kemudian Ayah nya terbangun,,lalu mencari ibunya.
"Kemana mak mar?"
"Mak mandi bak..kesungai."
Jawab maryati yang masih duduk manis di tangga rumah nya.
Tak berapa lama,,
"Mar...Mar..."
Terlihat Asiyah,menuruni anak tangga rumah nya..menghampiri Maryati yang tengah duduk.
"Kenapa yah?"
Ujar maryati bingung.
"Malam ini kamu mau keluar ya??"
Tanya asiyah,,
"Iya,,aku mau cari peruntungan mumpung musim durian."
"Siapa aja yang mau pergi Mar?"
"Paling- paling Aku,Leha,Rida dan kamu kalo mau ikut??
"Oke..aku ikut ya..."
Setiap musim durian di kampung nya,itu akan menjadi ladang rejeki buat Maryati dan teman- teman nya.Kebiasaan mereka adalah menyusuri jalan,,dan mendekati mobil- mobil truk yang tengah membawa durian,mereka akan menawarkan jasa membongkar truk,menurun kan dan memindahkan durian,upah nya mereka akan menerima durian bahkan uang untuk mereka bawa pulang.
Senja berganti gelap,,Maryati dan kedua orang tua nya tengah bersiap untuk sholat magrib.
"Mak..selepas magrib,,aku mau keluar sama Iyah dan yang lain ya.."
"Mau kemana mar??"
"Aku mau bongkar durian mak.."
"Oh...iya,tadi mak liat dah banyak orang jual durian..sepertinya musim durian tahun ini lebih banyak"
Tampak ayah maryati menatap pada kedua orang perempuan kesayangan nya,seraya membentang sajadah untuk mereka berjamaah.
15 menit berlalu..
Setelah selesai berjamaah,,
"Mar..hati- hati kamu ya nak..jangan terlalu malam.."
"Iya bak..."
Jawab Maryati sembari membereskan mukenah nya.
"Aku pergi dulu ya mak..bak"
Maryati pamit..ketika dari luar terdengar nama nya di panggil oleh teman- teman nya.
Benar saja ketika pintu di buka,terlihat Asiyah dan Leha telah siap dengan kantong plastik besar di tangan.
Mereka berjalan bergandengan sambil bersenandung riang seolah tak ada beban.
Di tengah jalan mereka berhenti di depan gubuk yang tak kalah tua nya dengan gubuk Maryati.
"Faridaaaaa...faridaaa"
Panggil mereka dengan kompak.
"Iyaaa"
Farida menjawab dari dalam,dan segera keluar.
"Eh...tadi katanya Nurdin sama Roni mau ikut"
Farida memberi tahu teman- teman nya.
"Baguslah..biar tambah rame..jadi kalo kita pulang nya malam gak takut"
Ujar Maryati.
"Mereka nunggu di depan gang,,"
kata Farida lagi.
Mereka kembali menyusuri jalanan gang sempit tempat tinggal mereka..
Jalan tanah merah itu akan kering dan sangat keras jika musim kemarau,akan tetapi akan sangat licin dan lengket jika musim hujan telah tiba.
Ya..begitulah keadaan di perkampungan tempat tinggal maryati masih sangat kumuh..dan belum modern.
Hanya terdapat beberapa rumah saja yang bangunan nya semi permanen,dan hanya beberapa keluarga saja yang memiliki kendaraan pribadi selebih nya masih sangat kolot dan jauh dari kata sejahtera.
Di depan gang mereka,,terlihat Nurdin dan Roni sedang berjongkok menunggu teman-teman nya.
"Wooooyyy,,lama nya kalian..
habis badan ku di gigitin nyamuk"
Teriak Nurdin,sambil menggaruk- garuk tangan dan betis nya.
"Haahahaa..."
Asiyah tertawa melihat tingkah Nurdin..
"Kenapa tertawa..??"
Tanya Roni..
"Udin lucu..udah kayak saudara nya yang di kebun binatang.."
Ejek Asiyah sambil terus terkekeh..
"Busyettt...monyet maksud mu..Yah "
Timpal Farida.
"Yaaa...seperti itu lah kira-kira"
Nurdin menepak bahu asiyah yang sedang terkekeh..sambil sewot dan berkata
"Jahat nyaaa dirimu padaku"
Yang di iringi tawa dari mereka semua.
Mereka kembali berjalan menyusuri malam.
tak jauh dari mereka..
Terlihat 2 mobil truk baru saja berhenti dan me markir nya di pinggir jalan.
Maryati dan geng nya yang melihat itu..bagai melihat harta karun.
Mereka bersorak berlarian ke arah truk tersebut.
"Permisi pakk...bisa kami bantu menurun kan?? "
Tanya maryati pada supir truck dan rekan nya.
"Boleh..boleh...emang nya kalian bisa??"
Tanya supir truk,yang nampak ragu melihat fisik Maryati yang kurus dan kecil.
"Bisa pak..kami semua sudah terbiasa tiap tahun seperti ini."
"Baiklah kalo begitu,susun di terpal sebelah sana ya.."
Supir itu menunjuk ke arah terpal yang mereka bentang di pinggir jalan.
Lalu mereka membagi 2 tim untuk 2 truk..masing-masing 3 orang.untuk 1 mobil truk durian.
Tak terasa hampir 1 jam..mereka menurun kan entah berapa ratus buah durian dari mobil truk besar ke pinggir jalan.
Setelah semua beres...mereka di panggil oleh sopir truk,,
"Dek..Dek..sini kalian..! berapa orang kalian??"
"6 orang pak"
Jawab Maryati..sembari menyeka keringat yang mengalir di dahi nya.sungguh ini olah raga malam.
"Oke..kalian istirahat dulu,ni makan durian ini.."
Ujar sang supir dengan menyodor kan 2 buah durian kepada rekan nya untuk di bukakan.
seketika tercium aroma tajam dari si raja buah tersebut.
" Ini makan lah.."
Tawar rekan si bapak supir yang telah selesai membuka durian untuk mereka.
Secepat kilat ke 6 remaja itu berebutan menyerbu buah durian yang sangat manis dan legit itu.
Dalam hitungan menit 2 buah durian habis tanpa sisa.
"Pak..kami sudah selesai.."
Ucap maryati sambil melangkah ke arah supir truk.
"Oke,,trima kasih ya.."
Lalu sang supir truk menyodor kan uang lembaran 5 ribu rupiah kepada masing-masing mereka.
"Kalian boleh bawa pulang masing- masing 1 buah.."
Kata si bapak supir..dengan tersenyum.
Dengan girang..mereka kembali menyerbu tumpukan durian..dan memilih untuk di bawa pulang.
Setelah masing-masing memegang 1 buah durian,,dengan kompak mereka berpamitan kepada sang supir..dengan tak lupa mengucapkan terima kasih.
Sebelum pulang,,maryati mengumpulkan biji- biji buah durian yang bertaburan lalu memasuk kan nya ke dalam kantong plastik dan di masuk kan nya kembali ke dalam karung tempat dia menaruh buah durian pemberian supir truk.
Mereka berjalan pulang..dengan membawa durian untuk keluarga nya.
Maryati tersenyum..lalu menengadah kan kepala nya menatap langit.
"Terima kasih tuhan..atas rejeki pemberian mu malam ini.."
Ucap nya dalam hati.
Canda tawa sepanjang perjalanan membuat rasa lelah yang tadi menyerang hilang seketika.
Bersambung**
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!