Sorot matanya tajam seperti ingin mengulitiku. Aku hanya menurunkan tatapanku ke lantai, tanpa ingin membalas tatapannya.
"Saya tanya, kamu dari mana?" tukasnya lagi.
"Saya hanya jalan-jalan sama Rere."
Aku pergi meninggalkan Pak Aksara yang sepertinya masih marah. Dia harusnya tidak memiliki alasan untuk marah kepadaku, toh aku jalan sama Rere, bukan dengan Bastian.
Aku menaiki anak tangga dan berharap segera sampai di kamar. Aku tidak mendengar double langkah dari lantai. Artinya, pak Aksara tidak mengikutiku.
Aku merebahkan diri di atas kasur dan memejamkan mata untuk menenangkan diri. Rasa kangenku terobati setelah pergi ke tempat kakakku. Selain mencurahkan rasa rinduku dengan kakakku, aku juga mencurahkan apa yang sedang terjadi kepadaku dan pak Aksara. Aku mencurahkan isi hatiku melalui telepati. Aku tahu, kak Lila pasti mendengar apa yang kurasakan.
Aku belum merasakan tanda-tanda kedatangan pak Aksara ke kamar. Mataku kembali terpejam untuk menenangkan pikiran. Aku menghembuskan napas kasar. Mungkin, pak Aksara sedang makan malam bersama ibu. Perutku masih kenyang, jadi aku tidak ikut bergabung dengan mereka.
Suara pintu kamarku terbuka. Aku melirik siapa pelaku yang membuka pintu kamarku tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Siapa lagi, kalau bukan pak Aksara. Aku memunggungi dia dan memeluk bantal gulingku yang biasa pak Aksara gunakan untuk membatasi tempat tidur kami.
Aku merasakan kalau tubuhnya mendekat ke arahku. Aku sangat merasakannya karena kasurku sedikit bergerak. Dia duduk di tepi ranjang.
"Kamu masih marah sama saya?" tanyanya tiba-tiba.
"Kalau ditanya itu, dijawab." Dia menarik bantal guling yang sedangku peluk.
"Apaan sih, pak. Saya cape mau istirahat." Aku menarik kembali bantal yang sempat dia rebut. Aku kembali memunggunginya.
Pak Aksara sudah pergi dari kasur. Dia pergi ke meja belajarku dan membuka laptop miliknya. Aku sempat meliriknya beberapa detik setelah kepergiannya.
Ponselku bergetar. Aku mengambil ponsel yang ada di dalam tas kecil yang tadi kubawa pergi. Tulisan My pacar tertera di layar ponselku. Mood-ku kembali membaik.
"Pas ditanya katanya cape, mau istirahat. Giliran ditelepon pacar langsung semangat."
Itu suara pak Aksara yang menyindirku. Aku meliriknya sinis sebelum aku menggeser ke atas tombol berwarna hijau untuk mengangkat panggilan dari Bastian.
"Katanya, habis jalan sama Rere?" tanya Bastian saat aku mengangkat teleponnya.
"Iya, cuma ke makam kak Lila, terus mampir makan sebentar. Lama gara-gara nunggu Rere mandi." Aku sengaja mengeraskan suaraku untuk menjawab pertanyaan pak Aksara yang tadi di lemparkan di ruang tamu.
"Kenapa, kamu cemburu? Aku jalan sama Rere?" godaku.
"Dih, aku mana pernah cemburu sama kamu. Emang situ?" balasnya.
Aku tidak bisa mengelaknya. Selama pacaran, Bastian hanya sekali saja cemburu kepadaku. Dia cemburu saat aku duduk berduan di perpustakaan jurusan. Cowok itu kakak tingkat yang dulu menjadi panitia kami OSPEK. Kesalah pahaman itu baru berakhir tiga hari setelah aku menjelaskan panjang lebar dan sempat bertengkar hebat. Pertemuan itu, benar-benar hanya kebetulan saja. Aku malah yang sering cemburu karenanya. Perempuan mana yang tidak cemburu, jika pacar kalian sering dikelilingi perempuan-perempuan yang lebih cantik dari kita. Aku sering membara, tapi Bastian selalu memberiku kepercayaan diri.
"Aku cemburu karena aku sayang," elakku.
"Kamu cantik dan spesial kaya martabak." Bastian sebenarnya tidak pandai gombal.
"Berarti aku manis dong, kalau kaya martabak."
"Kan ada martabak telor yang gurih. Kamu mau, kulit kamu rasanya gurih." Aku bisa mendengar kekehan kecilnya dari ponsel.
"Iihhh, Bastian ngeselin. Tapi, aku cantikkan?" Kata orang cantik itu butuh pengakuan. Jadi aku memaksa Bastian untuk mengakui kecantikkanku.
"Iyain deh," jawabnya.
"Dih," kesalku.
Setelah itu, kami hanya hening di tengah panggilan telepon.
"Sudah dulu ya, aku mau istirahat." Aku meminta mengakhiri panggilan.
"Iya, love you. Muuuaacchh."
"Too, muaacchhh." Aku membalas ciuman online dari Bastian.
Aku mematikan panggilan teleponnya setelah mendapat psrsetujuan darinya. Aku mengisi daya baterai ponselku di atas nakas. Aku juga sempat membuka laci nakas, di sana masih ada cincin pernikahanku dengan pak Aksara. Aku tidak lagi memakainya setelah mencopot cincin itu.
Aku pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil dan menggosok gigi sebelum beranjak tidur. Selepas itu, aku pergi ke sofa untuk tidur. Aku masih melihat pak Aksara di depan laptopnya. Aku jadi penasaran nilai UTS kemarin. Dia akan mengumumkannya besok melalui broadcast di telegram. Aku memejamkan mata untuk tidur, meskipun belum terlalu mengantuk. Beberapa menit kemudian, aku merasakan telapak tangan seseorang berada di jidatku. Aku kaget pastinya.
"Jadi, Kamu beneran marah sama saya?" tanyanya kemudian sesaat setelah mengetahui aku belum terjaga.
"Saya tahu, kamu belum tidur." Pak Aksara menyentil jidatku pelan.
Aku duduk menyamainya. Pak Aksara duduk bertumpu dengan kedua lututnya di depanku.
"Pindah ke kasur!" perintahnya kemudian.
"Enggak!" tolakku.
"Atau saya gotong kaya karung beras?" Dia sudah ancang-ancang akan menggotongku, tapi segera kutepis.
"Kalau enggak, ya enggak!" Aku meninggikan nada suaraku. Aku bahkan sudah berani membentaknya tanpa alasan.
"Jadi, beneran marah sama saya? Kenapa?" tanyanya tanpa rasa bersalah. "Karena ucapan saya kemarin?" imbuhnya.
Aku diam enggan menjawab. Aku rasa dia sudah tahu jawabannya, tanpa aku menjawabnya.
"Saya benar-benar butuh waktu untuk menerima pernikahan ini. Kalau kamu sudah menerima ini, kenapa kamu tidak ajarin saya, biar saya cepat menerimanya." Dia menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajahku.
"Saya rasa, saya juga belum bisa menerimanya pak," kataku kemudian.
"Terus, apa yang buat kamu marah?"
"Tidak tahu," jawabku singkat.
"Kamu marah, karena saya melarang kamu bawa Bastian ke rumah. Karena saya tidak suka melihat kalian boncengan berduaan? Jadi karena itu!" Aku memejamkan mata dan meneteskan air mata.
Untuk kesekian kalinya aku dibentak oleh seorang lelaki. Aku tidak berani mendengarkan ucapan dari mulutnya. Aku takut, jika dia marah.
"Baik, kalau gitu." Dia melepaskan tangannya dari bahuku. "Saya izinkan kamu pacaran, asalkan jangan sampai melanggar batas."
Aku tidak tahu, jika akan serumit ini jadinya. Aku lebih sakit ketika pak Aksara malah mengizinkanku jalan berdua dengan Bastian. Artinya, aku akan selalu berbohong seumur hidupku dengan Bastian. Aku ingin keluar dari zona ini, tapi jika aku jujur takut melukai Bastian.
"Mari, kita menjalankan kehidupan kita masing-masing terlebih dahulu. Sebelum kita saling jatuh cinta, satu sama lain"
Aku hanya meneteskan air mataku saat kalimat tersebut lolos dari mulut pak Aksara. Sekarang jarak wajah kami sangat dekat, sampai aku bisa merasakan mulit hidung kami saling menempel.
"Pak, pernikahan bukan sebuah lelucon," ujarku.
"Makanya, saya tidak ingin menjadi duda dua kali." Dia menggesek-gesekkan hidungnya dengan hidungku.
Aku hanya bisa mendengar deru napasnya yang berat. Senyumku getir. Jika pernikahan ini akan berlangsung lama, artinya aku harus melepaskan Bastian. Kalau tidak, berarti aku harus mempertahankan Bastian.
"Saya tidak ingin orang-orang tahu tentang pernikahan kita." Dia mengangguk, menyetujui permintaanku.
Perlahan dia menjauhkan wajahnya dari wajahku. "Saya tahu, kamu pasti malu jika orang-orang tahu, kalau kamu menikah dengan mantan kakak iparmu sekaligus dosenmu sendiri."
Aku terkekeh mendengar pernyataannya.
Malam ini dan seterusnya, pak Aksara memintaku untuk tetap tidur satu ranjang dengannya. Tentunya, bantal gulingku menjadi pembatas tidur kami. Punggung kami saling berhadapan.
Bastian pernah bilang, kalau seorang lelaki sudah menyelipkan nama di hatinya. Sudah pasti, akan susah menghapusnya. Seperti pak Aksara yang sangat sulit menghapus nama kak Lila dan seperti Bastian yang menjaga namaku dengan baik di hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Anisa Aprilia
klo aq sih lebih baik pisah aja,dari pada bingung mo kemana pernikahan ini jika dilanjutkanmasih saling mencintai pasangan masing2.
2021-06-11
1
sujinah
makin sukak aku ceritanya,,,,
lanjuuut....
semangat thor 💪
2021-02-10
1