Aku mulai memikirkan apa yang ibu ucapkan sore tadi. Pak Aksara adalah hal pasti dalam hidupku, tapi dia belum menjadi hal pasti di hatiku. Aku masih memenjara nama Bastian di hatiku.
Selepas belajar malam, aku memutuskan untuk menghubungi Bastian untuk menemaniku malam ini. Pak Aksara belum pulang ke rumah, jadi tadi aku dan ibu makan malam berdua saja tanpanya. Aku juga tidak menghubungi dia, untuk apa? Kak Lila sudah tenang di alam sana, jadi aku tidak perlu laporan tentang keadaannya ke pak Aksara.
Saat aku sedang mengobrol lewat videocall dengan Bastian, tiba-tiba terdengar suara pintu kamarku terbuka. Aku menengok kebelakang yang ternyata pak Aksara pelakunya. Tanganku reflek menelungkupkan ponsel agar Bastian tidak melihat pak Aksara yang masuk ke kamarku.
"Pak ketok pintu dong kalau mau masuk," ucapku lirih ke pak Aksara.
"Sorry," lirihnya juga.
Aku berpindah posisi untuk menutupi keberadaan pak Aksara. Aku memilih rebahan di sofa supaya yang terlihat di belakang layar tubuhku adalah kulit sofaku.
"Pak Aksa ke kamar kamu, dia mau ngapain?" Sudahku tebak, Bastian pasti akan menanyakan hal itu.
"Dia mau ambil buku yang tadi aku pinjam. Soalnya, aku enggak izin ke dia." Beruntung siang tadi aku sempat menunjukkan buku pak Aksara yang kupinjam.
"Lain kali, kalau mau pinjam barang ngomong dulu." Bastian memang beda. Untunglah, dia tidak menaruh curiga kepadaku.
"Sudah dulu ya," aku memutuskan untuk mengakhiri obrolan malam ini dengan Bastian.
"Iya, selamat malam. Love you. Muaah." Aku sedikit bergidik dengan tingkah Bastian karena pak Aksara pasti mendengar percakapan kami dengan jelas.
"Love you too. Muah." Aku menautkan kedua bibirku. Mungkin, pak Aksara akan geli mendengar percakapan terakhir kami. Namun, aku anak muda yang bebas berekspresi, tapi ada rasa malu juga sih kalau orang lain dengar percakapan terakhir kami.
Aku bersiap untuk memejamkan mata, tidak lupa untuk menyetel alarm pengingat untuk rencana licikku. Aku melirik ke depan, pak Aksa sedang berada di kamar mandi. Aku mulai memejamkan mata untuk tidur lebih awal supaya bisa mendengar setelan alarmku malam nanti.
"Kamu enggak belajar, Mik?" tanya pak Aksara yang baru saja keluar dari kamar mandi.
Aku mendengar suaranya, tapi aku enggan menjawab supaya cepat ke alam mimpi.
"Akhhh," pekikku kedinginan.
Tangan pak Aksara yang dingin menyentuh permukaan dahiku. Sial! Dosen kurang ajar. Saat aku hendak marah, pria dewasa itu sudah berada di depan lemari hendak memakai pakaian. Aku tidak bisa melihat keadaannya sekarang, jadi aku memutuskan beringsut ke dalam selimut saja. Aku mengusap bekas sentuhan telapak tangan pak Aksara yang masih terasa di dahiku.
Ponselku bergetar tepat di bawah bantalku. Sudah tengah malam, waktunya aku beraksi. Aku mematikan alarm dan beranjak dari sofa untuk menyelesaikan ide cemerlangku.
Aku menelan ludah kasar saat melihat tubuh pak Aksara tidur terduduk di meja belajarku. Laptop yang aku incar sekarang berada di depan pak Aksara. Aku tidak bisa menjalankan misi terlarangku jika laptopnya berada di dekat pak Aksara.
Sudah cantik, baik hati dan gemar menabung ditambah otaknya encer. Aku memiliki ide untuk menyingkirkan pria dewasa tersebut di depan laptop miliknya.
"Pak Aksa, bangun. Pindah ke kasur biar tidurnya nyaman." Aku membangunkan pak Aksara dari mimpi indahnya.
Tepukan bahu kecil dan suara lembutku membuat pak Aksara terbangun. Misi pertama berhasil. Memindahkan pria dewasa menyebalkan.
"Kamu belum tidur, Mik?" tanyanya dengan muka bantalnya. Hey! Jelas-jelas aku tidur lebih awal darinya. Aku saja tidak tahu, kalau anda tidur di meja belajarku.
"Aku kebangun karena mau ke kamar mandi kok," jawabku pintar.
"Oh, yasudah. Makasih sudah bangunin saya."
Yes! Pak Aksara sudah pindah ke kasur. Untuk mendalami karakter, aku masuk ke kamar mandi walau tidak ngapa-apain. Pergi ke kamar mandi untuk menunggu pak Aksa terlelap pulas dari tidurnya. Aku membuka kamar mandi pelan supaya tidak membangunkan lelaki itu.
Aku membuka laptop miliknya untuk mencari soal UTS besok. Pak Aksa tipe dosen yang selalu cetak soal, walaupun hanya UTS. Aku menunggu laptop miliknya menyala setelah aku tekan tombol power.
Laptopnya di kunci segala. Aku bahkan tidak tahu kata sandinya. Aha, aku mencari buku nikahku yang sudah jadi. Aku melihat tanggal lahir pak Aksa di buku nikah yang kusimpan di laci lemari baju.
Sudah dua kali mencoba dengan membalik tanggal dan bulan miliknya, tapi masih tetap gagal log in. Jangan menyerah, aku masih ada ide untuk mengakses laptop miliknya.
Setelah menekan angka kelahiran Kak Lila, laptop milik pak Aksara bisa terbuka. Aku tersenyum geli dengan kebucinan pria dewasa itu. Aku mencari file yang ku maksud, tetapi nihil tidak menemukan apa yang kucari. Aku mencari soal UTS untuk besok, aku hanya penasaran dengan soal yang akan diberikan oleh pak Aksara. Hanya penasaran saja, tidak lebih.
"Kamu ngapain buka-buka laptop saya," suara itu membuatku terperanjat kaget setengah mati.
Aku tertangkap basah oleh pemilik laptop ini. Reflek aku menutup latop tersebut kasar.
"ngapain?" tanyanya menaik turunkan kedua alisnya. Wajahnya persis di depan wajahku.
"Cuma mau main game kok." Aku mendorong wajah pak Aksara supaya menjauh. Aku sangat gugup karena sikap seperkian detik itu.
Aku beranjak untuk kembali tidur di sofa, tetapi pergelangan tanganku dicekal oleh pak Aksara. Aku terkejut sekaligus bingung.
"Tidur di kasur." Pernyataan itu membuatku heran.
"Enggak!" tolakku tegas.
Tubuhku dituntun dari belakang untuk bermalam di kasurku sendiri. Aku menuruti permintaan pak Aksara tanpa sadar.
"Tenang saja, saya tidak bakal macam-macam sama kamu kalau enggak khilaf." Pak Aksara membatasi daerah teritorialnya dengan manaruh bantal guling di tengah.
"Cih," decakku.
"Tidur, jangan buat kekacauan lagi. Lihat sekarang jam berapa." Pak Aksara memunggungi.
Jam di dinding menunjukkan waktu pukul satu lebih dini hari. Aku mematikan lampu kamar dan beranjak tidur. Aku dan pak Aksara tidur seranjang untuk pertama kalinya. Kami tidur saling memunggungi.
Ceklek.
Aku mengerjap-ngerjapkan mata karena silau cahaya lampu. Rasanya baru saja aku memejamkan mata untuk tidur, tapi malah terbangun karena lampu kamar yang menyala.
"Bangun!" perintah pak Aksara.
Ini orang gila atau apa. Baru jam dua sudah bangunin orang, mataku juga masih sangat ngantuk.
"Pak, masih malam. Kalau bapak mau salat tahajud, nanti saja jam tiga." Aku menaikkan selimut untuk menutupi permukaan wajahku.
"Bangun, saya tidak bisa tidur." Selimutku ditarik kasar olehnya.
"Pak, yang enggak bisa tidur kan bapak. Kok aku yang repot sih." Aku sangat jengkel sekarang.
"Saya enggak bisa tidur, gara-gara kamu."
Mataku melotot. Hey, apa salahku? Apa aku mengganggu dia waktu dia tidur?
Terima kasih sudah mau baca cerira ini.❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
💙•`V^π!^`༄㉿ᶻ⋆💙
ngakak..🤣
2021-11-19
2
Rina Parlina
jngan2 pak dosen minta yg nggak2 laagi 😀😀
2021-07-15
3