Pak Aksara pulang tanpa membawa mobilnya. Dia mengenakan jasa ojek online, aku bisa melihatnya melalui jendela kamarku. Sepertinya, dia sudah membawa mobilnya ke bengkel.
Aku kembali duduk di depan meja belajarku. Aku sedang membaca kumpulan buku puisi karya Chairil Anwar yang berjudul 'Binatang Jala**'. Buku ini aku dapatkan dari deretan buku di rak milik pak Aksara. Dia sangat mencintai dunia sastra.
Tidak beberapa lama, aku mendengar pintu kamarku terbuka. Pak Aksara masuk ke kamar tanpa berkata apapun. Aku tidak heran karena itu sudah menjadi hal biasa buatku. Aku kembali melanjutkan aktivitasku.
Pak Aksara masuk ke kamar mandi. Dia sedang berganti pakaian karena tidak ada suara air di dalam sana. Apa aku harus menanyakan tentang kejelasan pernikahan ini? Aku tidak bisa menjalin hubungan rumit ini. Aku juga tidak bisa terus-menerus membohongi Bastian, aku sangat mencintainya.
Ceklek.
Suara pintu kamar mandi terbuka. Aku melihat pak Aksara sudah berganti pakaian yang lebih santai. Aku menghela napas panjang untuk mencoba membahas semuanya. Aku menutup buku kumpulan puisi.
"Pak Aksa," panggilku.
"hem," balasnya.
"Pak, ada hal yang harus kita bahas." Aku memberanikan diri untuk mengobrol hal penting kepadanya.
"Oh, kebetulan. Saya juga punya hal yang harus kita bahas."
Kami duduk di sofa yang biasa aku gunakan untuk tidur. Sekali lagi, aku mengambil napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
"Soal pernikahan, kita." Aku menjadi orang pertama yang membuka percakapan ini.
"Kenapa dengan pernikahan, kita?" tanyanya dengan ekspresi datar.
"Apakah, pak Aksara masih ingin melanjutkan ini semua?" kataku tanpa ragu melemparkan tanya ini.
Dia hanya menyunggingkan bibirnya ke atas. Bukan itu yang aku mau, aku hanya butuh kejelasan tentang hubungan ini. Aku tidak ingin jadi bayang-bayang kak Lila, dan aku juga tidak ingin menjalani hubungan rumit dengan siapapun.
"Kamu keberatan dengan semua ini?" Pak Aksara malah melempar tanya kepadaku.
"Karena Bastian?"
Aku tercengang dengan pernyataan pak Aksara. Hey! Masalah bukan hanya itu, aku butuh kejelasan. Untuk apa aku menjalani hubungan seperti ini. Aku juga punya perasaan, kalau dia masih menyimpan rapih nama kak Lila di hatinya percuma dong.
"Kenapa diam?" tanyanya.
Aku cengeng. Aku menangis di depannya. Aku tidak bisa mengatakan apa yang kurasa. Aku sakit hati, kenapa dia hanya mempermasalahkan kehidupanku saja. Kenapa dia tidak memikirkan apa yang ada.
"Oke, jika diam, berarti iya." Putusnya tanpa panjang.
"Bapak memang enggak berperi perasaan." Aku pergi meninggalkannya. Aku menjatuhkan diri di atas kasur.
Ini masih sore. Jadi, tidak mungkin jika aku tidur.
"Hey? Kenapa nangis?" Suara itu muncul dari sampingku.
Aku menutup wajahku dengan bantal. Aku benci dengan lelaki di sampingku.
"Saya sudah bilang kekamu, kalau jangan bawa pacar ke rumah." Aku bingung sekali dengan laki-laki tua ini.
"Siapa yang bawa pacar ke rumah. Bapak bisa tanya ke Bastian, kalau dia tidak mampir ke rumah." Aku masih menenggelamkan wajahku di bantal.
"Tapi kalian boncengan sampai depan rumah," ujarnya.
Aku semakin kesal dengannya. Kenapa tidak boleh, kalau hanya mengantarkan pacarnya pulang. Toh, dia juga tidak akan menerimaku.
"Kalau kamu mau pernikahan ini dijalankan dengan perasaan, ayo."
Ucapannya membuatku berhenti bernapas sejenak. Secepat itu?
"Tapi, aku tidak bisa secepat itu menghilangkan perasaanku untuk Kalila."
Air mataku benar-benar mengucur. Aku sudah menebak akan seperti ini. Aku hanya sebuah penebus kesalahan kakakku sendiri. Hujaman ribuan anak panah menancap di hatiku, belum lagi ribuan belati yang menancap tepat di ulu hatiku. Padahal, aku belum menaruh cinta sedikitpun untuknya, tapi mengapa sesakit ini.
Aku mendengar pintu kamarku tertutup. Dia pergi meninggalkan disaat kondisiku hancur seperti ini.
Mungkin, rasa sakitnya akan lebih terasa. Jika aku sampai menaruh hati padanya.
Tidak bisa dipungkiri sesakit apa perasaanku sekarang. Sakit banget, sakit sesakit-sakitnya. Pernikahanku tidak seindah apa yang aku kira. Pernikahanku tidak seindah cerita-cerita yang kubaca di novel. Aku harus menunggu perasaan lelaki itu berubah. Aku harus menunggu lelaki itu jatuh cinta lagi.
Apa aku harus berusaha membuatnya jatuh cinta denganku?
Aku tidak ingin, aku tidak ingin mencintai sendirian. Biarkan saja, aku masih ingin melanjutkan asmaraku dengan Bastian. Aku takut, jika aku berusaha keras memperjuangkan pernikahan ini hanya akan sia-sia. Sia-sia jika dia tidak bisa menerimaku nantinya.
Mataku bengkak karena tangisku beberapa jam lalu. Malu sendiri saat melihat kondisi wajahku bengkak juga. Aku mencuci mukaku setelah mandi. Mandi sebelum jam makan malam.
Saat aku mengeringkan wajahku, terdengar suara pintu kamar mandi terketuk. Aku mempercepat mengeringkan wajahku dengan handuk bersih. Itu pak Aksara yang mengetuk pintuku.
Aku langsung melewati dirinya tanpa mengucapkan sepatah katapun dihadapannya. Aku masih mengingat ucapannya beberapa jam yang lalu sebelum dia pergi dari hadapanku.
Setelah melihat pak Aksara keluar dari kamar mandi. Aku turun ke bawah dan menemui ibu di ruang makan.
"Bu, besok aku mau ambil motor. Mika minta uang dong," kataku sedikit malu karena masih mengandalkan uang ibuku disituasi seperti ini.
Besok aku tidak ada jam kuliah sama sekali, jadi akan menggunakan waktu untuk mengambil motorku di bengkel.
"Motornya belum jadi, mungkin lusa baru bisa diambil." Itu suara pak Aksara yang tiba-tiba muncul dan ikut bergabung dengan kami di ruang makan.
"Sayakan sudah bilang, jangan minta uang ke ibu lagi." Dia duduk tepat di sampingku. Ibu hanya memandangi kami tanpa berkomentar.
"Ck." Aku hanya berdecak. Dia iblis berkedok malaikat.
"Kalau Mika minta uang ke ibu, tidak masalah kok, Sa." Ibu mulai mengambil nasi untuk piringnya sendiri.
"Mika juga masih anak, ibu." Dia tersenyum ke arahku. Aku senang masih dapat dukungan dari ibuku.
"Mika sudah menjadi tanggungjawab saya, Bu." Pak Aksara mengambilkan nasi untukku.
Ah! Sekarang aku tahu kelebihan dia yang baru. Iya, manusia bermuka dua sangat sulit dipatahkan.
"Mika makan dulu, sebelum mood mika buruk." Aku mengambil lauk dan berdoa, kemudian memakannya tanpa mengunyah lebih lama.
Walaupun, aku menghabiskan nasi lebih awal. Namun, aku tetap menunggu mereka makan karena memang jatahku harus mencuci peralatan bekas makan. Sudah tugasku sedari dulu karena aku tidak pandai masak.
Ibu sudah berada di ruanv tv. Paling sebentar lagi akan masuk kamar setelah sinetron yang sedang naik daun itu selesai. Aku mencuci piring sambil menyenandungkan bait-bait lagu milik Fiersa Besari yang terbaru.
Mengapa bayangmu terus ada.
Setiapku memejamkan mata.
Kira-kira itulah penggalan liriknya. Aku menyenandungkannya dengan suara merduku. Merdu alias merusak dunia. Kalau saja suaraku diedit, difilter atau apapun itu pasti akan tetap terdengar kacau. Maklum, aku hanya penyanyi kamar mandi.
"Akhirnya selesai," ujarku setelah mencuci tanganku.
Ibu masih berada di depan tv. Namun, aku memilih pergi masuk ke kamar. Pak Aksara sudah berada di kamar. Dia sedang duduk di meja belajarku ditemani laptop yang menyala. Aku baru tahu, kalau dia memiliki mata minus.
Aku meraih ponselku yang berada di atas nakas. Aku membaringkan tubuhku di sofa. Aku menonton video yang ada di youtube, aku sedang suka menonton salah satu food vloger Indonesia. Dia suka sekali dengan makanan pedas, sampai-sampai aku terkadang akan ileran jika menonton videonya.
"Jangan langsung rebahan, kalau habis makan." Suara itu merusak suasanaku.
Aku hanya mengangkat tubuhku untuk bersender di bahu sofa supaya tidak kentara rebahan. Aku mengubah posisiku tanpa membalas ucapannya, lagian ucapan itu tidak membutuhkan jawaban.
"Kamu marah sama saya?" tanyanya.
Aku masih mengghiraukan dia. Aku masih ingin menikmati video yang sedang kutonton.
"Kamu nonton apa sih." Ponselku sudah berada di tangan pak Aksara.
"Balikin enggak!" Bentakku.
Tangannya cekatan menghindariku saat aku akan merebut ponselku.
"Jawab dulu, kamu marah sama saya?"
Marah atau tidak itu bukan urusan kamu pak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
noy
dasar bocil labil... ahhaha anak semester yg masih setengah tua (dsebut di chap brp lupa), ya gt, si lakik masi suka mantannya sakit hati, tp dia ga mau lepasin pacarnya
2023-03-19
0
Dian Mytha
duuhh mika jadi galak kan pak... gegara bapak siih gak peka🤦🤦
2021-11-24
1