...ZENIA POV...
Sebulan sudah aku tinggal di rumah nenek, aku sudah sedikit bisa melupakan penghianatan mas gibran.
Aku memang masih sering menangis jika aku ingat kejadian itu, tapi aku berusaha untuk kuat karena aku yakin ini semua sudah menjadi takdirku.
Selama di rumah nenek aku sering mengikuti pengajian, iya aku sering ikut nenek, entah kenapa perasaan ku sedikit lebih tenang.
Saat ini aku duduk di taman tempat dimana aku mencoba untuk mengakhiri hidupku, bukan karena aku ingin di pertemukan dengan cowok itu, bahkan aku tidak pernah bertemu dengan dia lagi, terakhir bertemu iya waktu di rumah sakit itu.
Aku duduk sambil menikmati es krim yang aku beli sebelum kesini, aku belum memiliki seorang teman, mungkin karena aku terlalu menutup diri dan jarang bergaul sama yang lain, tapi teman-teman ku yang ada di jakarta masih pada ngabarin aku dan bertanya keadaan aku sekarang, akan tetapi belum ada satupun yang aku balas, aku benar-benar ingin sendiri jika aku ingin mengeluh aku akan mencurahkan semuanya kepada nenek, menangis di pelukan nenek.
Tiba-tiba ada yang mengucapkan salam kepadaku.
“Assalamualaikum ??” ucapnya padaku.
Aku langsung menjawab “Walaikum salam”
Aku pun menoleh ke arahnya, ternyata itu adalah zahran orang yang menolongku waktu itu.
Dia tersenyum ke arahku.
“Apa kabar ??” tanya nya dengan ramah
“Baik” jawab ku cuek, entah kenapa aku masih trauma dengan kehadiran laki-laki.
“Syukurlah kalau begitu, ya sudah saya pamit, assalamualaikum” ucapnya lagi.
“Walaikum salam”
*****************
Soreh hari aku pulang kerumah nenek, aku lihat disana ada mobil papa, aku langsung berlari ke dalam rumah aku yakin raja juga ikut.
“Mama” teriak ku setelah sampai di dalam
“Nia sayang, ya Allah mama kangen nak sama kamu” ucap mama sembari memeluk ku dengan erat.
“Apa kabar sayang nya papa ??”
Mendengar papa berbicara aku langsung melepaskan pelukan mama, dan beralih memeluk papaku.
“Nia baik pa, papa gimana kabarnya ??” aku menjawab dan juga bertanya kepada papa.
“Papa baik sayang” ucap papaku dengan mencium keningku secara berulang.
Aku melepaskan pelukan papa, dan mengidarkan mataku mencari raja.
“Ma raja gak ikut ya ??” tanyaku sedih, karena jujur aku sangat merindukan raja.
“Ikut dong sayang, raja lagi di kamar sama nenek, tadi raja tidur ” jawab mama ku dengan tersenyum.
Aku langsung mengembangkan senyum ku, dan berlari masuk kekamar untuk menemui raja.
Sampai di kamar ternyata raja telah bangun, dan lagi di gantikan baju oleh nenek ku sepertinya raja habis mandi, raja yang melihat aku masuk langsung tersenyum.
“Unda ?? aja tangen ” ucapnya padaku.
Aku pun langsung memeluk erat raja
“Bunda juga kangen nak sama kamu, maafkan bunda ya !! bunda udah ninggalin raja.” kataku masih memeluk raja.
“Ada mama dan papa, ayah uda inggalin aja, ayah sama unda pelgi ”
Deggg.
Kata-kata raja menusuk relung hatiku, aku merasa bersalah, harusnya dalam keadaan apapun aku tidak meninggalkan raja, karena dia sangat membutuhkan aku, walaupun ada mama tapi tetap saja aku ibu kandungnya.
Aku menangis, nenek yang melihat aku menangis juga memeluk aku.
“Sudah jangan menangis, kasian raja kamu baru bertemu dengan nya hari ini,” ucap nenek.
Aku langsung menghapus air mataku dan mengambil alih memakaikan baju raja, aku sangat merindukan momen ini dimana aku sering memandikan raja dan menemaninya bermain.
Setelah semua selesai aku mengajak raja pergi ke luar menemui mama dan papaku.
“Mau cucu” ucap raja berbicara has anak kecil.
“Raja mau susu ya ?? ya udah raja sama mama dulu ya nak !! bunda bikin susu dulu ” ucapku dengan lembut.
Kemudian aku menyerahkan raja pada mama.
“Ma nitip raja, aku mau bikin susu dulu” kata ku pada mama.
“Iya sayang, sini sama mama dulu ya” ujar mama menggendong raja.
“Perlengkapan raja masih di mobil nak, ambil dulu ya hehe” ucap papaku.
“Iya pa” jawabku tersenyum.
Aku langsung keluar menuju mobil papa untuk mengambil susu dan juga dot raja, setelah mengambil nya aku hendak masuk kedalam lagi, tapi di luar gerbang ada mobil berhenti, aku memperhatikan mobil itu, seperti pernah melihat fikirku.
Tidak lama keluar seorang wanita paruh baya, mungkin tidak berselisih jauh dari mamaku.
Aku memperhatikan dia, tiba-tiba aku ingat kalau dia adalah umi nya zahran yang waktu itu ada di rumah sakit.
“Assalamualaikum umi” ucapku padanya
Dia tersenyum kepadaku.
“Walaikum salam sayang, bagaimana kabar kamu ??” tanya nya padaku.
“Aku baik umi, ayok masuk umi” ajak ku pada umi.
Aku dan umi masuk kedalam rumah, aku pun lupa menanyakan umi sama siapa kesini.
“Loh sayang kamu sama siapa” mama ku bertanya padaku.
Nenek yang mendengar ucapan mama, langsung melihat ke arah ku.
“Loh salwa, kamu sudah pulang ??” tanya nenek pada umi.
“Iya nek Salwa sudah pulang, tadi habis dari pengajian di kampung sebelah terus pulang nya kewat sini makanya mampir dulu” jawab umi.
Sementara aku langsung pergi ke dapur untuk membuatkan raja susu, tidak lama kemudian aku kembali ke ruang tamu dimana mereka lagi berkumpul.
“Ini ma susu raja” ucapku sembari memberikan botol dot yang telah berisi susu pada mama ku.
“Sayang buat minuman juga dong buat tamu kita !!” kata nenek dengan lembut.
“Baik nek” jawab ku dan langsung kembali ke dapur untuk membuat kan mereka minuman.
Setelah semuanya selesai aku kembali dengan membawa nampan berisi teh hangat, setelah nya aku duduk di dekat mamaku sembari memainkan tangan raja.
“Nia sayang masih ingat dengan nak zahran kan ??” tiba-tiba nenek bertanya padaku.
Aku langsung menoleh ke arah nenek dan ternyata zahran juga ada disini duduk di samping papaku.
“Iya nek, nia ingat kok” jawab ku
“Oh iya nak zahran kenalkan ini mama dan papanya nia, dan itu anak nya nia” kata nenek pada zahran.
Aku melihat ke arahnya aku tau dia kaget karena mendengar kalau aku sudah memiliki anak, karena aku sudah biasa melihat seperti itu, katanya masih mudah udah punya anak, jadinya aku biasa-biasa aja.
“Loh zenia udah nikah ya ??” umi bertanya langsung.
“Udah bu, tapi sekarang sudah cerai” jawab papa
“Astaghfirullah, kenapa??” kata umi masih penasaran.
“Umiiii” zahran langsung memanggil uminya, mungkin dia takut pertanyaan umi dapat menyinggung aku ataupun mama dan papa.
“Maafkan kami salwah untuk saat ini kami belum ingin membahas itu, kami semua takut membuka kenangan buruk nya nia, kamu lihat sendiri kan bagaimana cucuku waktu itu” jelas nenek pada umi.
Umi mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian dia beralih kepadaku dan duduk di sampingku.
“Maafkan umi ya !! jika pertanyaan umi tadi menyinggung perasaan nia” kata umi merasa bersalah.
“Tidak apa-apa umi” jawab ku tersenyum.
Setelah lama berbincang umi dan zahran pamit untuk pulang, karena sebentar lagi akan tiba sholat maghrib.
****
LIKE+KOMEN NYA
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments
Sarofa Agunk
lanjuuut
2022-10-26
0
Imas Priyanati Anggoro
raja mau susu,raja sama mama ya? bunda buat susu, (bahasanya gimana ini thorr)?🙏
2021-05-15
1
Jong Epha Yunitaggf
lanjutt.
2021-04-24
0