Alice sedang mengerjakan pekerjaan rumah di kamarnya.
Tanpa disadarinya, seseorang masuk ke dalam kamarnya dan tiba-tiba memeluknya dari belakang.
Alice tersenyum.
Ia tahu siapa orang yang tengah memeluknya saat ini.
"Kak Kate...
Lagi-lagi Kakak mengejutkanku."
"Benarkah sayangku?"
Kate semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh Alice.
"Adikku ini memang gadis yang sangat pintar.
Tidak seperti Kakaknya."
"Kak Kate.."
ucap Alice dengan nada memperingati.
Ia tidak suka mendengar Kate membandingkan diri mereka berdua.
Kate terkekeh.
Ia kemudian duduk di samping Alice.
"Alice, Kakak ingin memberitahumu sesuatu."
ucap Kate dengan nada bersemangat.
"Aku tahu ini pasti kabar baik.
Cepat beritahu aku Kak."
"Hem, kau memang sangat jago dalam menebak sesuatu."
"Sebenarnya kabar baiknya adalah aku ditawarkan menjadi Model Brand terkenal."
Raut wajah Alice seketika berubah menjadi raut bahagia.
Ia kemudian menutup mulutnya.
"Benarkah itu Kak?
Itu artinya sebentar lagi Kakak akan menjadi Model terkenal."
Kate menganggukkan kepalanya.
"Kakak juga berharap seperti itu Alice.
Semoga ini adalah salah satu langkah untuk menjadi Model terkenal."
Alice tersenyum.
Ia kemudian memegang tangan Kate.
"Aku yakin suatu saat nanti Kakak akan menjadi Model terkenal.
Kakak adalah Model tercantik yang pernah ada."
Kate terkekeh.
"Oh sayangku.
Terima kasih banyak.
Aku juga sangat tidak sabar untuk memberitahu Ayah dan Ibu.
Paman Sergio dan juga Bibi Laura.
Kira-kira bagaimana reaksi mereka saat mendengar kabar ini?"
"Aku yakin mereka pasti akan sangat mendengarnya Kak.
Semua anggota keluarga sangat bangga dengan semua prestasi Kakak."
"Kami juga sangat bangga denganmu Alice."
Kate sadar bahwa Ibunya selama ini tidak pernah menghargai pencapaian akedemik yang dicapai oleh Alice.
Bahkan Ibunya itu sering kali memperlakukan Alice dengan buruk.
Dan beruntung Alice tidak pernah terpengaruh dengan semua itu ataupun bahkan membenci Ibunya.
Alice tersenyum pada Kate.
"Aku tahu itu Kak."
--
Sepulang kerja, semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu.
Setiap minggu mereka akan menyempatkan waktu untuk mengobrol bersama.
Kate dan Alice menghampiri anggota keluarga yang telah menunggu kehadiran mereka berdua.
Ell juga sudah berada di sana.
Kate mengambil tempat duduk di samping Ell.
Alice menghentikan langkahnya.
Ia menatap ke arah Bibinya yang masih saja tidak menyukai kehadirannya.
Kebencian Bibinya tidak pernah berubah setelah lama tinggal bersama.
Masih sama dengan awal kedatangannya ke rumah itu.
"Alice kemarilah sayang."
ucap Mario.
Alice tersenyum dan kemudian duduk di samping Mario.
"Bagaimana dengan keseharian kalian di sekolah?
Ayah dengar kalian melaksanakan kuis akhir-akhir ini."
"Iya Ayah.
Seperti biasa, semuanya berjalan dengan lancar.
Hanya saja aku tidak berhasil menyelesaikan kuis dengan baik di beberapa mata pelajaran.
Maafkan aku Ayah, Ibu, Paman dan Bibi."
"Tidak apa-apa sayang.
Ayah yakin kamu sudah melakukan yang terbaik."
"Kamu bisa mencoba lebih keras lagi Kate."
ucap Laura.
"Ibu tetap bangga padamu Kate.
Ibu yakin kuis selanjutnya kau pasti bisa menyelesaikannya dengan baik."
"Dan berita baiknya, Ell dan Alice kembali mendapatkan nilai tertinggi di sekolah.
Paman mengucapkan selamat untuk kalian berdua.
Terutama untuk Alice, semua guru sangat terpukau dengan prestasi yang kau raih sayang.
Paman sangat bangga padamu."
"Terima kasih Paman."
"Kau tidak perlu memujinya terlalu berlebihan Mario.
Karena biasanya seseorang pada akhirnya akan jatuh setelah menerima pujian yang berlebihan."
ucap Marine dengan nada sinis.
Mario begitu marah sekaligus kecewa dengan kalimat yang dilontarkan Marine.
Hal itu pasti sangat melukai perasaan Alice.
Ia ingin membalas ucapan Marine, namun tidak setelah tangan Alice menghentikannya.
Alice tersenyum dengan tatapan memohon.
Ia tahu Alice tidak mau ia melakukan hal itu.
Sama halnya dengan Mario, Laura dan Sergio hanya bisa menggelengkan kepala.
Mereka sama sekali tidak bisa mencegah sikap buruk Marine.
Berkali-kali mereka memberi saran dan mencoba menasehati Marine.
Namun Marine tetap saja tidak berubah.
Sering kali mereka merasa iba pada Alice.
Sejak kecil Alice selalu diperlakukan buruk oleh Bibinya.
Namun mereka tahu Alice gadis yang sangat kuat.
Terbukti dengan respon yang diberikan Alice setiap kali mendapat perlakuan buruk dari Bibinya.
"Ibu..
Ibu seharusnya tidak berkata seperti itu pada Alice.
Sama dengan perlakuan Ibu padaku, Ibu harus mengapresiasi apa yang dilakukan Alice selama ini."
"Kate, perlakuan Ibu padamu dan perlakuan Ibu padanya tidak akan pernah sama.
Kau Putri Ibu.
Tentu Ibu sangat menyayangimu."
Alice hanya bisa menundukkan kepalanya.
Memang ia sudah kebal dengan perkataan yang dilontarkan Marine.
Hanya saja ia masih saja merasakan sakit, mengingat Marine adalah Bibi kandungnya sendiri.
Ell bisa melihat kesedihan di mata Alice walaupun ia menyembunyikannya dengan senyuman di wajahnya.
Setelah bertahun-tahun lamanya, kebenciannya pada Alice telah berkurang.
Sekarang ia paham bahwa Alice bukanlah sepenuhnya penyebab kekacauan yang selama ini terjadi di keluarganya.
Alice bahkan selalu memberikan respon yang baik setiap kali menerima perlakuan yang buruk dari Bibinya.
Kate mencoba mengalihkan pembicaraan.
Ia bisa melihat ketegangan di sekitarnya.
Setidaknya berita baik darinya pasti bisa mencairkan suasana di tengah-tengah keluarganya.
"Ayah, Ibu, Paman dan juga Bibi..
Aku ingin memberitahukan kabar baik."
"Kabar baik apa itu sayang?"
tanya Marine dengan nada penasaran.
"Apa kau baru mendapat penghargaan sayang?"
tanya Mario mencoba menebak.
"Tidak Ayah."
"Bibi yakin ini pasti benar-benar kabar baik."
"Kalau begitu beritahu kami Kate.
Paman juga sangat penasaran."
ucap Sergio.
Kate terkekeh.
Dan benar saja, kondisi telah kembali seperti semula.
"Kate ditawarkan menjadi Model untuk brand terkenal."
Semua orang tampak terkejut mendengarnya.
Lain halnya dengan Ell dan Alice yang sudah diberitahu terlebih dahulu.
"Sayang, Ibu tidak salah dengar kan?
Kau benar-benar ditawarkan menjadi Model brand terkenal?"
"Iya Bu.
Ibu sama sekali tidak salah dengar."
Marine tersenyum bahagia.
Ia kemudian memeluk tubuh Kate dengan erat.
"Ibu sangat bangga padamu Kate.
Ibu juga begitu bahagia mendengarnya."
Kate tersenyum.
Ia senang melihat Ibunya bahagia.
"Bibi juga sangat bangga padamu Kate."
"Penilaian Paman selama ini tidak pernah salah Kate.
Selamat sayang."
"Terima kasih Paman, Bi."
"Ayah sangat bangga padamu Kate.
Kau bisa membuktikan pada kami semua bahwa kau memang benar-benar mampu mewujudkan impianmu menjadi seorang Model."
"Ini juga berkat doa dan dukungan keluarga.
Kate sangat berterima kasih untuk hal itu.
Dan sebenarnya ada kabar baik lagi."
Semua orang sangat penasaran dengan kabar baik selanjutnya.
Mereka menyangka kabar baik itu berasal dari Kate lagi.
"Alice mendapatkan beasiswa masuk ke perguruan tinggi X Ayah."
Perguruan tinggi X adalah perguruan ternama, yang diimpikan oleh Alice.
"Benarkah?"
ucap Mario dengan nada bangga sekaligus gembira.
Alice begitu terkejut dengan pernyataan Kate.
Bagaimana bisa Kate mengatakan bahwa ia mendapatkan beasiswa di perguruan tinggi impiannya?
Sementara pihak sekolah sama sekali belum memberitahunya.
"Sebenarnya kemarin Kepala Sekolah yang memberitahuku Ayah.
Dan Alice bahkan belum mengetahuinya."
Kate terkekeh.
"Alice, tidak henti-hentinya Paman mengatakan bahwa Paman begitu bangga padamu sayang.
Paman ucapkan selamat atas beasiswa yang kau terima."
"Bibi sangat bangga padamu Alice."
"Sepertinya kita harus merayakan kabar baik ini.
Kate dan Alice sudah berhasil membuat keluarga kita bangga."
ucap Sergio.
Lain halnya dengan yang lain, Marine sama sekali tidak bahagia mendengar kabar keberhasilan Alice.
Sebaliknya ia begitu tidak suka mendengarnya.
"Tidak, Alice tidak bisa berkuliah di sana."
Semua orang terkejut dengan apa yang diucapkan Marine barusan.
"Apa maksud perkataanmu barusan Marine?"
tanya Mario.
"Alice hanya boleh berkuliah di perguruan tinggi yang berada di bawah naungan keluarga kita.
Jika kita membiarkannya berkuliah di sana, kita tidak akan bisa mengawasinya.
Sikap dan Alice pasti akan memberikan dampak buruk pada nama keluarga kita.
Aku tidak mau itu terjadi."
"Alice bukanlah orang seperti yang kau pikirkan Marine.
Alice gadis yang baik.
Ia tidak akan bertingkah buruk di sana."
"Terserah apapun penilaian kalian semua.
Aku sama sekali tidak peduli dengan hal itu.
Yang penting, Alice tidak boleh berkuliah di sana.
Ia hanya boleh berkuliah di tempat kita.
Jika ia tidak mau berkuliah di sana, lebih ia tidak perlu melanjutkan pendidikannya."
ucap Marine dengan suara lantang.
Ia tidak akan membiarkan Alice mendapatkan apa yang ia mau.
Alice begitu kecewa sekaligus terluka dengan apa yang diucapkan oleh Marine.
Itu artinya Marine tidak akan mengizinkannya berkuliah di perguruan tinggi yang ia impikan selama ini.
Padahal selama ini ia berusaha keras agar bisa berkuliah di sana.
"Marine..."
ucap Mario dengan nada meninggi.
"Keputusanku sudah bulat Mario.
Aku tidak akan pernah setuju."
Mario langsung berdiri.
Ia sama sekali tidak terima dengan keputusan Istrinya.
Tidak ingin suasana semakin kacau akibat dirinya, Alice membuka suara.
"Bibi benar Paman.
Lebih baik aku berkuliah di perguruan tinggi pilihan Bibi.
Aku pasti lebih nyaman berkuliah di sana Paman."
ucap Alice dengan senyuman di wajahnya.
"Alice..."
Mario menatap Alice dengan penuh prihatin.
"Kau tidak dengar itu Mario?
Tidak ada gunanya kita bertengkar untuk sesuatu hal yang tidak penting!"
Lagi-lagi Alice harus berkorban walau harus mengorbankan perasaannya juga.
Kondisi menuntutnya untuk selalu menerima apa yang orang lain inginkan terhadapnya.
Ia tidak mau menjadi beban bagi keluarganya.
Sudah cukup kebencian yang dimiliki Bibinya untuknya.
Ia tidak mau menambahnya lagi.
Mario begitu marah.
Ia ingin menguapkan kemarahannya pada Marine, namun tidak bisa karena permohonan Alice padanya.
Mario kemudian melenggang pergi dari ruang tamu.
Ia tidak akan tahan jika berlama-lama di sana.
Begitu juga dengan Sergio.
Ia langsung mengikuti kepergian Mario.
Kini semuanya telah pergi.
Alice berjalan menuju kamarnya dengan raut wajah sedih.
Lagi-lagi masalah di rumah diakibatkan olehnya.
"Alice..."
panggil Kate.
Alice seketika mengubah raut wajanya.
Ia membalikkan badannya dan tersenyum pada Kate.
"Kak Kate.."
Kate langsung memberikan pelukan padanya.
"Aku tahu kau pasti sangat sedih Alice.
Maafkan Ibu ya."
"Aku tidak bersedih Kak.
Aku pikir apa yang dikatakan Bibi itu benar."
"Alice..."
"Tidak apa-apa Kak Kate..."
Kate melepaskan pelukannya.
"Aku akan membujuk Ibu untuk menyetujuinya."
Kate berniat pergi namun Alice menahan tangannya.
"Kakak tidak harus melakukannya.
Aku juga sudah memutuskan untuk menolak beasiswa itu Kak."
Alice tersenyum dan memegang tangan Kate.
Ia berusaha membuat Kate yakin padanya.
"Aku bisa meraih impianku di perguruan tinggi manapun Kak."
"Baiklah kalau kau sudah memutuskan Alice.
Kakak akan selalu mendukung apa yang kau mau."
"Terima kasih Kak.
Kalo begitu Kakak harus kembali ke kamar.
Besok kita tidak boleh datang terlambat ke sekolah."
Kate menaupkan tangannya pada wajah Alice.
"Baiklah sayang."
Kate kemudian pergi meninggalkan Alice.
Alice perlahan masuk ke dalam kamarnya.
Air matanya menetes.
Sungguh ia tidak tahu harus melakukan apa.
Dirinya selalu menjadi beban bagi orang lain.
Bahkan ia tidak bisa meraih apa yang ia inginkan selama ini.
Alice meluruhkan tubuhnya yang bersandar di balik pintu.
"Ibu apa yang harus aku lakukan?
Mengapa semuanya terasa sangat berat untukku?"
ucap Alice dengan nada lirih.
Alice memeluk erat tubuhnya dan meluapkan semua perasaannya.
Seseorang masih berdiri di depan kamar Alice.
Ia bisa mendengar tangisan Alice dari luar.
Sebenarnya sedari tadi ia sudah berada di dekat kamar Alice dan mendengar semua pembicaraannya dengan Kate.
Ia tahu Alice begitu terluka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
seri ahmad
bgus bgt crtanya..........lnjut thor.....
2020-12-02
1