Beberapa saat kemudian, mobil Mario telah sampai di depan rumah.
Mario kemudian membawa Alice keluar dari mobil.
Alice menatap sekelilingnya takut.
Ia melihat banyak orang yang tidak dikenalnya berdiri di hadapannya dengan pakaian hitam.
Alice memeluk erat bonekanya.
Mario menyadari hal itu.
Ia kemudian menggenggam tangan Alice.
"Sayang, ayo masuk.
Semua orang telah menunggu kita di rumah."
Alice kemudian berjalan bersama Mario masuk ke dalam rumah.
Dan benar saja, di ruang tamu orang-orang telah menunggunya.
Ada Marine, Sergio dan Laura.
Ell dan Kate juga ada di sana.
Kate menatap Alice dengan keheranan.
Dan Ell, ia memberikan tatapan tidak suka pada Alice
Di usianya yang baru 5 tahun, ia sudah mengartikan bahwa kehadiran Alice sama sekali tidak diinginkan.
Kemarin ia mendengar perdebatan yang terjadi di keluarga akibat gadis kecil itu.
Alice telah membuat semuanya berubah.
Marine menatap tajam ke arah Alice yang bersembunyi di belakang Suaminya.
"Alice, tidak perlu takut.
Mereka semua adalah keluargamu."
Kate menghampiri Mario.
"Siapa gadis kecil itu Ayah?
Dia begitu menggemaskan."
Alice kemudian memunculkan wajahnya.
"Dia Alice sayang.
Saudaramu."
Kate tersenyum girang.
"Benarkah Ayah?
Hai aku Kate.."
ucap Kate dengan nada gembira.
Alice kemudian tersenyum dan membalas sapaan Kate.
"Aku Alice.."
"Nama yang bagus.."
Kate mengelus kepala Alice dengan lembut.
"Ibu siapa Dia?"
ucap Ell dengan nada tidak suka.
"Dia saudaramu sayang."
"Aku tidak memiliki saudara selain Kate Bu."
"Tapi dia adalah Sepupu Kate Ell.
Itu berarti Alice saudaramu juga."
"Aku tidak mau menganggapnya saudaraku Bu!"
"Ell, tidak boleh seperti itu.
Ibu tidak pernah mengajarkanmu hal yang buruk padamu."
"Alice, perkenalkan ini Paman Sergio."
Sergio tersenyum dan mengelus kepala Alice dengan lembut.
"Halo sayang.
Ini Paman Mario."
"Dan ini Bibi Laura, Istri Paman Sergio."
"Halo Alice.
Kamu sangat menggemaskan sayang."
"Ell.."
ucap Laura memberi tanda pada Ellijah untuk ikut menyapa Alice.
"Aku Ell.."
ucap Ell sambil mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"Ell, tidak boleh seperti itu.
Kau harus menyapa Alice seperti bagaimana kau menyapa Kate."
ucap Mario.
"Ayo sayang.
Lakukan seperti apa yang dikatakan Paman Mario."
Ell kemudian memberikan senyum paksa.
"Senang bertemu denganmu."
Mario tersenyum dan kemudian mengajak Alice menghampiri Marine.
"Dan ini adalah Bibi Marine sayang.
Kakak Ayahmu."
Marine memberikan tatapan tajam pada Alice sehingga membuat Alice semakin takut dan kembali bersembunyi.
"Aku takut Paman."
ucap Alice ketakutan.
"Bagus kalau kau takut padaku.
Sehingga kau tidak bisa bertingkah seenaknya di rumah ini!"
ucap Marine dengan nada tinggi.
"Marine, apa yang kau lakukan?
Dia masih anak-anak."
Mario tidak terima dengan perlakuan Marine yang begitu kasar pada Alice.'
"Aku melakukannya agar ia tidak bertingkah seperti Ibunya yang tidak tahu malu itu!"
"Paman, dimana Ayah dan Ibuku?
Aku ingin bertemu dengan mereka Paman."
"Apa kau bilang?
Kau ingin bertemu dengan Ayah dan Ibumu?
Kau harus tahu bahwa Ayahmu sudah meninggal.
Dan itu akibat ulah Ibumu sendiri.
Untuk Ibumu, dia tega meninggalkanmu dan pergi entah kemana.
Dia benar-benar Ibu yang buruk!"
"Cukup Marine.
Pertama kau menakutinya dan sekarang kau menyakitinya dengan perkataan kasarmu itu."
Alice menggelengkan kepalanya.
Ia kemudian menangis sejadi-jadinya akibat perkataan kasar Marine.
Terutama perkataan Marine yang mengatakan bahwa Ayahnya telah meninggal dunia.
Selama ini ia mengira bahwa Ayahnya masih hidup.
"Sayang..."
Mario berusaha menenangkan Alice yang menangis.
"Jangan menangis Alice.."
"Apa benar, Ayahku sudah meninggal Paman?"
ucap Alice di selah tangisnya.
Mario kemudian perlahan mengangguk.
Ia sangat tidak tega melihat tangisan Alice.
Alice semakin menangis setelah mendengar kebenaran dari Mario.
"Rihanna, cepat bawa Alice ke dalam kamarnya.
Aku tidak mau berlama-lama mendengar tangisannya itu."
Rihanna langsung menghampiri Alice yang masih menangis dan kemudian menggendongnya menuju kamar.
"Marine, kau tidak seharusnya melakukan hal itu pada Alice.
Dia sama sekali belum mengerti Marine."
ucap Laura dengan nada kecewa.
"Aku hanya ingin memberinya pelajaran Laura."
Marine dengan santainya melipat kedua tangannya.
"Tapi di usianya yang masih sangat muda, kau tidak boleh mengajarinya seperti itu."
Sergio juga tidak suka dengan perlakuan kasar Marine pada Alice.
"Aku akan tetap melakukannya sampai ia mengerti."
"Cukup Marine.
Aku tidak menyangka kau akan melakukan semua itu pada seorang anak kecil!"
Mario kemudian pergi meninggalkan mereka semua.
Sementara di kamarnya, Rihanna berusaha menenangkan Alice yang masih menangis.
"Nona Alice..
Saya mohon jangan menangis lagi."
Laura kemudian menghampiri mereka.
"Biar saya saja yang menenangkan Alice Bu."
"Baik Nyonya."
Laura mendekati Alice yang sedang menundukkan kepalanya sambil memeluk erat bonekanya.
Air mata bercucura di wajahnya.
"Alice, sayang...
Apa kau mendengar Bibi, hem?"
Laura mengelus kepala Alice dengan lembut.
Alice kemudian menaikkan wajahnya dan bertatapan dengan Laura.
"Alice tidak boleh menangis sayang.
Karena jika Alice terus menangis, mata Alice akan membengkak dan berubah tampak seperti badut.
Apa Alice ingin hal itu terjadi?"
Alice menggelengkan kepalanya.
"Bagus.
Jadi mulai sekarang, Alice harus berhenti menangis."
Alice perlahan mulai tenang dan akhirnya berhenti menangis.
Laura menghapus air mata Alice.
"Alice benar-benar anak yang sangat pintar."
"Apa Ibuku adalah penyebab Ayahku meninggal Bi?"
"Tidak sayang.
Itu tidak benar.
Ibu Alice adalah wanita yang sangat baik.
Bibi Marine hanya mengungkapkan perasaan sedihnya karena kehilangan Ayahmu.
Seorang Kakak pasti begitu menyayangi Adiknya bukan?"
"Bibi benar."
"Jadi Alice tidak perlu bersedih sayang.
Bibi Marine sangat menyayangi Ayah dan juga dirimu."
Alice kemudian memeluk Laura dengan erat dan menyandarkan kepalanya di bahu Laura.
Laura tersenyum lega.
Ia kemudian menggendong Alice dan menidurkannya.
--
"Mario aku ingin berbicara padamu."
ucap Marine.
Mario yang sedang memeriksa berkas dan dokumen kantor menatap Marine dengan malas.
"Kau menjauhiku karena anak itu?"
"Aku hanya ingin kau berubah Marine."
"Aku sama sekali tidak perlu berubah Mario.
Kenapa kau lebih memilih anak itu dari pada Istrimu sendiri?"
"Aku tidak memilih siapapun Marine.
Aku tidak suka dengan sikap kasarmu pada Alice.
Bagaimanapun dia adalah Keponakanmu sendiri."
"Tidak sebelum aku mengetahui kebenarannya!
Aku sudah memanggil Dokter ke sini untuk melakukan test DNA pada anak itu."
"Apa?
Kau masih tidak yakin setelah melihat wajah Alice yang begitu mirip dengan Raphael?"
"Tentu saja tidak.
Keluarlah, kita akan melihat hasilnya nanti."
Marine kemudian keluar dari kamar dan Mario juga ikut menyusul dari belakang.
"Dimana anak itu?"
tanya Marine pada Rihanna.
"Nona Alice sedang tidur di kamarnya Nyonya."
"Bangunkan dia dan segera bawa kemari!"
Marine memberikan perintah.
"Baik Nyonya."
"Marine, apa tidak sebaiknya kita menunggu Alice sampai bangun?
Dia baru saja tidur."
"Aku tidak mau menunggu lagi Laura."
Beberapa saat kemudian, Rihanna datang dengan menggendong Alice yang masih tidur.
"Bukankah aku sudah menyuruhmu membangunkannya?"
Laura kemudian berinisiatif membangunkan Alice.
"Alice, sayang.."
Alice akhirnya membuka matanya dan bangun dari tidurnya.
Rihanna kemudian menurunkan Alice.
"Cepat Dokter.
Sekarang anda bisa melakukan pemeriksaan padanya."
"Baik Bu."
Dokter kemudian membawa jarum suntik dan mencoba mengambil darah Alice.
Seketika Alice langsung menjerit ketakutan.
"Tidak aku tidak mau.
Aku sangat takut disuntik."
Alice berlindung pada Laura.
"Sayang tenanglah.
Kamu tidak perlu takut.
Ada Bibi di sampingmu."
"Tidak Bibi.
Aku sangat takut."
Mata Alice mulai berkaca-kaca.
"Tidak ada yang akan terjadi sayang.
Bibi akan memegang tanganmu, hem?"
Dokter itu kemudian menancapkan jarum suntik itu pada tangan Alice.
Alice menjeritan kesakitan dan kemudian menangis.
"Sudah selesai.
Kami akan menguji darah Nona Alice Bu terlebih dahulu Bu.
Untuk hasilnya, kami akan segera beritahu secepatnya."
"Baik, terima kasih Dokter."
"Sama-sama Bu."
Kate menghampiri Marine.
"Ibu, apa besok Kate akan disuntik juga?
Kate tidak mau disuntik Bu.
Kate sangat takut."
"Tidak sayang.
Kamu tidak akan disuntik."
"Jadi mengapa Alice disuntik Bu?"
"Untuk menghilangkan darah kotor darinya."
Semua orang menatap Marine dengan tatapan kecewa.
Perlahan semua orang mulai pergi satu per satu.
Laura kemudian membawa Alice kembali ke kamarnya.
Ia tidak mau Alice mendengar ucapan kasar dari Marine lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments