Mario dan Marine telah sampai di depan rumah.
Tiba-tiba Sergio berlari menghampiri mereka.
"Ada apa Sergio?
Kenapa kau berlari seperti itu?"
tanya Mario.
"Paman..
Mario, Paman.."
"Apa yang terjadi dengan Ayah?"
ucap Marine dengan nada khawatir.
"Paman sudah mengetahui semuanya Marine.
Saat ini Paman begitu syok dan masih berada di kamarnya."
"Apa?
Bagaimana itu bisa terjadi?
Bukankah kalian menjaganya sepanjang waktu?"
"Paman tiba-tiba bangun, dan membaca semua pesan dukacita yang dikirim ke handphonenya."
Marine kemudian masuk ke dalam rumah.
Ia berjalan menuju kamar Leonardo.
"Ayah.."
ucap Marine saat melihat Leonardo sedang berbaring di tempat tidur.
Marine memegang tangan Leonardo dan menatap kedua mata tertutup itu.
"Ayah.."
Kedua mata Leonardo perlahan terbuka.
"Ayah...
Ayah sudah sadar?"
"Marine dimana Raphael?
Ayah ingin bertemu dengannya sekarang."
Leonardo berusaha beranjak dari tempat tidur.
"Ayah, aku mohon beristirahatlah dulu.
Kondisi Ayah masih belum pulih."
"Ayah ingin bertemu dengan Raphael Marine."
Marine menatap Leonardo dengan tatapan kesedihan.
Perlahan air matanya mulai menetes.
Namun ia langsung menghapusnya.
Ia harus terlihat kuat di depan Ayahnya.
"Ayah.."
"Apa yang dikatakan mereka semua benar?
Raphael telah meninggalkan Ayah?
Jawab Ayah Marine.
Katakan bahwa itu tidak benar.
Raphael sedang berada di kamarnya kan?"
"Ayah akan menemui Raphael di kamarnya."
Marine hanya diam mematung.
Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.
"Ayah.."
Mario dan Sergio masuk ke dalam kamar Leonardo.
"Mario, tolong antarkan Ayah ke kamar Raphael.
Ayah ingin berbicara dengannya."
"Ayah, Raphael..."
"Sergio kau saja yang mengantar Paman."
Mario dan Sergio tidak berkutik sama sekali.
"Kalian juga tidak mau mengantarku ke kamar Raphael?
Baiklah, aku sendiri yang akan pergi."
"Ayah.."
Marine memegang tangan Leonardo dan melarangnya keluar.
"Ayah, Raphael memang sudah meninggal."
Leonardo menatap Marine dengan tatapan kecewa.
"Apa?
Tidak mungkin."
Leonardo mulai menangis.
"Apa yang kalian lakukan sehingga Raphael meninggalkan kita, hah?
Apa kalian menyiksanya?"
"Tidak Ayah.
Malam itu Raphael melarikan diri dari rumah secara diam-diam.
Saat pengawal ingin mengejarnya, Raphael kecelakaan dan akhirnya meninggal."
"Kalian bodoh!
Bagaimana bisa kalian membiarkan Raphael meninggal begitu saja?"
rutuk Leonardo.
"Ayah, tolong tenangkan diri Ayah.
Ayah masih sakit."
"Ah.."
Leonardo memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Ayah..
Ayah kenapa?"
ucap Marine dengan khawatir.
Mario dan Sergio juga ikut memegangi Leonardo yang hampir saja terhuyung ke belakang.
Mereka kemudian membawa Leonardo kembali ke tempat tidur dan langsung memanggil Dokter keluarga.
"Kondisi Tuan Leonardo semakin parah Nona.
Apa tidak sebaiknya kita membawa Tuan Leonardo ke rumah sakit saja?
Saya takut kondisi Beliau semakin parah lagi."
"Aku takut kondisi Rumah sakit semakin memperparah kesehatan Ayah.
Berita juga semakin menyebar kemana-mana."
"Bagaimana jika kita membawa Ayah ke luar negeri saja?
Aku yakin tidak akan ada yang mengenali kita di sana.
Penjagaan bisa diperketat agar media tidak mengikuti kita."
"Kau benar Mario.
Menurutku itu jalan yang terbaik."
"Bagaimana sayang?"
"Hem, aku juga setuju.
Kita akan membawa Ayah besok pagi.
Malam ini Ayah akan beristirahat di rumah."
"Terima kasih Dokter."
"Sudah tugas saya Nona.
Saya permisi."
Mereka kemudian kembali ke kamar Leonardo.
Leonardo sudah dipasangi oksigen.
"Aku akan menjaga Ayah di sini.
Sergio kau bisa kembali.
Laura pasti menunggumu di rumah."
"Baik Mario.
Segera beritahu aku jika kalian membutuhkan bantuan.
Aku akan selalu siap."
"Terima kasih banyak Mario."
"Tidak perlu berterima kasih padaku Marine.
Kita semua adalah keluarga.
Paman Leonardo juga sudah seperti Ayah kandungku."
"Hem.."
"Aku kembali."
Sergio kemudian keluar dari kamar Leonardo.
"Sayang, kau juga harus istirahat di kamarmu.
Aku yang akan menjaga Ayah di sini."
"Tidak Mario.
Aku juga ingin tetap berada di sini.
Aku takut terjadi apa-apa padanya."
Mario mengangguk.
Ia tahu Istrinya masih trauma dengan kejadian yang menimpa Raphael.
"Baiklah.
Aku akan menyuruh pembantu menyiapkan tempat tidur untuk kita."
"Baik sayang."
Marine menatap ke arah Leonardo.
Ia kembali menangis membayangkan terjadi sesuatu yang buruk.
Ia takut itu terjadi.
Sangat takut.
Setelah kepergian Raphael, ia tidak ingin kehilangan anggota keluarganya lagi.
"Ayah aku mohon bertahanlah.
Aku tidak ingin Ayah meninggalkan aku."
Beberapa saat kemudian Mario masuk ke dalam kamar Leonardo dan tempat tidur sudah disediakan untuk mereka berdua.
"Tidurlah sayang."
Mario menaikkan selimut pada tubuh Marine dan kemudian mengecup keningnya.
"Aku tidak akan bisa tidur Mario."
"Kau harus istirahat sayang.
Besok kita juga akan membawa Ayah pergi ke luar negeri.
Kau tidak boleh sakit.
Tenang saja.
Aku akan menjaga Ayah."
"Kau tidak percaya denganku?"
"Bukan begitu sayang.
Aku sangat percaya padamu."
"Kalau begitu tidurlah."
"Baiklah."
Mario mengelus kepala Marine dengan lembut.
Dan kedua mata Marine perlahan tertutup.
Mario duduk di samping ranjang Leonardo sambil membawa buku di tangannya.
Sepertinya malam ini ia tidak akan bisa tidur.
Ia juga khawatir dengan kondisi Leonardo.
3 jam kemudian, mata Mario perlahan tertutup.
Dirinya sudah sangat mengantuk dan akhirnya tertidur di samping ranjang Leonardo.
Beberapa saat kemudian, suara Leonardo terdengar memanggil-manggil nama Raphael.
Marine dan Mario langsung terbangun dan mendekati Leonardo yang sudah membuka mata.
"Ayah..."
"Marine, dimana Raphael?
Ayah sangat merindukannya."
"Raphael sudah meninggal Ayah."
"Ayah tidak akan bisa hidup tanpanya."
"Ayah tolong jangan bicara seperti itu."
Tiba-tiba Leonardo mengalami sesak napas.
"Ayah...
Sayang tolong panggilkan Dokter."
"Sebentar sayang."
"Ayah aku mohon bertahanlah."
Marine mulai menangis melihat kondisi Leonardo yang terlihat kesusahan bernapas.
"Marine, Ayah harus bertemu dengan Raphael.
Sepertinya Ayah tidak punya banyak waktu lagi sayang.
Maafkan Ayah."
ucap Leonardo dengan napas tersenggal-senggal.
"Ayah, aku mohon jangan tinggalkan aku.
Aku tidak akan bisa hidup tanpa Ayah."
Leonardo hanya diam saja.
"Ayah, jawab aku.."
Marine memegang erat tangan Leonardo, berusaha menguatkannya.
"Ayah aku mohon.."
Napas Leonardo perlahan terputus dan tangannya terlepas dari tangan Marine.
"Tidak, aku mohon jangan seperti ini!
Ayah, bangun.."
ucap Marine dengan nada bergetar.
Beberapa saat kemudian, Dokter datang dan langsung melakukan pertolongan pada Leonardo.
Marine hanya bisa mematung di tempatnya.
Dokter tersebut menghela napas sebagai tanda telah terjadi sesuatu yang buruk.
Marine langsung menghampiri Dokter itu.
"Katakan padaku, bahwa Ayahku baik-baik saja kan Dok?"
Dokter hanya diam, tidak menanggapi pertanyaan Marine.
Karena ia tahu Marine akan begitu terluka. mendengar kebenarannya.
"Jawab aku Dokter!"
"Tuan Leonardo sudah meninggal dunia Nona.
Maafkan saya.
Saya sudah melakukan yang terbaik untuk Beliau.
Namun Tuhan berkehendak lain."
"Tidak, kau bohong.
Katakan padaku bahwa itu tidak benar!"
ucap Marine dengan histeris.
"Sayang.."
Mario mencoba menenangkan Marine yang mengamuk pada Dokter.
Tubuh Marine perlahan terluruh ke lantai.
Ia menangis histeris.
"Kenapa kalian meninggalkanku begitu saja?
Mengapa?"
Mario ikut menangis di samping Istrinya.
Ia begitu mengerti bagaimana perasaan Istrinya saat ini.
Pasti sangat terluka saat ditinggal oleh orang-orang yang kita sayangi.
Apalagi selang beberapa hari setelah Raphael meninggalkan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Asri Devi
Lanjut thor!
Salam dari Rasa Yang Tertinggal 🙏🏻
2021-04-21
0