"Alice, aku akan mengantarmu pulang."
Alice tersenyum mendengar tawaran Rayn yang ingin mengantarnya pulang.
"Tidak perlu Rayn, aku bisa pulang menggunakan Bus."
"Makanya aku ingin mengantarmu pulang."
"Tapi setelah ini aku ada urusan penting Rayn.
Pulanglah.
Terima kasih ya."
Rayn menarik napas panjang.
"Baiklah kalau begitu.
Aku pulang.
Beritahu aku jika terjadi sesuatu."
"Hem.."
Alice menatap Rayn yang menaiki motornya.
Sebelum pergi Rayn membunyikan klakson motornya.
Alice kemudian keluar dari gerbang sekolah.
Ya, hari ini sepulang sekolah ia memang berencana pergi ke panti asuhan, tempat dimana ia sempat dibesarkan dulu.
Alice begitu merindukan Ibu Sonya.
Mereka tidak bertemu selama 12 tahun lamanya.
Dulu ia masih belum berani untuk pergi ke tempat itu.
Ia takut Marine akan marah marah padanya.
Bisa dibayangkan jika dia ketahuan diam-diam pergi ke sana.
Bibinya itu pasti akan menyalahkannya.
Dan sekarang, ia berharap Ibu Sonya baik-baik saja.
Ia begitu menyayangi Ibu Sonya dan menganggapnya Ibu Kandungnya sendiri.
Seperti biasanya, Alice menunggu kedatangan bus di halte.
Beberapa saat kemudian, bus datang dan membawanya menuju tempat tujuan.
Alice memandang lekat tempat dimana ia dibesarkan dan tumbuh dengan penuh kasih sayang.
Alice meneteskan air matanya.
Seketika memorinya saat kecil dulu terngiang-ngiang di pikirannya.
Ia kemudian perlahan melangkahkan kakinya masuk dan melewati gerbang.
Alice melihat ke arah taman dimana ia dulu sering bermain bersama teman-temannya.
Alice tersenyum.
Di sana ia akan bercanda ria bersama mereka.
Dia juga begitu merindukan teman-temannya.
Namun mungkin mereka sudah dibawa dan diasuh oleh orang tua angkat mereka.
Alice melangkahkan kakinya lagi.
Hingga matanya menangkap seorang wanita yang sedang bermain dengan anak-anak panti.
Alice kembali meneteskan air matanya.
Ibu Sonya berdiri tidak jauh darinya.
Sosok itu terlihat baik-baik saja.
Syukurlah, pikir Alice.
Selama tinggal di rumah Keluarga Dakota, Alice selalu berdoa agar Ibu Sonya selalu dalam keadaan sehat sampai mereka bisa bertemu kembali.
Ibu Sonya mengalihkan pandangannya ke arah tempat dimana Alice berdiri.
Ibu Sonya mengerutkan keningnya.
Sepertinya ia mengenali gadis yang sedang berdiri di dekat pohon itu.
Gadis itu menatapnya dengan tatapan senduh.
"Alice..."
ucap Ibu Sonya.
Ibu Sonya berpikir kembali.
Dan gadis itu benar-benar Alice.
Ia sangat meyakininya.
Ibu Sonya langsung melangkahkan kakinya ke arah Alice.
"Alice, kau kah itu Nak?"
Mata Alice berkaca-kaca.
Ia kemudian mendekat pada Ibu Sonya yang berjalan ke arahnya.
Jarak mereka semakin dekat.
Alice langsung memeluk tubuh Ibu sonya dengan sangat erat.
"Alice..
Apa ini Alice Brielle, anak kecil yang begitu Ibu sayangi dulu?"
Alice mengangguk dan menumpahkan kerinduannya.
Ibu Sonya melerai pelukannya dan mengelus wajah Alice.
"Alice...
Kau sudah tumbuh dewasa sayang.
Sekarang kau menjadi gadis yang sangat cantik."
Alice tersenyum dan kemudian kembali memeluk tubuh Ibu Sonya.
"Aku begitu merindukan Ibu."
"Ibu juga begitu merindukanmu Alice.
Setiap hari Ibu ingin menemuimu.
Tapi Ibu tidak bisa.
Maafkan Ibu ya."
Alice menangis di dalam pelukan Ibu Sonya.
Kerinduan pada Ibu Sonya sekaligus mengingat hari-hari yang lalui selama ini membuat Alice tidak bisa menahan kesedihannya.
--
Saat ini Ibu Sonya dan Alice sedang duduk di bangku taman.
Alice memegang erat tangan Ibu Sonya.
"Apa mereka memperlakukanmu dengan baik sayang?"
Alice perlahan mengangguk.
"Paman dan Bibi begitu menyayangiku Bu."
Alice tidak akan mungkin memberitahu Ibu Sonya yang sebenarnya.
Ia tidak mau membuat Ibu Sonya khawatir dan bahkan merasa bersalah karena telah membiarkannya tinggal bersama Keluarga Dakota.
"Syukurlah."
Ibu Sonya menaupkan tangannya pada pipi Alice.
"Sudah Ibu duga kau akan tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik.
Dan ini..."
"Kacamata?"
"Apa kau jarang makan sayur Alice?
Mengapa matamu menjadi rabun seperti ini sayang?"
Alice tersenyum.
"Maafkan Alice Bu.
Alice sering membaca buku dan menonton tv dengan jarak yang sangat dekat.
Jadi berakhir seperti ini Bu."
"Tidak apa-apa sayang.
Alice masih terlihat sangat cantik walau memakai kaca mata."
Alice tersenyum.
"Oh ya, bagaimana sekolahmu Alice?
Apa membuatmu kesulitan sayang?"
"Awalnya Alice mengalami kesulitan Bu.
Namun semakin lama Alice bisa mengitu pelajaran di sekolah.
Dan berita baiknya, Alice selalu mendapat peringkat satu di kelas Bu."
Raut wajah Ibu Sonya semakin berseri.
"Benarkah sayang?
Ibu sangat bangga padamu.
Ibu berharap kelak kau bisa meraih impian dan cita-cita yang kau harapkan selama ini sayang."
"Amin Bu.
Alice juga berharap seperti itu Bi.
Alice akan berusaha melakukan yang terbaik."
"Ibumu juga pasti akan sangat bangga padamu Alice.
Bersabarlah sayang, waktu itu akan tiba."
"Alice akan sabar menunggu Ibuku datang Bu.
Alice janji, Alice akan membuat Ibu Sonya dan Ibuku bangga."
"Kamu memang gadis yang sangat baik sayang.
Bibi yakin kamu bisa meraihnya."
"Oh ya, Alice ingin memberikan sesuatu pada Ibu."
Alice mengambil kertas gambar dari tasnya.
Ia memberikannya pada Ibu Sonya.
Kertas itu berisi lukisan wajah Ibu Sonya yang digambar oleh Alice.
Ibu Sonya memandang takjub gambar itu.
Gambar itu begitu mirip dengan dirinya.
"Kau yang menggambar ini sayang?"
"Iya Bu."
"Oh ya, Ibu lupa bahwa kau memiliki bakat menggambar sejak kecil."
"Alice juga berencana akan mengambil jurusan seni di perguruan tinggi impian Alice Bu."
Ibu Sonya menyentuh tangan Alice.
"Ibu yakin kamu bisa berkuliah di sana sayang.
Ibu selalu berdoa yang terbaik untukmu."
"Terima kasih banyak Bu.
Terima kasih karena telah menyayangi Alice selama ini.
Kasih sayang Ibu membuat Alice tidak pernah merasakan kesepian."
Mata Alice kembali berkaca-kaca.
Ia kembali teringat dengan apa yang dialaminya selama ini.
Kadang ia ingin menyerah.
Namun ia akan memikirkan orang-orang yang menyayanginya.
Semangatnya pun tumbuh kembali, dan mereka menjadi alasan untuknya bertahan.
"Ibu akan selalu menyayangimu Alice.
Alice adalah anak Ibu yang sangat baik.
Kebahagiaan akan segera menghampirimu sayang."
Alice tersenyum dan kembali memeluk Ibu Sonya.
Air matanya jatuh.
Sungguh ia begitu bersyukur masih memiliki Ibu Sonya di dalam hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments