Bel pulang berbunyi, pertanda sekolah sudah berakhir.
Alice memasukkan semua alat-alat tulisnya ke dalam tas.
Ia melihat ke sekelilingnya.
Semua murid sudah keluar dari ruangan.
Alice memakai tasnya dan kemudian keluar dari ruangan.
Sama halnya dengan Alice, Ell dan Kate juga keluar dari ruangannya.
Tiba-tiba supir mereka, Pak Ransen datang menghampiri mereka berdua.
"Nyonya menyuruh saya menjemput Tuan dan Nona.
Mari ikut saya masuk ke dalam mobil."
"Sebentar Pak.
Kita harus menunggu Alice agar kita bisa pulang bersama.
Sebentar lagi ia pasti akan datang."
"Maaf Nona.
Nyonya menyuruh saya menjemput Nona dan Tuan Ethan saja.
Nona Alice akan dijemput belakangan."
"Kenapa bisa seperti itu?
Kami dan Alice bisa pulang bersama.
Tidak perlu menunggu orang lain menjemput Alice.
Hari ini juga hari pertama Alice bersekolah.
Dia pasti merasa takut karena sendirian di sini."
"Kate, Pak Ransen hanya menerima perintah dari Bibi.
Lebih baik kita pulang.
Alice juga akan dijemput nanti.
Kau tidak perlu mengkhawatirkannya."
"Ell.."
"Ayolah.."
Ell menarik tangan Kate keluar dari gerbang sekolah.
Pak Ransen kemudian menyusul dari belakang.
Sementara Alice kebingungan melihat tidak ada seorangpun yang tersisa di sekolah.
Sejujurnya ia sangat takut.
Tiba-tiba seseorang menghampirinya dari belakang.
"Alice.."
Ibu Hanni, Wali Kelasnya memanggil Alice.
"Alice, mengapa kau belum pulang sayang?
Ibu tadi melihat Kate dan Ell sudah dijemput.
Dan kau mengapa masih di sini?"
Alice juga tidak tahu harus mengatakan apa.
Ia sedih mendengar hal itu.
Sebelumnya ia berpikir bahwa mereka bertiga akan pulang bersama.
Alice kemudian tersenyum.
"Kak Kate dan Kak Ell harus pergi untuk kursus Bu.
Jadi kami pulang terpisah.
Sebentar lagi aku juga akan dijemput Bu."
Alice mencoba berpikir positif.
"Oh, begitu.
Kau tidak apa-apa kan menunggu di sini?"
"Tidak apa-apa Bu."
"Baiklah, Ibu kembali ke ruangan dulu."
Ibu Hanni tersenyum pada Hanni dan kemudian pergi meninggalkannya.
Alice duduk dekat taman sekolah dan kemudian mengambil buku gambar dari tasnya.
Sembari menunggu dijemput, ia akan menggambar sesuatu.
Sudah 2 jam Alice menunggu di sana, namun belum ada seseorang yang datang untuk menjemputnya.
Alice kemudian berjalan mengelilingi sekolah.
Alice mengerlingkan kedua matanya.
Gedung sekolahnya memang sangat besar.
Gedung itu memiliki gedung sekolah dari tingkat TK, SD, SMP hingga SMA yang berdampingan.
Tiba-tiba gerimis datang dari atas.
Alice berlari mencari tempat untuk berlindung dan berhenti di depan aula sekolah.
Gerimis perlahan berubah menjadi hujan lebat.
Alice memeluk erat tubuhnya yang kedinginan.
Ia mengubah posisinya menjadi duduk di sudut dinding gedung aula sekolah.
Alice melihat ke arah tetesan hujan.
Bau hujan membuatnya mengantuk.
Hingga akhirnya tertidur di sana.
Beberapa jam kemudian...
Seseorang membangunkan Alice.
Alice membuka matanya dan terkejut melihat Rihanna yang berada di hadapannya.
"Nona Alice.."
"Ibu Rihanna.."
"Maafkan saya Nona.
Saya membuat Nona menunggu lama di sini."
Alice tersenyum dan kemudian melihat sekitarnya.
Ternyata hujan sudah berhenti.
"Tidak apa-apa Bu.
Aku juga ketiduran Bu."
"Ayo Nona, kita pulang."
Alice kemudian berdiri dan menggengam tangan Ibu Rihanna.
Ibu Rihanna kemudian menghentikan angkutan umum yang lewat dari depan sekolah.
Setelah angkutan itu berhenti, Ibu Rihanna membawa Alice masuk ke sana.
"Maafkan saya Nona.
Kita harus menggunakan angkutan umum pulang ke rumah."
"Tidak apa-apa Bu.
Aku juga sering pergi menggunakan angkutan umum bersama Ibu Sonya saat di panti asuhan dulu.
Alice senang naik angkutan umum."
ucap Alice dengan nada riang.
Sejujurnya Ibu Rihanna begitu kasihan dengan Alice.
Bibinya tidak menyayangi Alice sebagaimana mestinya.
Bahkan tadi Marine melarangnya untuk tidak perlu terburu-buru menjemput Alice dari sekolah.
Akibatnya Alice harus menunggu berjam-jam.
Dan Marine juga memerintahkannya untuk menggunakan angkutan umum.
Sebelumnya ia juga mendengar pembicaraan Marine dengan Pak Ransen yang memerintahkan untuk tidak membawa Alice pulang bersama Ell dan Kate.
Benar-benar keterlaluan!
Kasihan Alice yang masih anak-anak namun diperlakukan seperti itu.
Padahal Alice adalah keponakan Marine.
Tapi ia tega memperlakukan Alice seperti itu.
Walaupun begitu, ia begitu bangga dengan kepribadian yang dimiliki Alice.
Anak-anak lain mungkin tidak akan tahan diperlakukan seperti Alice.
Namun Alice masih bisa tersenyum menerima semua perlakuan buruk dari Bibinya.
Beberapa saat kemudian, mereka telah sampai di depan rumah.
Ibu Rihanna membuka gerbang rumah dan membawa Alice masuk.
"Alice, sayang..."
Mario langsung menghampiri Alice yang baru saja pulang.
Sementara tidak jauh dari sana, Marine menatap Alice dengan tatapan sinis.
"Kau pasti lama menunggu di sana.
Maafkan Paman ya."
Alice tersenyum.
"Tidak apa-apa Paman."
"Kau tidak perlu berlebihan seperti itu Mario.
Yang penting sekarang dia sudah kembali."
Mario berusaha menahan amarahnya.
Ia sudah mengetahui bahwa Marine sengaja melakukan semua itu.
Bahkan Istrinya itu melarang Supir untuk membawa Alice ikut pulang bersama Ell dan Kate.
"Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu,hah?
Bukankah kau sudah mengetahui hasilnya bahwa Alice adalah Keponakanmu?
Mengapa kau memperlakukan Keponakanmu sendiri seperti itu?"
"Mario, tenangkan dirimu."
ucap Sergio.
"Kemarilah anak-anak."
Laura membawa Ell, Kate dan Alice masuk ke dalam kamar.
"Selama anak itu mempunyai darah Seraphine, maka ia pantas diperlakukan seperti itu!
Sampai kapanpun ia tidak akan pernah layak menjadi bagian dari keluarga kita."
ucap Marine dengan nada tegas.
"Aku tidak tahu terbuat dari apa hatimu Marine.
Aku sangat kecewa padamu."
Mario kemudian pergi meninggalkan Marine dan Sergio.
Ia sangat kecewa dengan Istrinya itu.
Sementara Marine menatap kepergian Suaminya dengan kesal.
Semua ini karena Alice.
Alice telah membuat keluarganya menjadi kacau.
Di dalam kamar, Laura berusaha menenangkan Kate yang sedari tadi menangis karena melihat pertengkaran kedua orang tuanya.
Ia cukup terkejut karena ini pertama kalinya ia melihat kedua orang tuanya bertengkar.
"Bibi, apa kedua orang tuaku nanti akan berbaikan?"
"Tentu saja sayang.
Ayah dan Ibu sama sekali tidak bertengkar.
Mereka hanya memiliki pendapat yang berbeda sayang.
Sebentar lagi, Ayah dan Ibu pasti akan kembali seperti semula."
Alice merasa bersalah melihat Kate menangis seperti itu.
Dan itu semua karena dirinya.
Ia menyadari bahwa pertengkaran Paman dan Bibinya diakibatkan oleh dirinya.
"Itu semua karena ulahmu."
ucap Ell yang berada di belakang Alice.
Alice kemudian membalikkan tubuhnya dan berhadapan dengan Ell yang menatapnya dengan tatapan tajam.
"Kau membuat Paman dan Bibi bertengkar.
Kau juga yang menyebabkan Kate bersedih seperti itu.
Apa kau sudah puas membuat penderitaan untuk orang lain?"
"Kak, aku tidak pernah bermaksud seperti itu.
Aku..."
"Seharusnya kau sadar bahwa kehadiranmu itu membawa dampak buruk bagi keluarga ini."
Air mata Alice perlahan keluar dan Alice kemudian menundukkan wajahnya.
Ia juga sama sekali tidak pernah menginginkan hal itu terjadi.
Ia tidak ingin kehadirannya membawa dampak buruk untuk orang lain.
"Pergilah jika kau memang benar-benar tidak pernah berniat menghancurkan keluargaku."
Alice menaikkan wajahnya dan menatap mata Ell.
Ell kemudian melewatinya dan menghampiri Laura yang sedang menenangkan Kate.
Jika memang kehadirannya memberi dampak buruk untuk keluarga ini, maka Alice akan membujuk Mario untuk membawanya kembali ke panti asuhan.
Jujur, ia juga sangat ingin kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments