Sejak kembali ke ruangannya, Andre terus dihinggapi rasa gelisah, untunglah dia masih bisa fokus saat meeting.
waktu cepat berlalu, dia belum melakukan apapun untuk membuat Ana menerima perjodohan ini. Beberapa kali dia terlihat mengambil ponselnya lalu menyimpannya lagi.
"ayo Ndre! ayo!, waktumu tinggal 20 hari lagi,,,"
Andre memejamkan matanya dan meremas ponselnya.
tok,,,tok,,,tok,,,
Suara pintu diketuk berhasil membuat Andre melonjak kaget.
"kenapa, mas? kok sampe kaget gitu?"
Weni berjalan menghampirinya untuk memberikan dokumen yang harus ditandatangani Andre untuk kelancaran promosi produk baru mereka.
Sesampainya di meja Andre, Weni merangkulkan tangannya di pundak Andre, membuat bagian tubuh Weni menempel pada punggungnya.
"kenapa mas, ada masalah apa? kamu bilang sama aku, mungkin aku bisa bantu." Weni setengah membungkuk mensejajarkan kepalanya dengan kepala Andre yang masih dengan posisi duduknya.
"aku gak apa-apa, Wen," jawab Andre datar sambil melepaskan rangkulan tangan Weni karena dirasanya tidak nyaman. Entah kenapa akhir-akhir ini adiknya itu bertingkah tak seperti biasanya, dia seperti,,, bertingkah seperti perempuan yang sedang menggodanya. Kadang Andre seperti merasa Weni terlalu posesif padanya. Memang dia akui sejak setahun Weni di rumahnya, dia cukup memberi warna di kehidupannya, terlebih memang Weni baru di Jakarta, jadi sering meminta Andre menemaninya jalan-jalan di hari libur. Andre tak merasa keberatan karena Weni belum punya banyak teman, dia jadi sering memanjakannya karena memang Weni adik satu-satunya jadi dia yang harus memberi perhatian lebih pada adiknya itu.
Tapi yang membuat Andre merasa aneh, beberapa kali Weni tiba-tiba ada di dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu, apalagi saat dia sedang berada di kamar mandi, dan saat keluar dari kamar mandi tiba-tiba Weni sudah ada di kamarnya, dengan alasan ingin membantu menyiapkan pakaian kerja Andre. Jelas itu membuatnya tidak nyaman, dia merasa Weni mengganggu privasinya.
"aku akan menandatanganinya setelah membacanya, kembalilah dulu."
"kamu ngusir aku, mas?"
"bukan begitu, aku ada pertemuan setelah ini."
"oh," Weni beranjak keluar ruangan Andre dengan wajah cemberut. Oh ya, Weni memang diberi kewenangan untuk bisa keluar masuk ruangan Andre, sebenarnya berkas itu harusnya diberikan pada Sakti, tapi Andre sengaja memberikan kelebihan itu pada Weni agar dia merasa tak dibatasi walaupun ada di kantor.
Akhirnya Andre bisa menghela nafas lega.
"Ana! ah, Ana!" Andre kemudian mengingat apa yang sejak tadi dia pikirkan. Apa yang harus dia lakukan sekarang, semua yang dia cari di google tadi malam seperti tak ada yang masuk akal baginya. Andre mulai berjalan mondar-mandir dalam ruangannya.
"apa aku harus meminta bantuan pada Sakti, ah tidak! dia pasti akan menertawakanku setelah kemarin aku berkata sombong padanya." Andre mengetuk-ngetuk kepalanya dengan kepalan tangannya, tanpa dia sadari sejak tadi Sakti yang dia sebut sudah ada disana memperhatikan tingkah sahabatnya dengan melipat tangan di dadanya.
"wah,,, wah,,, wah,,, mari kita lihat apa yang membuat bos kita ini galau setengah mati?! wkwkwkwk,,,"
Lagi-lagi Andre harus terlonjak kaget dia mengelus dadanya dan mengatur nafas karena kejahilan sahabatnya itu.
"gila lu! gak bisa ngetuk pintu dulu apa!"
"hahaaaaa,,,, kalo gue ketuk pintu dulu gue gak akan dapet momen yang langka ini, bos kita galau gara-gara cewek! wkwkwkwk,,,"
"galau? lu pikir gue abg,,, gue cuma bingung gimana cara ngedeketin tuh cewek, terakhir gue ajak makan dia malah jahilin gue, besok-besok kalo jalan lagi, apa lagi yang bakalan dia lakukan ke gue."
"katanya lu bilang bisa naklukin seribu cewe kaya dia?!"
huuuuuhhhh,,, Andre menghela nafas panjang sambil mendudukkan dirinya di sofa berhadapan dengan Sakti.
"yaaa gue nyerah, gue gak bisa tanpa bantuan lu, ya mana bisa gue menandingi playboy cap karung macam lu.!"
"hahaaaaaa,,, tapi paling ga lu butuh gue kan!"
"Cih! belagu lu!"
"mau gak gue bantuin? kalo gak ya udah!"
"ya,,, ya,,, terserah, pokonya waktu kita tinggal 20hari lagi, gue gak mau tau lu harus bantu gue naklukin dia."
"lu mau ngasih gue apa kalo gue bisa bantu lu?" Sakti menggoda Andre yang sejak tadi terlihat serius, Sakti dengan mengangkat-ngangkat alisnya beberapa kali sambil tersenyum lebar.
Andre menatapnya, "tenang aja gue traktir lu makan mie ayam yang suka mangkal depan kantor, kalo perlu gue beli sama gerobaknya buat lu! hahaaaaa,,,, "
"Cih! pelit lu! mana sini handphone lu" Sakti mengulurkan tangannya untuk menerima handphone Andre, Andre memicingkan matanya menatap Sakti.
"udah lu diem aja, mau gue bantuin ga?!" dengan wajah menyelidik Andre tetap menyodorkan ponselnya.
"buka!" Sakti kembali menyodorkan ponsel ke tangan Andre, dengan terpaksa Andre membuka ponselnya yang terkunci dan memberikannya pada Sakti.
"awas lu macem-macem." Ancam Andre dibalas dengan tatapan tajam oleh sakti.
"ya, ya, terserah lu!" lanjut Andre menyerah.
Sakti keluar ruangan dengan handphone Andre ditangannya, tak lama Sakti kembali masuk dan menyerahkan handphone Andre Ke tangan pemiliknya, Andre masih bingung dengan apa yang dilakukan Sakti.
****
tring,,, tring,,,
Suara pesan masuk di ponsel Ana. Ana melihat sekilas nama di ponselnya tapi tak menghiraukannya, dia sepertinya lebih suka bermain dengan Salwa daripada berbalas chat dengan nama yang tertulis di layar ponselnya.
"Oom!" begitu dia menyebutnya.
Ana berlari mengejar Salwa yang sedang senang bermain lari-lari, dia berperan sebagai harimau dan Salwa sebagai kancil, permainannya terinspirasi Dari sebuah cerita serial anak di tv, tentang si kancil yang cerdik.
Senja berganti malam ditandai dengan suara adzan magrib, sebagian orang masih berkutat dengan aktifitasnya, sebagian sedang menunggu transfortasi yang akan membawanya kembali ke rumah setelah bergelut dengan pekerjaannya seharian. Banyak juga orang yang bersiap melakukan ibadah wajibnya, berjalan menuju mesjid terdekat.
Begitupun Ana, teh Lia dan Salwa, mereka membasuh tubuh dengan air wudhu sebagai rukun yang wajib sebelum melakukan shalat wajibnya.
Salwa memang masih kecil, tapi justru itu, teh Lia ingin membiasakan Salwa dengan kewajibannya.
Setelah itu, Ana berjalan ke dapur untuk membantu teh lia menyiapkan makan malam, tak ada asisten rumah tangga, karena teh Lia sendiri memang sudah berhenti kerja sejak mengandung Salwa, rumahnya pun cukup sederhana, sehingga tak memerlukan bantuan lebih, cukup teh Lia sendiri sudah bisa menanganinya.
Ana membuka ponselnya sesat sebelum memejamkan matanya, dia membuka beberapa pesan, termasuk dari "Oom" Ana mengernyitkan dahinya setelah membaca pesan itu.
"assalamualaikum Ana, apa kabar? sudah lama ya, kangen juga, heheee,,," jam 16.45
"tumben amat nih orang? Kesambet apa dia?!" batin Ana sambil menggeleng kan kepalanya.
Ana : waalaikum salam, tumben? Kesambet apa?
Oom : kok gitu sih ngomongnya, aku serius, kamu lagi apa sekarang?
Ana : lagi tiduran, Oom lagi apa?
Oom : aku lagi mikirin kamu, eh, kok Oom sih? jangan panggil Oom dong gak enak dengernya.
Ana tersenyum walaupun dia tahu itu mungkin cuma gombalan doang tapi tak dipungkiri itu cukup membuat Ana sedikit senang.
Ana : kan emang usia kita bedanya 12 tahun, wajar dong aku panggil Oom.
Oom : iya sih, tapi aku calon suamimu, calon imammu, masa manggilnya Oom, aku kaya Oom-Oom kencan sama anak SMA aja.
Ana : hahaaaa,,, udah ah aku mau tidur ngantuk.
Oom : ini kan malam Minggu, kok jam segini udah tidur?
Ana : gak ada bedanya malem Senin sama malem Minggu, ngantuk ya ngantuk aja.
Oom : eeemmmm ya udah deh kalo kamu udah ngantuk, selamat bobo, mimpi indah ya sayang, nanti mas mampir ke mimpimu, pelukkk🤗, boleh cium gak???
"astaga! gak salah nih orang?! kenapa tiba-tiba kaya gini?" batin Ana, tapi itu berhasil membuat Ana tersenyum sebelum dia benar-benar memejamkan matanya, tanpa membalas pesan terakhir.
Selamat malam Ana, mimpi indah ya,,,
🐾🐾🐾
oiya, buat pada reader, boleh dong author minta like and votenya,,,
biar semangat, heheeee,,,
selamat malam semuanya,,,,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Andriyati
pasti sakti tu yg ketikin chat nya
2022-12-26
0