"mah tau no ponsel anaknya Tante Ambar ga?" tanya Ana.
"Andre, namanya Andre!" jawab mama Meti
"kalo itu mama gak tau, nanti atuh mama tanya sama Tante Ambar dulu ya, buat apa emang?" sambungnya..
"katanya disuruh kenalan, gimana sih?!" Ana memonyongkan bibirnya dan memasukan kembali kepalanya ke dalam selimut sambil berbalik memunggungi mamanya.
"eeeeeh iya iya, sok atuh bangun ah, mentang mentang sanganggur, terus we di kamar," mama Meti memukul tepat di b*k*Ng Ana.
awwww,,, Ana menjerit dari balik selimutnya.
Malam semakin larut, Ana berjalan bulak balik di kamarnya,
'telepon ga ya?! telepon ga ya?! telepon ga ya?!'
batinya sambil memegang ponsel dan tak berhenti mondar mandir.
Dia akhirnya dapat no Andre saat makan malam tadi.
Lalu berhenti sejenak, mengernyitkan dahinya, menepuk" ponsel ke dagunya.
"aaaaggggrrr,,, bodo ah, mending aku tidur!"
akhirnya Ana loncat ke tempat tidur, membenamkan kepalanya di bantal tak lama berbalik dan menarik selirnya sampai ke leher.
Siang ini.
Di sebuah gedung perkantoran, yang memiliki lebih dari sepuluh lantai.
Disebuah ruangan yang terlihat minimalis namun setiap benda yang ada di sana memiliki nilai artistik tinggi, banyak barang mewah yang tugasnya hanya sebagai penghias ruangan.
"lu kenapa sih Ndre? miting aja sampe gak fokus, kalo ada masalah ngomong, jangan diem diem Bae, ntar tau-tau TBC aja, baru tau lu,,,"
Andre duduk di kursinya bersandar menatap langit-langit.
"Woi!"
Andre masih terdiam, dia tak menghiraukan kata-kata Sakti, sahabat sekaligus asisten pribadinya yang sejak tadi nyeroscos.
Merasa dicuekan akhirnya dia memutuskan berjalan menuju pintu, Mung
mungkiin sahabatnya itu butuh waktu untuk sendiri pikirnya.
"mami mulai merencanakan perjodohan lagi."
Andre memulai pembicaraan sebelum Sakti meninggalkan kantornya, lalu menghembuskan nafas panjang sementara Sakti berjalan mendekat.
"serius?"
"hhmmm,,," jawab Andre dengan memejamkan mata.
"setelah kejadian terakhir, Mami masih mau ngejodohin lu?!"
ck ck ck
sakti berdecak sambil menggelengkan kepala.
"terus gimana?!" tanya Sakti duduk di depan meja kerja Andre.
"yang jelas, untuk yang sekarang gw gak mungkin nolak."
Sakti mengernyitkan dahinya, tanda tak mengerti
"mami ngancam, kalo sampe gw batalin yang ini dia bilanh mau ngeluarin nama gw dari daftar ahli warisnya."
Andre menjelaskan.
dibuka matanya, menegakkan duduknya menatap Sahabatnya.
"lu bisa nebak gak Mami bilang siapa yang akan ngeganti nama gw sebagai ahli warisnya?"
Sakti mengernyitkan dahinya lagi, tanda tak mengerti.
"Weni? masa?"
tak percaya dengan jawabannya sendiri.
"elu!" jawab Andre singkat.
"hah?! buahahahaaaaaaa,,,"
Sakti tergelak sampai terpingkal-pingkal, mendekap perutnya.
"bentar lagi gue jadi konglomerat dong! wkwkwkwk,,," terbahak lagi.
"sialan lu!" Andre mengumpat sambil menyadarkan diri di kursinya lagi.
"puas lu?!"
Sakti masih tertawa, sekarang sambil berdiri,
akhirnya dia berhenti tertawa setelah mendengar kata-kata Saga.
"terus," kata Sakti meminta rencana Andre.
"mau gimana lagi, gue gak punya pilihan."
"well, yang penting kalo lu butuh bantuan, lu bisa ngandelin gue, oke?!"
"termasuk kalau nyokap lu butuh pengganti ahli waris, wuahahaaaaa,,,"
Sakti tertawa dibalas dengan lemparan bolpain, Sakti langsung ngacir tanpa melihat Andre lagi.
tak lama dia masuk kembali ke ruangan Andre yang yang muncul hanya kepalanya.
"Ndre, sejam lagi lu ada miting, focus oke!" menutup pintu kembali.
Selang berapa menit, pintu ruangannya kembali diketuk diiringi suara pintu terbuka.
"mas,,,"
Weni tersenyum sambil berjalan melenggok, tumbuh semapai dibalut dengan blazer ketat dan rok pendeknya dia selalu terlihat seksi.
Parasnya yang manis, dan pribadi yang mudah tersenyum membuat dia jadi bunga yang dipuja oleh setiap mahluk.
Bukan cuma laki-laki yang mengaguminya, kaum perempuan pun banyak yang iri dengan kesempurnaannya.
Tak hanya satu, atau dua orang yang menyukainya, sayangnya selalu ditolak.
Bahkan salah satu anak pemegang saham terbesar, walau tak sebesar orang tua Andre berusaha mendekatinya, tapi tetap tak berhasil.
Tak lama berjalan Weni terhuyung hampir terjatuh.
Andre
"apa sih ini? kok ada bolpain disini?!"
jawabnya kesal, diambil dan dibuang ke tempat sampah.
Kembali berjalan dan tersenyum mendekati Andre.
"aku mau ngasihin proposal dari divisi SDM, mereka mengajukan penambahan SDM untuk tenaga marketing dibeberapa wilayah"
Weni menyerahkan proposal sambil menjelaskannya.
"terimakasih Wen, biar aku cek dulu." jawab Andre tanpa melihat ke arah Weni.
Akhir-akhir ini dia merasa Andre berubah, menjawab pun dengan kalimat singkat.
Weni keluar ruangan dengan wajah cemberut, dan penuh tanda tanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments