Malam itu tak ada kata yang terucap dari ke duanya.
Yang satu sibuk berpikir untuk segera mengakhiri perjodohan ini, yang satu berpikir bahwa dia sudah membuat perempuan itu berpikir dua kali untuk meminta memutuskan perjodohannya.
***
Pagi ini, Ana membantu mamanya membuat sarapan, hanya menyiapkan kopi dan roti bakar.
Mereka mulai berkumpul di meja makan setelah mama mengajak Tante Ambar untuk sarapan,
"neng, ari(kalau) A Andre belum bangun gitu?" mama Meti
"tau?!" jawab Ana singkat tanpa memalingkan matanya,
dia masih memotong beberapa apel untuk dijadikan jus.
Dia bahkan tak ingat kalo Tante Ambar juga sudah ada di sana. Mama Meti menepuk tangan Ana dengan sedikit kaku. Ayah Agus mendengus kesal, Dini hanya melongo melihat kelakuan kakaknya.
"apaan sih mah, mama aja yang bangunin Oom Andre, aku gak mau." sambungnya ketus sambil mengusap tangan yang dipukul mama Meti.
Mata mama Meti melotot ke arah Ana, Ana hanya melengos meneruskan pekerjaannya.
"biar Tante yang bangunkan Andre" Tante Ambar.
Ana terkejut saat mendengar suara Tante Ambar, dia melihat ke arah suara itu dan tersenyum dengan senyuman yang kaku.
Tante Ambar membalas senyuman Ana, lalu berdiri hendak menuju kamar yang ditempati Andre.
Setelah Tante Ambar pergi, Ana menepuk jidatnya beberapa kali.
"kamu mah malu-maluin aja, hormat atuh ari ka tamu teh, walaupun kamu gak suka, tapi jangan gitu atuh, kamu mah bikin Mama malu aja, disangkanya mama gak bisa ngedidik anak-anak lagi." mama nyeroscos dengan nada kesal,
"maaf mah, Ana gak tau kalo Tante Ambar ada disini."
mama menghela nafas panjang, mencoba menenangkan kekesalannya.
"hari ini temani A Andre, Jang aneh-aneh." mama Meti memperingatkan.
huff,,,
Ana mengembuskan nafas kasar.
"iya ma," Ana menjawab dengan lemas.
Mama Meti berjalan hendak mengikuti Tante Ambar.
"Mbar, maafin Ana ya,,," mama Meti membuka pembicaraan, saat hampir sampai di depan pintu kamar yang Andre tempati, mama Meti masih merasa tak enak karena perkataan putrinya.
" gak apa-apa, santei aja Meti, ga usah di ambil pusing. Tapi sepertinya Ana masih belum terima sama rencana kita,"
Sebelum menjawab mama Meti sudah terlihat lemas, sudah jelas walaupun tanpa ada kata,
Ambar menepuk bahu Meti.
Dari balik pintu Andre mendengar percakapan mereka.
'apa? dia masih tidak mau dijodohkan denganku?' pikiran Andre masih menerawang dengan kejadian semalam, walau mereka tak berbincang, tapi terlihat jelas kalau Ana terpesona olehnya. Tapi tak dia sangka kalau Ana masih kekeh untuk membatalkan perjodohan ini.
Andre menghela nafas,.
jegrek,,, pintu kamar terbuka, serentak Ambar dan Meti melihat ke arah Andre, disambut senyuman Andre.
"A Andre sudah bangun, ayo kita sarapan yang lain sudah menunggu di bawah," kata mama Meti sambil tersenyum, lalu sengaja berjalan mendahului mereka.
Ambar menatap tajam pada anaknya, dia berpikir bahwa Ana tidak setuju dengan perjodohan ini karena Andre.
Seperti perjodohan sebelumnya, Andre lah yang membuat rencana agar seolah-olah calon-calonnyalah yang memutuskan perjodohannya, anggap aja Andre ingin cuci tangan dari kesalahannya yang sebenarnya dialah yang tak ingin dijodohkan, jangan dipikir maminya gak tau.
Jadi itu adalah salah satu penyebab mengapa Ambar sampai mengancamnya untuk yang kali ini, dia akan sangat menyesal kalau sampai pejodohan kali ini juga batal.
Andre hanya mengangkat bahunya menanggapi tatapan tajam maminya.
Akhirnya semua berkumpul di meja makan untuk melakukan sarapan pagi ini, seperti biasa celoteh ayahnya Ana yang membuat suasana semakin ramai, disambut celoteh Dini dan juga Tante Ambar.
Gelak tawa terdengar disela canda mereka, termasuk Ana, dia tak mau terlihat canggung, sesekali Andre juga menimpalinya.
Ana
Dia ganteng, mapan, kelihatannya juga ramah.
Kenapa berbeda sekali dari waktu pas ditelepon ya, ketus dan sombong.
Tapi tetap aja aku masih belum terima, ah Dimas seandainya,,,
Hati Ana masih tertuju pada Dimas walau dia sadar kalo itu tak mungkin, ada Stela yang tak mau dia kecewakan.
Dan Ana bukanlah perempuan penganut cinta pada pandangan pertama.
Walaupun yah tak bisa dia pungkiri bahwa Andre memang sempurna, jauh dia atas Dimas.
Tapi dia tak mengenal Andre seperti dia mengenal Dimas.
***
"lagi apa Oom?" sapa Ana basa-basi melihat Andre duduk di balkon.
Bukannya dengan sengaja, Ana justru terpaksa menghampiri Andre, seperti biasa mama Meti mengeluarkan jurus mata mau copot, alias melotot untuk menyuruhnya menemani Andre.
Andre menengok ke arah suara.
"sampai kapan kamu akan panggil aku Oom?" Andre
"memangnya harus panggil apa?" dengan santri Ana sambil duduk di kursi sebelah Andre, kursi mereka terpisahkan sebuah meja kayu.
"yang seperti mama sama ayah kamu juga boleh?"
"hah?" Ana memutar matanya berpikir. ah Ana mulai mendapatkan pencerahan
"Aa?" sambung Ana.
"hhmmm,,," Andre
"ketuaan!" jawab Ana singkat.
Andre menatap Ana dengan menyipitkan matanya, tanda tak senang mendengar jawaban Ana.
"ya terserah kalo kamu nyaman memanggil suamimu dengan sebutan Oom."
Giliran Ana yang memandang tajam ke arah Andre.
"kamu apa-apaan sih? bukannya kita udah setuju untuk membatalkan perjodohan itu." Ana mencondongkan badannya ke arah Andre, agar tak ada yang mendengar, dahinya terlihat mengerut.
"kapan aku setuju?"
'astaga nih orang, benar-benar mau bikin masalah ya!'
batin Ana, Sambil mengepalkan kedua tangannya.
melihat reaksi Ana yang ingin marah tapi takut dimarahin sama orangtuanya membuat Andre tersenyum puas.
Ana berusaha tenang dengan menarik nafas dalam kemudian menghembuskan perlahan.
"bukankah waktu itu Oom udah mengiyakan untuk sama-sama membatalkan pejodohan ini." Suara Ana terdengar geregetan.
"kapan?" Andre berlaga berpikir, padahal dia tau apa yang Ana bicarakan.
"waktu aku telepon!" Ana bicara sambil menekan kedua gigi serinya, suaranya terdengar lebih gereget dari yang tadi.
Andre memalingkan wajahnya, dia tak bisa menahan senyumnya, tapi tak ingin Ana melihatnya.
"aaaahhhh,,, waktu kamu telepon! Aku bilang apa emang?!"
yah Andre cuma senang melihat gadis didepannya marah namun tertahan.
jahat banget kamu Dre!
Lagi-lagi Ana menghela nafas, yang sekarang dia nafasnya sengaja dia buang dengan kasar.
'sialan nih orang! aduh gimana kalo beneran jadi nikah? gimana nih.?
Andre kembali memalingkan wajahnya untuk tersenyum.
"kamu benar-benar mau nikah sama aku?" tanya Ana dengan serius.
"kenapa tidak?!"
"nikah itu bukan permainan! kita gak saling kenal! bagaimana bisa kita menjalani hidup dengan orang yang gak kita kenal?"
Ana semakin serius.
"lagi pula aku ingin menikah sekali untuk seumur hidup."
perlahan namun masih bisa didengar Andre.
Andre menatap perempuan disampingnya.
Bukan hanya Ana yang menginginkan menikah sekali untuk seumur hidup, tentu saja Andre juga menginginkannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
SEANDAINYA DIMAS GK TRIMA STELA, TPI JGN LO JUGA YG JDIAN SAMA DIMAS, LO PIKIRKN PRASAAN STELA.
2023-04-06
0
Sulaiman Efendy
MASIH AZA LO MIKIRIN DIMAS, YG LO PIKIRKN PRSAHABATN LO DGN STELA.
2023-04-06
0