Cast :
Nara / Andara
Daanish Allacy Russel
Dean Allacy Russel
Daleel Allacy Russel
Nenek / dr. Amanda
Papa / Lucas
Mama / Ameera
Grandma / Ny. Alice
Mike / Sahabat Daanish
Arsy / Pacar Daleel
Dellia / Sahabat Andara
***********
Andara tertawa terbahak-bahak mendengar celotehan dan guyonan Mike. Ternyata selain play boy, dia juga seorang pelawak sejati.
"Ha ... ha ... ha ..."
Dengan sedikit terpingkal-pingkal Andara tertawa. Hingga perutnya sedikit sakit, dan setetes air mata menetes ke pipinya. Puas sekali dia. Bahkan tawanya saat inipun tak luput dari picingan mata Daanish. Dia tidak menyangka, gadis yang duduk di hadapannya kini, bisa tertawa selepas itu, hanya karena mendengar guyonan Mike yang terdengar begitu receh.
"Sudah, Kak ! Sudah !"
Nara memegangi perutnya yang terasa keram saking tertawa terlalu lama. Wajahnya bahkan tampak memerah, Padam !
"Heeyy, Andara ! Kau senang sekali rupanya."
Mike pun tak kalah senang karena guyonannya yang begitu receh itu mampu menghibur Andara dengan sebegitunya. Dia terkekeh puas melihat Andara. Mengabaikan sahabatnya Daanish yang terlihat begitu kesal, entah karena apa.
"Ya, kakak lucu."
Nara masih memegangi perutnya yang masih terasa sakit itu. Hingga akhirnya, perlahan, tawa itupun reda.
"Mau nyanyi, Andara ?" Tawar Mike pada Nara, setelah tawa gadis itu berhenti, keheningan terasa kembali.
Nara menggelengkan kepalanya, menolak tawaran itu. Dia bukan tak bisa menyanyi, hanya merasa malu. Padahal, Nara pernah ikut kursus menyanyi dulu. Bahkan perlombaan menyanyi di sekolah sering dia menangkan saat SMP baik SMA juga.
Sang pemilik kafe yang merupakan saudara jauh Mike, mengumumkan kepada para tamu kafe barangkali ada yang berminat menyumbangkan lagu. Mengingat group band yang biasa menghibur tidak bisa datang seperti biasanya.
"Apaan sih ?" Nara menolak kala Mike meraih tangannya.
"Ayo dong, temenin !" Ajak Mike sedikit memaksa.
"Aku gak bisa nyanyi, suara aku false, Kak." Tolaknya halus. Sedikit menundukan tubuhnya di atas meja. Menahan dirinya agar Mike tidak bisa menariknya untuk maju ke depan sana.
"Ya elah ... Andara, ayo !"
Mike terus menarik tangan Andara. Cukup kuat hingga Andara sepertinya tidak bisa mengelak.
"Gak mau, Kak ! Malu !" Sembari tersenyum tipis.
Daanish yang melihat adegan tarik menarik itu merasa risih, tangan dan tubuhnya hampir saja bergerak untuk memisahkan pegangan kedua tangan yang menurutnya menyebalkan itu, yang terlihat begitu erat walau sarat dengan penolakan.
Namun terlambat. Karena, sesaat kemudian, Andara sudah terbangun, berdiri, berjalan mengekori Mike ke atas panggung yang tidaklah begitu tinggi. Hanya satu jengkal saja dari lantai tempat mereka berdiri.
Daanish mendengus kesal. Entah karena apa, dia masih belum menyadari.
Hanya satu yang pasti. Nyatanya, saat ini, Daanish cukup tertegun dengan suara yang mengalun indah memenuhi ruangan kafe yang cukup besar ini. Walau Mike yang mendominasi, namun tak bisa dipungkiri, iringan suara gadis itu terdengar indah di gendang telinganya, asyik, dan terdengar menyenangkan.
Lagu lawas menjadi pilihan. Nara begitu asyik mengiringi Mike di panggung depan. Daanish yang menatap tidak kalah asyik menikmati, terlihat dari sorot mata yang menghanyutkan sedari awal, kini terlihat semakin indah dan menenangkan. Mendengar suara itu terasa menyenangkan.
Suara itu-- suara Andara yang diam-diam menelusup ke dalam hatinya penuh kehangatan. Tiada henti Daanish menatapnya, dengan begitu lekat dan dalam. Penuh dengan perasaan, yang sedari awal, tadi, kemarin, dia tak pahami itu apa, dan dia sembunyikan di hati yang paling dalam.
Kita / Sheila on Seven
🎼🎼🎼
🎵🎵🎵
🎶🎶🎶
Disaat kita bersama
Diwaktu kita tertawa menangis merenung oleh cinta
Kucoba hapuskan rasa
Rasa dimana kau melayang jauh dari jiwaku juga mimpiku
Biarlah biarlah hariku dan harimu
Terbelenggu satu lewat ucapan manismu
•
Dan kau bisikkan kata cinta
Kau t'lah percikkan rasa sayang
Pastikan kita seirama
Walau terikat rasa hina
•
Sekilas kau tampak layu
Jika kau rindukan gelak tawa yg warnai lembar jalan kita
Reguk dan teguklah mimpiku dan mimpimu
Terbelenggu satu lewat ucapan janjimu
•
Dan kau bisikkan kata cinta
Kau t'lah percikkan rasa sayang
Pastikan kita seirama
Walau terikat rasa hina
🎵🎵🎵
🎶🎶🎶
🎼🎼🎼
*******
Tak terasa malam kian larut, Nara panik tatkala menyadari semua itu. Dia bergegas membereskan tasnya untuk pulang. Tak lupa kunci mobil yang sudah dia terima dari sang montir, dia sambar secepat kilat dari atas meja.
"Aku anterin ya ?" Tawar Mike melihat Nara yang sudah setengah berlari. Dia bahkan pergi tanpa berpamitan pada Daanish yang kini tengah melakukan pembayaran di kasir.
"Nggak, Kak ! Nggak usah !" Tolak Nara sembari berlari menuju pintu keluar kafe.
Daanish yang melihat semua itu bergegas keluar menuju tempat motornya diparkir. Dia pun sama terlupa, untuk sekedar pamit pada sahabatnya. Yang kini tampak celingak celinguk sendiri.
•
•
Daanish melajukan motornya dengan kecepatan normal. Mengikuti laju kendaraan mobil yang sedari tadi dia ikuti.
Nara yang melihatnya secara tidak sengaja dari kaca spion mobilnya, pun hanya tersenyum manis. Dengan binar bahagia pada sorot matanya.
"Kok dia ngikutin ?" Gumamnya pelan. Bahagia dan aneh bercampur menjadi satu. Dalam sadar dia menghentikan mobilnya di tepian jalan.
Daanish yang menyadari dirinya sudah ketahuan pun ikut berhenti. Namun, bukan di belakang mobil Nara, melainkan tepat di samping jendela dimana Nara duduk di sana.
"Kak ?" Setelah menurunkan jendela kaca mobilnya.
"Udah larut. Aku cuman mastiin keselamatan kamu. Cepetan maju !" Perintahnya dingin, namun menghangatkan hati Nara. Dia bahkan tak membuka helmnya saat itu, hanya menggeserkan kacanya saja. Tanpa mendengar jawaban Nara, dia langsung menutupnya kembali.
Nara terbengong, aneh. Tersenyum bahagia setelah menutup jendela mobilnya. Lalu melajukan mobilnya kembali dengan Daanish yang setia mengikuti di belakangnya.
Sesampainya di depan rumah, tepat setelah Nara membelokkan mobilnya ke arah pintu pagar di depan rumah neneknya, Nara turun dari dalam mobilnya segera. Dia hendak mengucapkan terimakasih pada lelaki itu. Namun sayang, tepat Nara turun dari mobilnya, Daanish berlalu pergi begitu saja meninggalkannya.
"Ish ! Main pergi aja. Mau ngucapin terimakasih juga." Matanya melirik ke arah jalan, ke arah motor yang berlalu pergi membelakanginya.
Sesaat beberapa langkah Nara hendak naik ke dalam mobilnya kembali, Daanish tiba-tiba sudah ada di belakangnya, sudah turun dari motornya tentu saja.
"Kakak !!" Nara merasa kaget setengah mati. Mengurut dadanya yang terlonjak kaget tadi.
"Besok ... aku anter ke sekolah ya, kita berangkat bareng." Ucap Daanish tiba-tiba. Nara tidak mungkin salah dengar, karena Daanish telah membuka helmnya sesaat tadi. Suaranya terdengar begitu jelas dan pasti.
"Eh ?"
Nara menatap Daanish yang mulai bergerak untuk menaiki motornya kembali dengan segera. Melenggang pergi begitu saja setelah sesaat lalu menyalakan mesin motornya. Tanpa pamit ataupun bertanya, apakah Nara menyetujui ajakannya.
"Kak !" Seru Nara, yang sepertinya tak terdengar oleh orang yang dipanggilnya.
"Apa-apaan sih, maen pergi aja. Besok kan hari Minggu. Ish !!" Sembari menyentak-nyentakkan kakinya ke atas tanah.
•
•
Daanish tersenyum sendiri di atas motornya. Rencana besok pagi untuk berangkat bersama, menari nari indah di benaknya. Namun, tiba-tiba ...
Srettttt !!!
Daanish menghentikan motornya secara tiba-tiba. Mengingat sesuatu.
Besok ??
"Gila ! Besok kan hari Minggu." Umpatnya pelan.
"Lupa. Ya elaah .. Si*l*n !!" Umpatnya lagi pada dirinya sendiri.
Sembari menyalakan mesin motornya untuk menemui Nara kembali. Namun, terlambat. Nara sudah tidak ada di sana. Sudah masuk ke dalam rumahnya. Kini hanya tinggal Daanish sendiri terpaku di depan rumah Nara.
Lalu bagaimana dengan besok ? Lihat saja nanti.
•
•
🍬 Bersambung ... 🍬
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
hany
lanjut
salam dari MAHABBAH RINDU
2020-11-28
1
Nuyizz Sweet
ini akhirnya sm danish y thor..
2020-11-27
1
Aldekha Depe
suara yg ...
2020-11-27
2