Sepulang sekolah, Nara berjalan sendiri sore itu. Padahal hari sedang hujan, cukup besar. Dan Nara tidak terlihat berusaha untuk menghindar.
Dia memang sangat menyukai hujan, lebih tepatnya hujan-hujanan. Seperti halnya mandi di bawah guyuran air shower. Karena pada saat itu, dia bisa menangis sebebasnya, tanpa ada yang melihat air matanya.
Cukup fokus dia berjalan. Mengabaikan pandangan aneh dari orang sekitar padanya. Peduli amat, bahagia kita sendiri yang rasa.
Tiba-tiba ...
Cekkiiiiitttt, sebuah motor tergelincir, terjatuh. Bergegas Nara menghampiri untuk melihat kondisi orang yang mengemudikannya. Mengingat jalanan cukup sepi saat itu, hanya Nara yang bisa menolongnya.
" Kau tidak apa-apa ? " Sembari memapah orang itu ke pinggir jalan, seorang lelaki. Tua muda belum tahu pasti, helm tertutup masih terpasang erat di kepalanya.
Lelaki itu mengangguk pelan kepada Nara, pertanda dia baik-baik saja.
Nara lalu bergerak cepat meminggirkan motor sport berukuran besar itu. Untunglah, Nara cukup terbiasa dengan kendaraan seperti itu. Dia bukannya tidak bisa dan tidak punya. Hanya saja, untuk hari ini kebetulan Nara ikut neneknya tadi, sekalian berangkat bekerja ke rumah sakit.
Hujan belum juga reda, bahkan semakin besar pula. Kaki lelaki itu tampak terluka, berdarah cukup banyak. Akhirnya, setelah berkomunikasi beberapa saat melalui jendela kaca helmnya yang sengaja dia buka, Nara mengambil alih kemudi motor besar itu, mengantar lelaki itu ke klinik atau rumah sakit terdekat.
" Naiklah ! Kau bisa ? " Perintah Nara, setelah menaiki motor lelaki itu dan memakai helm cadangan yang lelaki itu punya.
" Kau yakin ?! " Tanya lelaki itu ragu. Mengingat tubuh perempuan yang di hadapannya ini, cukup kecil, kurus dan imut. Eh ?
Walau ragu, akhirnya lelaki itu naik juga, walau sedikit kesulitan awalnya, mengingat luka di kaki dan tubuhnya. Dan benar saja, Nara cukup lihai mengendalikan, mengendarai motor sport miliknya itu.
Di rumah sakit ...
" Kamu ?!! " Nara mengerjap kaget menatap lelaki itu. Setelah membuka helmnya, siapa sangka lelaki itu ternyata si lelaki 'tepung' itu.
Dia terkekeh melihat ekspresi kaget Nara. Sudah sedari tadi Daanish merasakan hal serupa, malah sejak di jalan tadi. Lagi-lagi bertemu dengan cewek ini, si biang masalah. Yang membuat dirinya berganti baju berulang kali dalam satu hari--tempo hari lalu.
Berjalan beriringan ke dalam rumah sakit, Nara memapahnya dengan cukup telaten, setelah akhirnya sebuah kursi roda didapatkan sebagai alternatif.
" Daanish ! " Jawabnya pada perawat yang sedang mengisi data pasien. Dia tengah duduk di tepi ranjang pasien. Tampak beberapa perawat mengerumuni menangani luka-luka di tubuhnya.
Sementara Nara, berdiri setia di samping Daanish memastikan keadaannya, dengan pakaian yang basah kuyup, dan Daanish melihatnya.
" Kamu ! " Daanish mengagetkan Nara saat itu. Nara menoleh.
" Ganti bajumu, ada baju di sana ! " Tunjuk dagunya pada tas miliknya. " Mungkin tidak basah. " Katanya, sedikit ketus.
Ish. Nara memutar bola mata sebal. Dan ngedumel kesal.
Udah ditolongin juga, masih aja somse !
Bergerak mendekat ke arah tas milik Daanish yang ditunjuknya tadi, benar saja ada t-shirt berwarna hitam di sana, lumayan buat baju ganti. Tapi, hanya ada satu. Nara terdiam, hanya memegang dan menatapnya saja. Melirik sekilas ke arah Daanish yang kini bertelanjang dada. Dibuka, karena basah bajunya.
" Kenapa ? " Kali ini Daanish mulai bersikap ramah, mungkin karena melihat reaksi Nara tadi. Perawat masih sibuk merawat luka di kaki dan sikut tangannya.
" Cuman ada satu. " Jawab Nara lirih. Gak mungkin kan Nara bersikap egois, sedang yang sakit saat ini adalah Daanish, yang jelas-jelas membutuhkannya.
" Oh, pakai saja ! Temanku sebentar lagi ke sini. Aku juga sudah suruh dia bawa baju ganti. " Jelas Daanish tidak berbohong.
" Emh, baiklah. " Akhirnya Nara mengangguk membawanya. Permisi ke toilet untuk berganti baju dengan segera.
" Eh, Andara !! " Tiba-tiba Daanish memanggilnya. Langkah Nara terhenti seketika.
Nara mengerutkan dahi, belum kenalan kan. Kok bisa tahu ?
Ada name tag di baju seragam atasnya. Daanish sempat membacanya tadi, akhirnya Nara tahu setelah melihat Daanish tengah melirik ke arah dadanya, yang .... sedikit transfaran karena basah.
Nara refleks menutup dadanya dengan lengannya. Daanish yang melihatnya tersenyum seketika. Manis juga ...
" Apa ?!! " Ketus Nara.
" Terimakasih ... " Ucapnya tulus, seketika Nara senang mendengarnya. Seulas senyum terlampir di bibir mungil Nara.
Seusai mengganti bajunya di toilet, Nara kembali menghampiri Daanish yang tengah bertelfon dengan seseorang. Nara memilih menunggu di luar kamar saja.
Cukup lama menunggu, Nara memutuskan pulang setelah memastikan keadaan Daanish baik-baik saja, dari balik pintu kaca. Selain itu, teman Daanish juga sudah tiba.
Tanpa berpamitan, Nara pun pulang dalam diam. Meninggalkan Daanish yang tengah asyik mengobrol dengan temannya itu. Lagipula, waktu sudah cukup malam untuk dirinya segera pulang. Sedari tadi ponselnya tidak berhenti berbunyi, dari sang nenek yang menanyakan keberadaannya.
•
•
Malam itu ...
Hujan belum juga reda, bahkan makin deras saja. Dengan memakai taksi, Nara pulang ke rumahnya, lebih tepatnya rumah neneknya.
Tiba di depan rumah tampak sebuah mobil terparkir di sana. Nara masuk dengan raut wajah penuh tanya. Ada tamu, siapa ?
Ta--da ...
" Nara !! " Seseorang memanggil namanya. Suara yang cukup di kenalnya.
" Papa !! " Nara beringsut menghampiri sang papa, mendekapnya erat.
" Selamat ulang tahun. " Ucap sang papa saat itu. Nara begitu senang mendengarnya.
Padahal, hari ulang tahunnya sudah berlalu beberapa hari lalu. Mengira dirinya terlupakan begitu saja, siapa sangka ternyata sengaja dilakukan demi memberikan kejutan untuknya .
" Papa kapan datang ? Sama mama ? " Tanya Nara antusias, tanpa melepas pelukannya. Mereka berjalan beriringan ke dalam rumah menemui sang mama yang tengah menyiapkan sebuah kejutan kecil untuknya, bersama sang nenek dan kedua adiknya.
Bagi Nara, papanya adalah segalanya. Cinta pertama dan lelaki pertama dalam hidupnya.
Mengetahui papa Lucas bukanlah ayah kandungnya, merupakan pukulan berat dalam hidupnya. Hingga akhirnya dia memutuskan untuk tinggal menjauh bersama neneknya.
Sampai sekarang, tidak ada seorangpun yang tahu apa alasan sebenarnya Nara ingin tinggal bersama neneknya.
Nara samasekali tidak bercerita pada siapapun mengenai status dirinya dalam keluarganya itu. Bercerita bahwa dirinya sudah mengetahui bahwa Lucas bukanlah papa kandungnya. Walau sebenarnya, rasa penasaran bergejolak di dalam dada. Nara akui, dia penasaran mengenai siapa ayah kandungnya dan dimana keberadaannya.
Diam-diam, dalam diam, Nara mencari tahu. Seringkali dia mengendap ke ruang kerja sang nenek apabila neneknya sedang bekerja, barangkali ada jejak tentang ayah kandungnya di sana.
•
•
" Dimana cewek itu ? " Tanya Daanish pada Mike, dia mendadak teringat dengan Nara.
" Cewek ? " Mike mengernyitkan dahinya.
" Ya, cewek ! "
" Cewek yang mana ? "
" Yaelah, yang tadi. Lo gak lihat apa ?! " Daanish terlihat cukup kesal saat itu.
" Cewek yang mana sih ?! " Mike mengingat-ingat. Seingatnya tadi pas datang ke ruangan ini samasekali tidak ada orang lain di sana. Selain Daanish yang sedang terluka.
" Cewek ! Yang-- pakai kaos warna hitam. Pakai rok SMA. " Jelas Daanish menjelaskan ciri-cirinya. Dia mendadak merasa bersalah, saat Nara datang dari toilet tadi, dia malah asyik bertelfon ria.
" Oh ... yang di luar tadi ? " Jawab Mike tanpa merasa bersalah sedikitpun. Karena itu, memang bukan salahnya.
Salah Daanish yang mengabaikan Nara. Dan salah Nara juga yang pulang diam-diam tanpa berpamitan pada Daanish.
•
•
🍬 Bersambung ... 🍬
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🍜🍜🍜
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and commen ☀️☀️☀️
2021-01-06
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
sehat.. dan semangat selalu💪😊
2020-12-25
0
❤️YennyAzzahra🍒
kerennn
2020-11-16
1