Nara berjalan-jalan dengan sahabat terdekatnya. Dellia namanya. Cantik, menarik, centil juga baik hati. Sebelas dua belas dengan Nara. Hanya saja, Nara tidak centil seperti Dellia.
Berjalan menyusuri mall besar di pusat kota. Nara pergi sudah mengantongi ijin dari neneknya.
" Mau beli apa, Dell ? " Tanya Nara. Dia terus mengekori Dellia yang sedari tadi tak berhenti melihat-lihat baju di mall itu.
" Aku mau-- .... ini dia !! " Pekik Dellia tiba-tiba kala menemukan baju yang sedari tadi dicarinya. Dia lalu bergegas pergi ke kamar ganti untuk mencobanya. Meninggalkan Nara sendiri, berdiri bengong menatap Dellia yang pergi begitu saja.
" Aku nyoba ini dulu. " Tiba-tiba Dellia kembali lagi, menepuk lengan atas Nara. Saking senangnya tadi, dia melupakan bahwa dirinya tidak sendiri.
" Ish !! " Nara memutar bola matanya. Merasa aneh melihat tingkah sahabatnya itu.
Nara lalu berkeliling di sekitar, melihat-lihat baju yang sesuai dengan seleranya. Sembari menunggu Dellia.
Bruukk !!
Tiba-tiba, Nara menabrak seseorang. Lebih tepatnya seseorang menabrak Nara, hingga Nara tersungkur ke atas lantai.
" Kamu gak apa-apa ? " Tanya seseorang yang ternyata seorang lelaki. Wajahnya cukup familiar di mata Nara. Membantu Nara bangun dan berdiri kembali.
" Daanish ... " Gumam Nara lirih. Terdengar jelas oleh lelaki itu, yang berwajah serupa dengan Daanish, Daleel orangnya.
" Kak ! " Sapa Nara kepada lelaki yang dia kira Daanish itu.
Sejak adegan pelukan di motor beberapa hari lalu. Dan sejak pertemuan di sekolah di hari yang sama, Nara mendadak merasa canggung pada lelaki itu. Seperti hari ini, saat ini.
" Lagi apa ? " Tanya Daleel basa basi. Sembari mengingat-ingat gadis ini, merasa pernah bertemu sebelumnya. Menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tidak terasa gatal.
" Cuci mata, Kak. Eh, jalan-jalan maksudnya. " Nara menatap Daleel malu, sembari nyeungir kuda. Memperlihatkan deretan giginya yang berjajar cantik dan rapi.
Daleel sang pencinta wanita, sedikit tergoda membayangkan lidahnya bermain menelusuri deretan gigi putih itu. Daleel akui, gadis di hadapannya ini begitu cantik dan menarik.
Selang beberapa lama, Daleel ingat, gadis ini adalah gadis yang dia tabrak saat di toilet kafe tempat dia bertemu dengan Daanish beberapa hari lalu.
" Kamu-- sendirian ? " Daleel sadar, gadis ini kenal dengan saudaranya Daanish, apalagi setelah mendengar gumamannya tadi. Untuk memastikannya lagi, dia terus mengajak Nara untuk mengobrol dengannya.
" Sama temen, kak. " Jawab Nara singkat.
" Kakak, lagi apa ? " Sekedar basa basi juga Nara bertanya. Salah tingkah dan bingung harus bersikap bagaimana dan berbicara apa.
" Emh. Lagi lihat-lihat aja sih. " Jawab Daleel bingung, dia berbohong. Sebenarnya tadi, dia mengantar salah satu teman kencannya. Hanya saja sedikit bosan karena teman kencannya itu terlalu lama berbelanja, jadi dia memutuskan untuk pulang sendiri saja. Bahkan tanpa sepengetahuan teman kencannya itu.
" Kamu sendiri, lagi apa ? " Tanya Daleel.
" Nganter temen, Kak. " Jawab Nara singkat. Bergegas meninggalkan Daleel kala melihat temannya keluar dari ruangan ganti setelah sebelumnya melambaikan tangan memberi tanda. " Oh, iya. Aku duluan, Kak ! " Pamit Nara tiba-tiba.
Daleel yang sudah merasa tertarik pada Nara, hanya menatap Nara yang mulai menjauh darinya. Diam-diam dia tersenyum, kala sudut matanya melihat sebuah dompet di lantai. Daleel tahu pasti itu adalah milik Nara yang terjatuh saat tersungkur tadi.
Melihat sikap Nara padanya tadi, Daleel dapat menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan spesial diantara gadis itu dan saudara kembarnya Daanish. Ia fikir, tidak ada salahnya mendekati gadis itu. Melihat kecantikan Nara, Daleel memang cukup tertarik.
💟
" Lama bener, yaelah ! Lo yang minta kumpul, lo juga yang telat. " Protes Dean pada Daleel yang baru saja datang saat itu.
Padahal hari sudah hampir malam. Sudah sedari siang mereka berdua menunggu. Dean saja sih, Daanish terlihat biasa-biasa saja sedari tadi. Dean bahkan melempar Daleel dengan bola basket yang ada di apartemen Daanish, saking kesalnya. Untung Daleel bergerak cepat, dengan sigap dia menangkap bola itu, dan melemparnya ke arah ring basket.
' Shoot '.
" Biasa, nemuin dulu cewek cantik ! " Jawab Daleel menyeringai ke arah Daanish yang kini tengah menatapnya dengan cukup tajam.
" Masih aja Lo, suka maen-maen. Bukannya Lo udah punya Arsy. " Sungut Dean. Mendengar tingkah play boy saudaranya itu.
" Yang ini beda, Men. Bener-bener cantik ! " Puji Daleel. " Pantesan Lo milih kuliah di sini, jangan-jangan Lo udah punya inceran. " Ucapnya pada Daanish. Dia memasukkan sebatang rokok pada mulutnya untuk dia hisap.
Bukk
Satu buah bantal sofa melayang menimpuk wajah Daleel, Daanish pelakunya.
" No Smoking, woyy !! Baca tuh !! " Sembari menunjukkan jari telunjuknya pada poster kecil yang ditempel di dinding.
Daleel mendumel, " Ah, gak asyik, Lo ! "
" Ketahuan Mommy tau rasa, Lo. " Sungut Dean kali ini.
" Halah ! Anak mami ... " Daleel tertawa, diikuti mereka berdua. Walaupun pertemuan mereka sering diselingi perdebatan, untunglah mereka masih menyadari bahwa mereka adalah saudara. Ada ikatan kuat diantara mereka.
Merekapun melanjutkan mengobrol, mengisi malam itu dengan makan malam bersama. Walaupun Daanish lebih banyak diam saat itu, tidak menikmati kebersamaan itu, apalagi setelah kedatangan Daleel. Daanish memang tidak terlalu suka dengan Daleel yang playboy dan kadang menyalahgunakan kemiripan mereka.
" Tapi beneran, cewek di kota ini memang cantik-cantik. " Puji Daleel sembari membayangkan wajah Nara. Padahal dia tengah makan saat itu.
Siapa sangka, dua lelaki lainnya yang berada di ruangan itu dan memiliki wajah serupa dengan orang yang sedang berbicara, tengah melakukan hal yang sama. Membayangkan wajah seseorang dalam benak mereka, yang ternyata adalah gadis yang sama, dengan menggumamkan lirih namanya, " Andara ... "
💟
" Dompet aku hilang, Dell ! " Pekik Nara terlihat panik saat itu. Setelah merogoh ke dalam tasnya, dompetnya ternyata raib entah ke mana. Padahal dia sudah berdiri di depan kasir, hendak membayar belanjaannya saat itu.
" Beneran ?! " Panik Dellia juga. Dia tahu pasti dompet Nara isinya apa saja. Bukan sekedar recehan, kaleng-kaleng belaka. Nara memang slalu terlihat sederhana, namun Della jelas tahu sekaya apa orang tua dan nenek Nara.
Nara lalu menarik temannya itu, sedikit menjauh dari meja kasir. " Gimana dong ? " Rajuknya manja, membayangkan ribetnya nanti membuat ulang beberapa kartu identitas dan yang lainnya.
" Pakai uang aku aja dulu ! " Tawar Dellia.
" Bukan itu ! Kartu identitas sama ATM ku di sana semua. " Keluh Nara.
" Ya, aku tahu. Tapi, itu belanjaan mau dibayar nggak ? Udah dihitung lho ! " Dellia mengingatkan.
Nara melengos melihat barang belanjaannya itu." Ya, sudah. Mau bagaimana lagi. " Keputusan Nara saat itu. Sekali lagi mengecek ke dalam tasnya, barangkali dompet itu ada di sana, terselip. Nyatanya nihil, pencariannya sia-sia.
Dellia pun bergegas berjalan menghampiri kasir dan melakukan pembayaran atas barang belanjaan dirinya dan Nara.
" Nih !! " Beberapa jinjing paper bag milik Nara, Dellia berikan. Sedangkan dia sendiri menjinjing barang belanjaannya yang cukup banyak itu.
" Sekarang ke mana ? " Tanya Dellia.
" Pulanglah, Dell. " Jawab Nara terlihat kesal. Fikirannya menerawang, mengingat-ingat kembali kemana dompetnya pergi.
•
•
🍬 Bersambung ... 🍬
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Lia Eka Pratama
nyimak
2020-12-17
2
❤️YennyAzzahra🍒
Hadirrr lgii
2020-11-19
1
Liska
Makin seru nih...Nara menang banyak dapat cogan tiga sekaligus...😍😍😍
2020-11-18
1