Lima tahun kemudian ...
Pagi itu, Nara yang kini sudah menginjak usia 18 tahun, dan kelas 3 SMA, terbangun dari tidurnya. Dia ingat betul, hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Dulu, sebelum Nara meminta untuk tinggal bersama neneknya, Papa Lucas adalah orang yang slalu pertama kali mengucapkan selamat untuknya. Namun, tidak dengan sekarang, setelah berpisah dan berjauhan cukup lama. Apalagi, bila mengingat kesibukan papanya yang begitu luar biasa.
Belum lagi, mengingat dirinya yang bukan putri kandungnya, tentu saja dirinya akan mudah terlupakan. Walaupun mereka masih sering bertemu ataupun berkomunikasi melalui telfon ataupun video call. Belum lagi kunjungan rutin setiap satu bulan sekali. Mereka masih sering bertemu, walau sebenarnya Nara terlihat menghindar dari pertemuan itu.
Nara mengecek ponselnya. Benar saja, tak ada ucapan atau apapun itu, dari mama, papa dan kedua adiknya. Seolah mereka melupakan dirinya. Mungkin, karena dirinya memiliki darah yang sedikit berbeda.
•
•
Siang itu, seusai sekolah ...
Byuuuuurrrrrrr ...
" Happy Birthday, Andara !! "
" Happy Birthday !! "
" Happy Birthday, semoga panjang umur !! "
Teriak teman-temannya sembari mengguyurkan seember air padanya. Seusai sekolah, dengan masih memakai seragamnya, Nara langsung diseret oleh tiga sahabat terdekatnya.
" Arrrggghhhh ..... !!! "
Pekik Nara saat itu, walaupun terasa dingin dan takut basah, tapi hatinya begitu senang saat itu. Setidaknya, masih ada yang mengingat dirinya. Mengingat hari penting dalam hudupnya saat ini.
Nara sempat berlari kecil saat itu, saat salah satu temannya hendak melemparnya dengan sekantong tepung di tangannya. Berlari menghindar dari lemparan itu.
Buukkk
Suara tepukan berbunyi, namun bukan pada dirinya. Melainkan pada seorang lelaki yang kini telah bertabur tepung di kepala, rambut dan wajahnya. Membuat Nara seketika itu tersontak, tertawa.
" Maaf ! Maafkan temanku ! " Pekik Nara saat itu. Bergerak mendekat membantu membersihkan tepung yang memenuhi wajah dan rambut lelaki itu dengan tangannya yang basah.
Ops. Nara mengangkat kedua tangannya.
Nara terkesiap melihat tatapan lelaki itu. Menatap tajam ke arahnya, namun terlihat begitu teduh dan menghanyutkan, mengingatkan Nara pada seseorang.
Seketika tangan Nara berhenti tadi, tatkala lelaki itu menepis kasar tangannya. Dan berlalu pergi begitu saja, meninggalkan kemarahan dan ocehan yang nyaris tak terdengar itu.
" Sial !! " Gerutu lelaki itu.
" Benar-benar kurang kerjaan ! " Omelnya pelan, terdengar kesal dengan hal sial yang menimpanya tadi. Sembari menggerak-gerakkan tangannya membersihkan dirinya sendiri.
Nara masih berdiri terpaku saat itu. Seraya berfikir dan mengingat-ingat. Sorot mata itu, serasa tidak asing baginya. Sorot mata dari lelaki tadi yang terkena timpukan tepung karenanya. Siapa gerangan, Nara masih belum tahu jawabannya.
•
•
Nara memesan makanan dan minuman di kafe siang itu. Dia telah berjanji untuk mentraktir sahabat-sahabatnya di hari ulang tahunnya ini. Dengan rambut yang terlihat basah, dan pakaian yang sudah diganti. Ya, selain merencanakan pengguyuran padanya, setidaknya temannya juga menyiapkan baju ganti untuk dirinya.
Sementara di sudut kafe tampak seorang lelaki tengah asyik dengan seorang teman sebayanya, sesama lelaki pula, sembari menikmati minuman kopi dingin yang tersaji di atas meja dan sebatang rokok yang terselip di jarinya.
" Guys, gue ke toilet dulu ! " Ijinnya pada temannya itu.
" Siip, Bro ! " Mengangguk, seraya mengacungkan jempolnya.
Braakkkk !!
Pecahan gelas dan piring berceceran. Kala lelaki tadi menabrak seseorang. Belum lagi tumpahan makanan dan minuman yang mengenai pakaian.
" Ma--maaf, Kak ! "
Nara menunduk memperhatikan makanan yang kini berceceran di lantai, dan juga pada pakaian lelaki itu. Andai dia sadar, pakaian yang dia kenakan tampak lebih kotor dari lelaki itu.
" Lo lagi !! " Omel lelaki itu. Siapa sangka, yang dia tabrak itu adalah perempuan tadi, yang membuatnya terkena timpukan tepung di wajahnya.
Tangannya bergerak membersihkan bajunya, yang baru saja dia ganti beberapa menit lalu.
" Lo sengaja ya ? " Ketus lelaki itu kepada Nara yang kini tengah bengong menatapnya. Sepertinya Nara juga mengingatnya.
" Maaf !!! " Ucapnya lirih. Membantu membersihkan baju lelaki itu.
" Sudah ! Sudah ! "
Lelaki itu menyingkir dari sana menuju toilet. Sementara Nara, membantu pelayan membersihkan lantai bersama teman-temannya.
" Aku pesan lagi ya ! Semua ini masukkan ke tagihanku saja nanti. "
Tunjuk Nara pada pecahan piring dan gelas. Sesekali matanya menatap ke arah toilet kemana lelaki itu tadi pergi. Nyatanya, tatapan teduh dan menghanyutkan dari lelaki 'tepung' itu, masih misterius dan membuat dirinya penasaran sampai saat ini.
•
•
" Gila !! Baju lo basah lagi ? " Ledek temannya terkekeh, yang sedari tadi hanya menonton saja insiden itu dari balik meja.
" Dan gilanya, gara-gara dia lagi !! " Keluhnya masam. Tidak nyaman dengan baju basah yang dipakainya kini.
" Oh, jadi tadi itu, gara-gara dia juga. " Gelak temannya. " Jangan-jangan jodoh tuh ! " Tebaknya, bercanda.
Jodoh ? Deg !!
Mendengar kata jodoh, refleks kepalanya menoleh ke arah Nara duduk. Dan tatapan mata mereka bertemu, tatkala Nara yang ternyata juga tengah mencuri pandang pada dirinya. Tatapan mata itu ???, mengerutkan dahinya.
" Jodoh ? **** !! Gak mungkin !! ", umpat lelaki itu pada temannya setelah mengalihkan pandangannya dari Nara.
" Ish !! " Bergidik, secara bersamaan Nara pun mengalihkan pandangannya ke arah teman-temannya.
Dan jadilah makan siang merayakan ulang tahun Nara pun berjalan dengan begitu hangatnya. Mengabaikan lelaki itu, yang sudah pergi entah ke mana. Melupakan insiden tadi dan baru saja.
•
•
Daanish, siapa sangka salah satu dari kembar tiga dimana usia mereka kini telah menginjak usia kuliah, memilih untuk berkuliah di kota ini. Tepatnya, satu kota dengan Nara.
Sementara, Dean dan Daleel memilih kuliah di tempat yang berbeda pula. Alasan mereka begitu klise, ingin belajar mandiri. Padahal, merasa risih karena kemiripan yang mereka miliki menjadi alasan utama.
Daleel datang mengunjungi Daanish. Sekalian cuci mata mencari gadis cantik di kota yang dipilih Daanish untuk dia tinggali sementara waktu kuliah ini.
" Gila, Bro !! Cantik-cantik juga cewek di sini. " Seringai Daleel saat itu. Berucap pada saudara satu rahimnya itu, yang kini duduk di hadapannya bersama dengan satu teman lelakinya, Mike.
" Kapan Lo pulang ? " Ketus Daanish dingin. Diantara ketiga bersaudara, Daanish memang yang paling pintar dan cerdas, sombong dan angkuh juga, satu paket-- karakternya sangat mirip dengan daddynya, Arselli.
Sementara Dean baik hati, supel, dan hangat. Sedang Daleel terkenal liar dan playboy seperti omnya, Lucas.
Mereka bertiga tengah duduk di sebuah kafe, tepatnya di kafe tempat insiden tabrakan Nara dan seorang lelaki tempo hari lalu.
Daleel berjalan ke arah toilet, di sana dia bertabrakan dengan seorang gadis, hingga gadis itu tersungkur ke atas lantai.
" OPS ! Sorry, sorry ! " Ucap Daleel saat itu, refleks. Membantu gadis itu untuk berdiri.
" Lo lagi ?!! " Sembur gadis itu menatap nyalang Daleel, yang ternyata adalah Nara. Kafe ini memang cukup dekat dengan tempat sekolahnya, jadi terkadang kafe ini menjadi tujuan untuk Nara makan siang bersama sahabat-sahabatnya, mengingat salah satu sahabatnya juga kini bekerja di kafe ini.
Daleel mengernyitkan dahi, Lo lagi ??
•
•
🍬 Bersambung ... 🍬
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Alya Yuni
Bukannya hari bhgia tpi hari sialan
2023-01-21
0
Alya Yuni
Hnya di Indonesia hri jad tburn tepung atau telur
lucu skli main buang tepung aja
2023-01-21
0
@M⃠ⁿꫝieʸᵃɴᵉᵉʰʜɪᴀᴛ𓆊🎯™☂⃝⃞⃟ᶜᶠ
hai kak😊
asisten dadakan masih setia berkunjung kembali😉
mampir yuk
semangaaatt ya💪
2020-12-25
0