Dean, setelah pertemuan hari itu dengan gadis yang bernama Andara, tak sekalipun, seharipun, luput fikirannya untuk tak mengingat gadis berparas cantik itu.
Hingga akhirnya kini, hari ini, Dean sengaja mengunjungi saudara kembarnya Daanish, sekalian berkunjung ke sekolah Nara untuk menemuinya. Kebetulan, ada salah satu teman dekatnya yang mengajar kegiatan ekstrakurikuler Tae Kwon Do di sekolah itu.
Siang itu,
" Andara ! "
Sapa Dean pada Nara yang tengah berjalan sendiri sembari menunduk. Dia hendak pulang sepertinya saat itu. Tanpa seseorang menemani, kebetulan sahabatnya Dellia tidak sekolah hari ini, karena sakit.
" Eh ? " Nara menoleh.
Lagi-lagi wajah itu, Daanish-- fikirnya. Dunia ini sempit sekali, ya ...
" Kakak ? " Sapa balik Nara, dengan sopan. Dengan senyuman yang mengembang.
Nara terdiam di tempatnya tadi, sementara Dean bergegas berjalan menghampiri. Memang ini tujuan utama dia datang ke sini, menemui gadis yang bernama Andara. Kesempatan sudah ada di depan mata, setelah tadi mencari dengan cukup lama, tentu saja Dean tak akan menyia-nyiakannya kesempatan ini begitu saja.
" Kamu mau pulang ? Gak ikutan kegiatan ekstrakurikuler gitu ? " Tanya Dean bertubi.
Lelaki yang Nara kira adalah orang yang sama dengan lelaki yang makan siang dan pulang bersamanya minggu lalu--Daanish, terlihat begitu antusias dan bersemangat untuk berbicara dengannya, terlihat dari sorot mata dan gerak tubuhnya.
Tak seperti biasanya, dingin, cool, jutek, dan sebagainya. Sepertinya semua sikap buruk dia punya. Spesialisasinya. Tapi sekarang ??
" Emh ... nggak, kak. Aku gak terlalu suka. " Nara menjawab apa adanya.
" Kok gitu, padahal bagus lo buat pengalaman, buat nambah nilai juga. " Timpal Dean.
Padahal, tidak masalah samasekali bagi Dean jika Nara memang tidak suka, dia hanya ingin mengajak Nara ngobrol saja.
" Nggak ah. Lagian aku cukup sibuk juga, Kak. Di rumah aku juga harus les private ... " Bla bla bla, Nara menceritakan alasannya.
Dengan setia Dean mendengarkan, sembari menatap Nara dalam. Benih-benih cinta sepertinya mulai tumbuh menjalar, dari tatapan mata turun hingga ke hati.
Cukup lama mereka mengobrol berdua, sembari berdiri di koridor sekolah Nara. Tanpa terasa, hampir setengah jam lamanya mereka dalam posisi itu, cukup pegal juga. Memberanikan diri, Dean mengajak Nara untuk makan siang bersama. Laper katanya.
" Makan siang, yuk ! " Ajak Dean sembari meraba perutnya sendiri--kode. Tak ingin Nara menolak ajakannya, terlihat dari sorot matanya yang tak ingin ditolak.
Melihat tatapan mata itu, Nara bisa apa. Tidak enak jika menolak begitu saja. Eit, tunggu dulu, kok ...
Tak ada lagi sorot mata teduh nan menghanyutkan yang sempat Nara lihat saat pertama kali bertemu Daanish dulu, tentu saja Daanish yang asli.
Nara baru menyadari, beberapa kali bertemu dengan Daanish, bukan hanya sikapnya yang sering berubah-ubah, tapi sorot matanya juga.
Ah .. sudahlah. Nara, enggan terus memikirkannya. Bikin pusing saja. Lagipula status hubungan mereka apa ?
" Yuk ! " Jawab Nara sembari berjalan beriringan dengan Dean, menuju kafe yang ada di depan sekolah Nara.
Di dalam kafe, mereka menikmati makan siang dengan begitu asyik. Sembari mengobrol berbagi cerita.
Jadi inget terakhir kali makan siang bersama Daanish. Saat itu-- Daanish bersikap begitu dingin, berbeda dengan sikapnya sekarang. Cukup hangat dan menyenangkan.
" Kamu udah punya pacar, Andara ? " Dean memberanikan diri bertanya.
" Belum. " Jawab Nara singkat, sembari fokus dengan santapan makan siangnya.
" Masa sih. Cantik gini. " Goda Dean, seraya memuji gadis yang menurutnya memang cantik itu.
" Belum boleh, kak. Masih di bawah umur katanya. " Andara terkekeh menjawab pertanyaan itu.
Dean tertawa mendengar jawaban itu, terdengar lucu di telinganya. Sekaligus ada rasa hangat di dalam hati. Mengetahui Andara yang belum punya pacar, rasanya bahagia sekali.
" Boleh dong, jadi pacar kamu ? " Goda Dean bercanda. Dari jawaban Nara tadi, sudah jelas Nara belum mendapat ijin untuk menjalin kisah kasih, apalagi di sekolah.
" Uhukkk, uhukkk ... !! " Nara terbatuk mendengarnya.
Dengan sigap Dean menyodorkan segelas air putih pada Nara." Bercanda kok ! " Ucap Dean merasa bersalah.
Dengan cepat Nara menerima gelas itu, meminumnya secara perlahan, sembari menepuk-nepuk dadanya sendiri. Mengalihkan pandangan dari lelaki yang ada di hadapannya sedari tadi, yang kini tengah menatapnya dengan tatapan penuh arti, kecemasan diantaranya, Nara cukup mengerti.
" Makasih, Kak. " Ucap Nara tulus.
Setelah beberapa lama, Nara memutuskan untuk pulang. Waktu sudah menjelang sore, sudah saatnya dia kembali ke rumah. Padahal Dean masih ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan gadis incarannya itu.
" Aku anter, ya ? " Tawar Dean.
" Nggak usah, Kak. Aku bawa kendaraan sendiri kok. " Jawab Nara tidaklah bohong.
Dean menghela nafas kasar, mendekati gadis seperti Andara cukup sulit juga. Dia cantik, pintar dan mandiri. Selain itu, dia tidak mudah terbawa perasaan.
Berbeda dengan perempuan lain, yang biasanya mudah didekati jika lelaki seperti dirinya yang jelas tampan, kaya, pintar dan baik hati mendekati, bahkan mereka cenderung mendekatinya lebih dulu.
Dengan sedikit tak rela, Dean melepas Nara pergi setelah sesaat lalu mengantar Nara ke tempat mobilnya diparkir. Sebuah mobil dengan brand ternama, keluaran terbaru. Dean cukup mengerti, Nara ternyata bukan perempuan dari kalangan biasa, tajir juga.
" Hati-hati ... " Dean melambaikan tangannya pada Nara. Mereka bersitatap melalui jendela kaca. Terlihat Nara membalas lambaian tangannya, dengan seulas senyuman manis tersungging di bibirnya.
Untunglah Dean tidak terlalu kecewa. Mengingat kini dirinya punya nomor ponsel Andara. Walaupun bukan dia dapatkan dari Nara, melainkan dari murid Tae Kwon Do temannya.
•
•
Daanish membuka pintu salah satu kamar rawat di rumah sakit. Tempat dimana Arsy, pacar Daleel tengah dirawat, akibat kecelakaan mobil yang dialaminya satu minggu lalu.
Kecelakaan yang terjadi tepat disaat Daleel mengantarkan dompel milik Andara. Hingga akhirnya Daleel pergi dari sekolah Nara tanpa sepengetahuan Nara, sesaat setelah mendapat panggilan telfon saat itu.
Daanish terus berjalan masuk ke dalam ruangan rawat itu. Tampak Daleel dengan setia menunggui Arsy di sampingnya.
" Gimana kabarnya, udah sadar ? " Daanish menanyakan kabar teman satu universitas, namun beda fakultas itu.
Awalnya, dulu Arsy sangat menyukai Daanish, karena sering mendapat penolakan darinya akhirnya Arsy menyerah.
Siapa sangka suatu saat Daanish menyerah dan mau menerima Arsy. Nyatanya, setelah diselidiki lebih dalam lagi, itu ulah Daleel yang berpura-pura menjadi Daanish.
Dan sampai saat ini, mau tidak mau, Daleel meneruskan hubungan itu. Walau belum ada cinta, Daleel merasa nyaman dengan Arsy. Hanya sebatas itu.
" Kemarin udah sadar sih, sekarang lagi tidur dia. " Jawab Daleel terlihat cemas. Wajahnya terlihat pucat saat itu.
Walau hubungannya dengan Arsy dia anggap main-main belaka, tapi jika berhubungan dengan nyawa, Daleel cemas juga.
Bagaimanapun Arsy begitu mencintainya--itu yang sering Arsy bilang padanya. Dan sepertinya Daleel belum siap kehilangan Arsy yang begitu baik dan pengertian padanya.
Mereka memang berpacaran, namun ada hubungan yang lebih dalam diantara mereka, yaitu persahabatan. Itu yang lebih penting.
Nyatanya, selama dua tahun menjalin hubungan, Daleel tidak pernah bisa mencintai Arsy, hanya sebatas sahabat yang slalu mengerti akan semua isi hati.
" Lo jangan lupa makan, Dale ! " Daanish mengingatkan. " Jangan sampai lo sakit, bagaimanapun Arsy butuh Lo. " Nasihat Daanish pada saudaranya.
" Oh iya, Dean ... " Daleel bermaksud menanyakan Dean. Nyatanya belum sempat kalimatnya usai, Dean sudah berada di belakang punggung Daanish.
" Kok gue baru tahu ? " Dean langsung menghambur mendekati Daleel dan Arsy yang masih tertidur saat itu.
Sepulang makan siang bersama Andara, dia menelfon Daanish menanyakan keberadaannya dimana. Bermaksud untuk sekedar ikut menginap dan beristirahat di apartemennya.
Nyatanya, kabar buruk ini yang dia dapat. Dean memang tidak terlalu dekat dengan Arsy. Namun, sedikitnya dia tahu betapa besar cintanya Arsy pada Daanish dulu, dan pada Daleel dua tahun ini.
Ya, walaupun mereka sering berkonflik dan bertengkar, atau merasa risih dengan kemiripan mereka. Belum lagi ketidak cocokan akan sikap kontras yang cenderung bertolak belakang diantara mereka, nyatanya-- sebagai saudara, rasa solidaritas masih dijunjung tinggi dan dihormati.
Hati tetap saling menjaga untuk saling menyayangi dan mencintai. Layaknya saudara yang tumbuh bersama sedari kecil dulu, bahkan sedari dalam kandungan ibu mereka.
•
•
🍬 Bersambung ... 🍬
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Aldekha Depe
ahhhh cintaaa
2020-11-21
1
❤️YennyAzzahra🍒
like smp akhir ya
Jgn lupa feedback
2020-11-20
2
Ayank Ryeoun
Boom like buatmu kak ❤❤❤
2020-11-19
1