Ara
tak henti melihat mama dan papanya yang sangat menikmati makan malam
itu, lalu riri dan ari yang ada disampingnya dan tak luput memandang
calon suaminya, yang baru sekejap dia temui, bahkan sudah bisa merebut
hatinya, hati mama dan papanya, juga adik-adiknya.
'Aku rasa aku sudah mencintaimu.' batin ara menatap alex.
Sejak tadi alex tertunduk, sesekali menikmati makanannya malam ini
dan melihat ponslenya dibawah meja. Membaca setiap sms yang masuk ke
ponselnya, ponsel dengan mode getar.
Kringg...
Hingga getarnya berganti dering. Alex lupa mematikan nada dering
ponselnya, karena biasanya yang telpon itu orang-orang penting,
menyangkut pekerjaan tapi ini.
'Ngapain kamu balik lagi. Salah kamu dulu pergi dan tega ninggalin
anak kita gitu aja. Andai sedikit saja kamu tinggal lebih lama lagi
dengan ku, mungkin tak akan seperti sekarang dan dengan seenaknya kamu
cari kita.' batin alex melihat panggilan dari mamanya ali, yang entah
menelpon dari mana. Alex lihat dengan nomer telpon luar negeri.
Alex langsung mematikan ponselnya. Dia kembali akan menikmati makan
malamnya, sampai pandangannya bertemu dengan ara yang sejak tadi
memperhatiman alex. Wajah alex menyiratkan, kekhawatiran. Ara jadi ikut
khawatir menatap alex dari tempat duduknya. Alex hanya menyunggingkan
senyum pada ara dan kembali menikmati makan malamnya.
*
"Mamaa!"
Ali terbangun, seakan memiliki ikatan. Tentu, anak dan ibu memang
memiliki ikatan. Mamanya sedang mencari ali dan ali yang sedang tertidur
pulas, di rumah, di kamar alex, yang harusnya alex ada disamping ali,
ini tak ada. Ali menoleh ke sambung tempat tidurnya.
"papa.." Ali menangis sendiri, setelah mimpi buruk dan tak menemukan alex ketika dia butuh.
"papaa.." alex keluar, menangis mencari papanya. Tapi ali tak juga menemukannya.
"Den ali, kenapa?" malah bibik yang datang, menghampiri ali dan mencoba menenangkannya.
"Papa mana, bik?" tanya ali lagi, yang tak bisa berhenti menangis.
Hanya alex yang dibutuhkan ali sekarang. Tapi alex malah sibuk dengan
ara.
"papa den ali, lagi keluar sebentar. Den ali sama bibik ya."
"Papa kemana bik? ali mau papa?"
Ali terus merengek, bibik akhirnya menelpon alex untuk ali.
*
Terlambat. Karena alex merasa terganggu. Alex mematikan ponselnya.
Beberapa kali bibik mencoba menelpon juga percuma. Hingga mereka selesai
makan malam.
"Lex, kita pulang langsung ke rumah ya." Dimas pamit pada alex setelah mereka sampai diluar cafenya.
"Iya om." Alex.
"kalian ikut pulang ya?" kata lala, meminta anak-anaknya untuk pulang.
"tergantung kak ara, kalau kak ara pulang. Riri juga pulang." kata riri, merangkul lengan sang kakak dengan manja.
"ari juga, seru di rumah kak alex. Ada ali yang bisa diajak main." Ari juga.
"Pulang aja, kalian ini ngerepotin alex tau gak." dimas malah yang keberatan.
"gak apa-apa om, tante. Ali seneng kok main sama ari." alex malah
mendukung. "aku juga gak keberatan riri dan ari di rumah. Rumah lebih
rame."
"yes, kalian gak usah pulang aja sekalian. Biar mama sama papa bisa
bulan madu tiap malem." gilaknya dimas kumat. Tanpa malu, dia mengatakan
itu didepan alex. Lala yang kesal bercampur malu memukul lengan dimas.
"apaan sih, ngomong gitu didepan anak-anak."
"Gak apa-apa ma, kita udah gede juga kali. Kita tau." ara.
"riri gak tau kak?" riri menggeleng pada sang kakak.
"anak kecil, gak perlu tau." Ari dengan telapak tangannya yang besar
langsung menutup muka riri dengan telapak tangannya. Supaya gak lihat
dan menghiraukan ucapan mama dan papanya.
Alex hanya tertawa. Dimas dan lala masuk ke mobilnya, lala
melambaikan tangan pada ketiga anaknya. Dimas juga, mobil mereka pergi
duluan. Diikiti mobil alex, alex dibantu ari menutup cafenya. Juga ada
dua satpam yang membantu, yang bekerja disana. Setelah itu alex yang
menyetir, dan kembali ke rumahnya.
*
Ali sudah kembali tertidur dipangkuan bibik. Ali sudah sering seperti
ini, kalau papanga meeting, tak bisa diganggu, bibik yang akan bersama
ali, entah main atau bahkan menemani sampai ali tidur seperti malam ini.
Setelah mobil mereka sampai, Ari segera turun, begitu juga riri dan
ara. Ara meminta Riri untuk masuk duluan, dia akan menunggu Alex selesai
memasukan mobilnya ke garasi.
"Bik, ali kok tidur disini?" Ari yang akan masuk melihat ali tidur di sofa didepan tv, dengan paha bibik sebagai bantalannya.
"kenapa kak?" riri juga ikutan berhenti. Riri kasihan melihat ari, gak punya mama dan lebih dekat dengan pembantu.
"tadi nangis, gak tau kenapa? mungkin mimpi buruk, gak mau balik ke
kamar sebelum papanya pulang." bibik menjelaskan pada ari dan riri.
*
"Ra, gak masuk."
Ara menunggu diteras rumah alex. Alex yang sudah memasukan mobil ke
garasi langsung akan masuk ke rumah, tapi alex malah melihat ara yang
masih diluar.
"gak apa-apa, nungguin mas alex. Mau bilang makasih. Makasih banyak buat semuanya." Ara.
Alex tersenyum. Alex membuka tangannya, telapak tangannya, meminta
izin untuk menggandeng ara masuk kedalam rumah. Ara tersenyum, dia
meraih tangan alex, menyelipakan jari-jarinya kesela-sela jari alex yang
kekar dan lebih besar dan panjang dari telapan tangan mungil ara.
Mereka masuk dengan bergandengan tangan.
Ketika mereka masuk, mereka melihat ari dan riri yang masih berdiri didekat tv. Alex dan ara menghampiri keduanya.
"kenapa dek?" tanya ara, takut ada apa-apa. Mereka langsung menyingkir dan menunjuk kearah ali yang tidur pulas disana.
"Ya ampun, alii." Ara langsung melepaskan tangan alex dan mendekati ali. Begitu juga dengan Alex yang mendekati ali.
Ara mengusap kepala ali dengan penuh kasih sayang. Ara tau rasanya,
dia sedikit banyak sama dengan nasib ara kecil, ditinggal mamanya. Ara
sangat menyayanginya, tapi tak pernah menunjukannya kalau ali sedang
sadar, bangun. Mereka lebih sering mengejek.
"Kok bisa tidur disini, bik?" tanya ara pada bibik. Alex senang ara benar-benar pilihan yang tepat untuk dia jadikan mama ali.
"Tadi teriak panggil mamanya, terus nyari tuan alex, non. Gak mau balik ke kamar sampai tuan alex pulang katanya."
Alex tau, alex lupa ali sering mengigau dulu, dia beberapa kali tanya
pada alex, tentang mamanya, sampai sering terbawa mimpi. Bahkan setelah
alex memberitahu tentang mamanya, ali masih suka bermimpi, ingin
bertemu mamanya, tapi tinggal di indonesia, satu tahun lebih di
indonesia, membuat ali tak lagi bermimpi, dan kali ini, ketika mamanya
telpon, ali pun ikut bermimpi.
'inikah ikatan batin antara anak dan ibunya' batin alex, menatap
alinya yang tertidur pulas. Sedikit menyesal karena dia meninggalkannya.
"Mas," ara membuyarkan lamunan alex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Naftali Hanania
👍
2021-05-14
0