Ara
memutuskan menginap di rumah alex. pertama, mau diapakan juga ara tak
bisa menjauh dari alex, dia juga akan menikah pada akhirnya dengan alex,
jadi Ara pasrah saja. Kedua, Ara tak ingin Eki kena marah sama papanya.
Alasannya, urusan Alex.
"Silakan masuk. Kamu bisa tidur di kamar tamu." kata alex mempersilakan Ara masuk. Ara hanya mengikuti alex.
"Bik, tolong anter nona ini ke kamar tamu ya."
Tuh kan, ara bilang juga apa, alex itu sopan dan baik, gak tau kenapa sampai punya anak tidak sah.
"Ayo non."
"iya bik. Makasih." Ara dengan tangan yang masih memegangi pipinya,
menutupi pipinya mengikuti langkah pembantu alex yang menunjukan kamar
tamunya.
"silakan istirahat non." pembantu alex membukakan pintu pada ara.
"Iya," ara mengangguk, untuk berterimakasih dan masuk ke kamar tamu alex.
***
Alex memgambilkan beberapa piring untuk wadah makanan yang dia beli
untuk Ali. Mereka ada ditempat kesukaan Ali, disofa depan tv. Dengan
menonton film kesukaannya juga, transformer.
"Al, bagi buat kakak yang didalem boleh gak?" Alex minta izin untuk mengambil dua roti yang ali beli.
"Boleh pa, kasian tadi kena pukul ya pa? pasti sakit. Om itu, tadinya
mau pukul papa ya?" tanya ali sambil sesekali meminum icenya.
Alex hanya tersenyum, ali sudah punga sedikit simpati untuk Ara,
semoga bisa cepat dekat kalau mereka sudah resmi menikah. Alex membawa
makanan dan minuman ke kamar tamu.
"bik, tolong bawain air dingin sama handuk ya, buat ngompres." Alex meminta tolong pada bibik yang baru saja dari kamar tamu.
"iya tuan." Bibik pamit ke dapur.
tok tok...
Alex mengetuk pintunya sebelum masuk. Ara membuka pintunya dan mihat alex yang membawakan makanan.
"Mau saya taruh didalam, atau mau?" alex memberikan piring dan minumannya pada ara.
Ara masih tak habis pikir, sikap alex sopan kan? tapi kenapa bisa ada ali?
"Terimakasih." Ara mengambilnya dan membawanya masuk dan menaruhnya ke kamar, sendiri.
"sama-sama." Alex pun pamit, meninggalkan ara di kamar tamunya.
"Maaf," ara kembali memanggil alex, masih bingung mau panggil alex
apa. "anda, tidak lupa telpon papa saya kan?" kata ara dengan sangat
formal dan hati-hati.
"Mau saya telponkan sekarang?" tanya alex, ara mengangguk. Takut papanya khawatir dia gak ada kabar.
Alex pun menelpon papanya ara, menelpon dimas. Ara tak tega
membiarkan alex berdiri didepan pintu. Ara pun memberi isyarat pada alex
untuk masuk, dengan membuka pintunya lebih lebar, dengan kaki, karena
tangannya penuh makanan dan minuman.
"masuk saja, dari pada berdiri diluar. Duduk saja didalam." kata ara
mempersilakan si tuan rumah. Kurang sopan apa lagi alex dengan sikapnya
seperti itu.
"iya." alex pun masuk dan duduk dipinggir tempat tidur.
Ara mengambil rotinya, memakannta sedikit demi sedikit, walau pipinya
masih terasa sakit. Ara lebih memilih sedikit menjauh dari alex yang
duduk di ranjang, ara berdiri didekat jendela. Melihat ke luar rumah
alex, melihat pemandangan dari atas, dari lantai lima.
"Halo, om. Ini alex."
Ara mendengar sambungan telpon alex sudah diangkat oleh dimas,
papanya dan alex bahkan sudah bicara dengan sang papa. Ara hanya
memperhatikan dari jauh.
"Ini ngomong sama anaknya sendiri ya om."
Ara membelalakan matanya melihat Alex yang berdiri dan berjalan mendekatinya. Akex memberikan ponselnya pada ara.
"papa sama mama kamu mau ngomong langsung katanya." alex.
"halo pa, ara udah ketemu sama..." ara berhenti, gak mungkin panggil
om alex kan. Aduh, ara bingung panggilnya, alex doang juga gak mungkin.
"Mas alex." ara tak yakin itu panggilan yang tepat atau tidak, setidaknya mamanya seperti itu pada papanya, yang juga duda kan.
"Ara nginep di rumahnya. Ara mau lebih kenal mas alex dulu pa,
sebelum pernikahan." kata ara, to the point. Lalu meamatikan telponnya.
Alex tak percaya mendengarnya, dia juga penasaran, apa itu artinya ara menerima perjodohan itu, atau bagaimana?
"ini ponsel anda." ara mengembalikan ponselnya.
"non, ini air dingin dan kompresnya." bibik datang membawakan apa yang alex minta tadi.
"biar alex bik. Makasih ya bik, tolong awasin ali." alex menyimpan
ponselnya, menghampiri bibik dan mengambil wadah air dan handuknya.
"obatin dulu, pipi kamu." Alex memberikan handuk kecilnya pada ara.
"iya." ara mengambil handuknya, mencelupkannya ke air dingin dan menempelkan perlahan ke pipinya.
"ahk.." ara memekik kesakitan ketika dia sendiri menempelkan handuknya ke pipi bekas kena hantam eki.
"mau saya bantu,"
Ara menyerahkannya, kalau dia sendiri, gak akan sampai kena pipi,
baru saja kena dikit, langsung ara jauhkan handuknya. Alex menaruh wadah
air dinginnya, dia mulai mengompres pipi ara dengan sangat pelan.
"Jangan terlalu ditekan, sakit."
"iya."
Tapi tetap saja, rasanya sangat sakit bagi cewek yang kena hantam
cowok. Ara yang kesakitan refleks memegang baju dan meremas baju alex
yang ada didepannya.
"pelan-pelan." pintanya pada alex dengan memejamkan mata.
intinya posisinya seperti ini.
"Ara, apa tadi artinya kamu mau menikah dengan saya?" alex bertanya disela-sela mengompres pipi ara.
***
Manis banget sih ta sikap alex,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Naftali Hanania
mas....hehe 😆
2021-05-13
0
Ima Kalibaru
lanjut 💪 author dan sehat selalu 😘
2021-03-03
0
Ila Syaqilla
Alur Cerita sdh mulai....,👏👏👏
2020-11-19
2