Ali tak suka melihat papanya, baru kali ini sang papa dekat dengan wanita. Rela meninggalkan pekerjaan.
"Awas aja kamu tante cengeng, aku bakalan kerjain kamu biar kamu cepet pergi dari rumah. Biar papa cuma perhatian sama aku."
Ali berdecak pinggang lalu pergi. Dia mengganti seragam olahraganya
dengan pakaian bermain, lalu mengambil bolanya. Bermain bola disamping
rumah sambil memikirkan bagaiama cara mengusir ara dari rumahnya.
"gimana ya caranya?" tangan telunjuk ali bermain didagunya, memikirkan sesuatu.
"langsung bilang ke papa, apa ya?" pikir ali.
"Ara, mau minum dulu? atau mau telpon mama kamu?"
Alex masih didalam, masih dalam pelukan Ara. Ara terlalu nyaman dalam pelukan alex, rasanya tenang saja.
"enggak usah om, nanti mama marah sama eki. Maaf saya lancang peluk."
Ara baru sadar, dengan apa yang dia lalukan. Ara langsung melepas pelukannya pada Alex dan sedikit menjauh darinya.
"minum aja." Ara ingin meraih minumannya. Tapi alex langsung membantu.
"kak ara kenapa ya? Ngapain juga nginep gak pulang?"
Riri masih di sekolah, tiba-tiba saja hati ada tak tenang. Terlebih
penjelasan eki dan niko tak jelas. Mereka hanya bilang, gak sengaja
ketemu di cafe, waktu jalan di mall.
"riri rindu kak ara."
riri tak henti menatap layar ponselnya, layar ponsel dengan walpapernya dan sang kakak.
"Kak, ke rumah kak alex yuk. Kita liat kak ara, pengen ke sana nanti. Minta alamat papa sama papa aja. Pasti papa tau kan?"
Eki yang mendengarnya makin khwatir, takut kalau ketahuan, habis sama
Ari. Kalau dipukul sih gak masalah, kalau dilarang deket sama ara, mati
lah eki.
"Ra, lagi pendekatan kali, masak mau ganggu." Timpal eki begitu saja.
"iya sih dek, ganggu nanti." ari ikut setuju dengan ucapan eki.
Eki mengelus dada lega. setelah makan di kantin. Bel jam terakhir
kembali berbunyia. Riri masih memandam kerinduannya tak melihat sang
kakak semalaman.
Riri nanti mau nekat ahh, liat kak ara.' batin riri senang.
Tugg...
"aduh, ali main bola kok sampek dalem sih."
Ara keluar, perutnya sudah tak terasa sakit, tapi lapar lagi. Dia
mencari bibik, tak ada di dapur. Ara keliling, tak jauh dari tempat ali
bermain bola, samping rumah alex langsung tersambung ke taman samping,
dengan pintu yang super lebar.
"rasakan tendangan ali."
Ali menggunakan kesempatan itu untuk mengerjai ara, mendendang dengan kencang dan memfokuskannya ke ara.
Yezz..
Ali bersorak senang, tepat kena sasaran, kena kaki ara. Ara refleks kesal dan memarahi ali.
"poni batokkkk... Ngapain nendang bola kedalem, kalau kena
barang-barang dimarahin lo sama papa lo." ara mengusap tulang kakinya
yang sakit kena tendangan kuat ali. Kuat juga ali nendangnya. Beneran
ara kesakitan.
"gak akan lah, papa gak pernah marah sama ali. Wlee... tante cengen.
Jangan nangis, kena tendangan anak kecil juga." Ali balik mengejek,
menjulurkan lidah.
"Ali." Alex datang dan langsung membentak ali. Ali kaget bukan main, ini kali pertama alex membentaknya.
"main bola yang bener. Kalau tantenya kena, terluka, sakit gimana?" Alex lagi, dengan nada yang masih nyaring.
wehh... tante?
ara langsung menoleh, tak terimalah disebut tante. Tapi mau protes, tatapan alex bahkan untuk ara saja menakutakan, apalagi ali.
"papa jahat. Gara-gara tante cengeng, papa bental ali. Papa udah gak sayang sama ali. Papa lebih sayang sama tante cengeng."
Ali berlari masuk, mengambil bolanya dan naik ke kamar atasnya. Lebih
sayang sama tante cengeng kata ali? ara menggeleng menyadarakan diri,
itu hanga ucapan anak kecil yang tak tau apa-apa.
"Mas,"
Ara tak sengaja memanggil alex seperti itu, ketika alex dengan
tatapan marah ingin mengejar ali ke atas. Ara menahan tangan alex, takut
alex lepas kendali dan emosi. Padahal ara gak apa-apa juga kok.
"jangan dimarahin lagi, apalagi pukul, jangan main tangan. Kasian. Aku gak apa-apa kok."
"enggak kok, aku cuma amu ambil bolanya. Kan bolanya kotor, masak dimasukin ke kamar."
Ahh... ara langsung memalingkan muka. Malunya ara. Ara nyengir dan melepaskan tangan alex. Alex tersenyum pada ara.
bahkan senyum alex bagi ara terlihat manis sekarang, kenapa yah? baru kali ini ara merasakan seperti itu.
Tok tokk
Ara mendengar suara ketukan pintu. Beberapa kali, ara ingat bibik tak
ada di rumah, mungkin juga masih belum pulang. Ara pun berjalan ke
pintu utama rumah alex dan membukanya.
"Kakak, pipi kakak kenapa?"
Ara kaget, ternyata itu ara sama ari. Ara langsung menutupi pipinya. Ara mencoba memalingkan muka dari ari dan riri.
"kalian ngapain kesini? nanti ganggu mas alex."
Ari melotot sempurna. Baru kali ini dia mendengar ara yang kurang ajar memanggil seorang pria dengan hormat seperti itu, mas?
"tapi, pipi lo kenapa kak?"
Ari langsung berdiri didepan ara, menangkup wajah sang kakak yang menunduk, dengan tinggi sebahu ari, ari kesusahan melihatnya.
"ihh, sakit tauk."
Ara langsung mengeplak tangan ari yang memegangi pipinya. Sedikit memencet pipi tembemnya bahkan.
"iya, itu kenapa kak sampai bengkak? lebam gitu?" riri khawatir melihat kakaknya seperti itu.
"kak, alex ya main kasar." tuduk ari, mengingat alex punya anak tidak sah.
"kak, itu orangnya." bisik riri menepuk pundak ari yang tak melihat alex berjalan ke arahnya.
"Bukan, jatoh waktu main basket sama anak-anak kemarin." ara berbohong.
Ari diam, menruntutkan peristiwa yang dia tau, kakaknya gak main basket kata eki kemarin, kapan jatuhnya? main sama siapa?
"sama eki dan niko kak mainnya kemarin?" tanya ari mengintrogasi.
"iya."
"mereka bilang, Mereka kan cuma hangout, jalan ke mall sama kakak. Terus kapan mainnya."
Duhh... ara lupa, Ara meruntuti dirinya yang dengan bodohnya
mengatakan hal itu. Ali yang ikut turun, disuruh alex minta maaf ke ara,
langsung menjawab rasa penasaran ari dan riri.
"kemaren kena pukul temennya on, tante cengeng."
Kata-kata ali langsung menarik perhatian riri dan ari. Dipukul? tante cengen.
"Eki atau niko kak?" tanya ari to the point.
Siapa lagi yang sama kakaknya kemarin. Ara menggeleng, tak menyetujui ucapan ali.
"gak bukan mereka."
"bohong itu gak boleh tante cengen."
Riri dan ari makin yakin. Tangan ari sudah mengepal sempurna, urat lehernya bahkan kelihatan menonjol, ari menahan marah.
"gilak tuh, mau eki atau niko, mereka harus dikasih pelajaran. Beraninya pukul cewek."
Ari langsung berkari ke arah mobilnya, baru saja sampai, jadi supir
dan mobilnya masih disana. Ari langsung meminta supir untuk ke rumah
niko atau eki.
"Ari, ari..."
Ara tak biss menahannnya, ara mencoba mengetuk pintu mobil ari,
meminta pada supir untuk berhenti. Tapi ari mengancam akan memecat
supirnya kalau supir sampai berhenti.
"jakan Pak!"
bentak ari pada supirnya.
waduh, pengawal nomer saty ara ngamuk. gaswat, babak belur loh k
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Naftali Hanania
wah....ternyata ketauwan jg 😁
2021-05-14
0
Ima Kalibaru
Eki dan Niko siap siap kenak amukan Ari
2021-03-03
0
Ila Syaqilla
Terbongkar deh....🥴
2020-11-19
1