"iya, apa kata-kata saya ditelpon, pada papa saya tidak jelas untuk anda, tuan alex."
Ara menjauhi alex, yang tanpa dia sadari sejak tadi, yang membantu
mengobatinya, menatapnya lekat. Ara langsung berjalan dan duduk
dipinggir ranjang.
"kenapa?" Alex giliran bersandar di jendela, menatap aranya, bisa kan
disebut aranya, akan segera kan jadi aranya Alex? Alex menatap ara dari
jauh.
"Saya butuh bantuan anda, selain untuk perusahaan. Yang tadi, anda ingat, dua cowok yang bersama saya?"
Ara menatap alex, alex yang sejak tadi menatap ara yang sibuk mengompres lukanya sendir, langsung berpaling. Agar Ara tak tau.
"iya, kenapa?" alex, mengingat tadi.
"mereka sahabat saya, tapi sedikit gila. Kami sudah berjanji tidak
akan saling menyukai satu sama lain, tapi mereka tina-tiba bilang
menyukai saya."
"emm..." ara tak yakin, tapi setidaknya ini bisa jadi alasan kedua, kenapa dia harus menikah dengan ale. Ara mendekati alex.
"Saya ingin menikah dengan anda dan bisakah anda nanti bilang, kalau
kita memang sudah saling mencintai sejak kecil?" ara mencoba
bernegosiasi, memikirkan alasan yang tepat.
"hah?" alex tak percaya mendengar ucapan ara.
Tapi jauh dari ucapan bohong ara, alex sudah mencintai ara, sejak
melihat tawa ara di ponsel, ketika lala dan dimas mampir ke rumah orang
tuanya di singapur dulu. Lalu ketika hari lounching mobil itu. Itu
kenapa alex meminta mamanya menerima tawaran dimas, dan mau jadi model
untuk hari itu.
"Bagaimana bisa? kita tak pernah bertemu atau berhubungan selama ini?" alex, menyangkal. Alasan Itu terlalu tak masuk akal.
"ahh, iya. Itu tak masuk akal."
Alex tersenyum melihat wajah ara yang cantik, yang menunjukan rasa kecewa mengingat alasannya benar-benar tak masuk akal.
"Sudah lah, tidak perlu beralasan. Bilang saja, setelah hari ini,
malam ini, saat kita berdua bersama, kita sudah mulai jatuh cinta.
Supaya Niko dan Eki tidak akan mengharapkan balasan cinta saya.
bagaimana?"
"Tidak masalah, itu lebih baik."
"Tapi, om." Ara kelepasan panggil alex, om. Alex hanya tersenyum.
"emm, setelah menikah anda tak menginginkan kita untuk berhubungan
badan kan... maksudnya, hubungan suami istri. Itu hanya status kan?"
tanya ara dengan ragu.
"tidak perlu, saya hanya butuh status kamu sebagai istri, dan untuk status sebagai ibu Ali." jelas alex.
"hah, status ibu ali?"
Alex pun menjelaskan, untuk dolumen sekolah, untuk surat kelahiran
ali, alex meminta nama ara untuk ara berikan kepada ali, sebagai ibu
sahnya secara hukum.
"Boleh tau, bagaimana bisa ada ali?"
Keduanya jadi hanyut dalam obrolan itu, mereka duduk bersama, diatas
ranjang, ara menekuk kakinya dan memperhatian penjelasan alex dengan
seksama.
"saya saat itu, seusia kamu mungkin. Sekolah menengah atas, entah
tepatnya usia berapa. Tak sengaja minum, hingga mabuk dan tidur dengan
salah satu teman wanita saya, sampai ada ali."
"dia sempat tinggal di rumah, sampai melahirkan ali, tapi ketika ali sudah lahir, dia menghilang begitu saja."
"dia bilang, dia punya impian untuk sukses dan menjadi model,
makannya dia tak ingin menikah secara resmi, karena status sangat
berpengaruh untuk profesinya."
Ara hanya diam dan menunduk, kasihan juga nasib ali. Mengingat dia
juga ditinggal mamanya, bedanya mama tania meninggal, ini dengan tidak
punya hati mamanya meninggalkan ali yang bagi begitu saja.
Tadinya ara tak ingin menangis, tapi juga karena mengingat dulunya sedikit bernasib sama, ara jadi sedih.
"Ra, kenapa? pipi kamu sakit lagi?" tanya alex pada ara yang
didepannya, karena dia menunduk dan alex dapat mengdengar isak
tangisnya.
"iya." ara bilang saja seperti itu.
"mau ke dokter? atau saya panggilkan dokter untuk mengobati pipi kamu?" tanya alex, meminta izin.
"Udah malem, besok aja." Ara melirik jam diponselnya.
Jam diponsel ara menunjukan pukul sepuluh lebih. Alex beranjak dari
tempat tidur ara, untuk meninggalkan ara supaya bisa beristirahat.
"Om," ara memanggil alex.
Seakan sudah terbiasa, walau baru dua atau tiga kali, alex rasa ara memanggilnya, Om. Alex menoleh.
"Kenapa?"
"janji ya, gak akan ada hubungan badan sebelum kita beneran saling cinta. Sebelum saya lulus sekolah."
Alex tersenyum, sebelum? berarti ada kemungkinan setelahnya, ada dong? Alex mengangguk.
"Om, janji om?" ara menunjukan jari kelingkinganya, janji jari kelingking sebagai peresmian saling mengingat janji.
Seperti anak kecil, ali juga suka seperti itu. Alex mengkaitkan kelingkingnya ke kelingking ara.
"janji."
***
***duh\, masih kaku aja. kapan nih panasnya. hahaahaa...
Crazy up mah, kalau saya libur. nanti saya cari waktu buat crazy up
dulu ya guys. gak ada yang mau vote nih, biar makin semangat dan crazy
up. hihii... tapi yang banyak votenya,
gak deh bercanda, tetep aja saya cari waktu dulu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Naftali Hanania
😆😆
2021-05-13
0
Ima Kalibaru
💪💪💪💪💪 author karyamu best 💖
2021-03-03
0
Ila Syaqilla
Akan indah pada waktu'y....😍
2020-11-19
2