"Ra, papa bercanda. Kan disuruh bertiga nih. Katanya harus ngerjain kamu."
Dimas tak mau dibenci sendiri. dimas mengajak lala, ara dan riri. Mereka geleng-geleng.
"kak, kakak udah tau kan yang sebenarnya. Ari minta, tapi gak sampai segitunya." ari membela diri.
"Iya kak, riri juga setuju. Tapi gak sampai segitunya," riri juga.
"mama juga. Mamakan udah coba hentiin papa kamu, ya kan ra, papa kamu emang keterlaluan."
Hari perayaan ulang tahun ara malah jadi membuat mereka heboh
bertengkar diatas tempat tidur ara, di rumah alex. Alex benar-benar tak
habis pikir dengan keluarga ara, keluarga yang lengkap dan perfect.
Penuh kasih sayang.
"Iya, papa aja yang keterlaluan. Mereka enggak." Ara makin bersembunyi dibalik tubuh alex yang ara tarik paksa untuk duduk.
"Ra, jangan gitu dong." dimas memohon.
"papa juga gitu. Ara gak mau pokoknya tinggal sama papa lagi. Ara mau tinggal di rumah mas alex aja." Ara.
"iya lah, kan mau nikah bentar lagi."
"tapi gak mau dinikahin sama papa jahat kayak papa. Mama, masih
simpen nomer om bastian gak, biar om bastian aja yang jadi wali nikahnya
ara."
Hah?
dimas melotot tak percaya. Segitunya ara kesal dengan Dimas. Lala
seakan menanggapi, dia mencari nomer telpon bastian yang masih diam.
Soal bastian, alex tak tau banyak. Ari dan riri juga tak tau, hanya ara
yang tau kisah papanya, sang mama lalu om bastian.
"ada nih ra. Masih mama simpen." lala memberikan ponselnya pada ara.
"Terserah, sana balik sama si bastian, ara juga sana kalo mau jadi anaknya si bastian." dimas marah, dia pergi gitu aja.
Ara tertawa tanpa suara. Ara langsung beranjak berdiri dari tempat
tidurnya, berlari menyusul dimas yang berjalan keluar kamar ara dengan
kesal. Ara memeluk papanya dari belakang.
"bercanda papa, satu sama." ara menoleh dari bawah tangan sang papa.
"gak lucu!" dimas sudah kesal, dia langsung menjitak kening ara lalu menarik ara dalam pelukannya.
"Papa yang gak lucu, kenapa harus sebut mama tania juga." ara mendongak menatap sang papa.
"maaf, tapi berhasilkan." dimas mengusap pipi ara yang masing memeluk papanya.
"keterlaluan." lala menghampiri keduanya, dan ikut bergabung.
"iya, keterlaluan." Ara beralih memeluk mamanya, mama lala.
"Saya sudah siapkan makan malam spesial, mau kita lanjutkan disana." alex menyela.
"disana maksudnya?" ara bingung.
Ara melihat jam masih tengah malam, pesta tengah malam, disana? dimana?
"emm, di cafe saya. Kalau memang tak mau, tak apa?" kata alex, lebih formal. Mungkin karena ada lala dan dimas.
"Kesana yuk. Kan udah disiapkan kak alex." riri menyela.
"iyalah, pasti." lala juga setuju.
Riri dan ara langsung keluar, naik mobil dengan dimas dan lala, yang bergandengan masuk mobil. Ari merangkul riri.
"pendek, enak dirangkul." ejek ari.
"jangkung, manis. Nanti riri cari ah pacar yang jangkuk, manis aja
kalau tingginga beda jauh." Riri. Ari melotot mendengar riri mau cari
pacar. Riri masih kecil, baru kelas 3 smp, mau pacaran.
"Pa, riri mau pacaran nih. Mau cari yang tinggi kayak ari, katanya
manis." ari mengadu. Membuat riri yang kesal menendang kaki ari.
"dasar ari tukang ngadu. Aku aduin juga loh ke papa, kak ari suka berduaan kan sama cewek. kadang malah bolos pelajaran."
Riri berlari masuk ke mobil sang papa, berusaha menyusul dimas dan
lala yang sudah masuk mobil. Ari langsung menyusulnya dan membekap mulut
riri.
Ara senang melihat keluarga bahagia, berkat alex, ara akan satu mobil
dengan alex. Ara berjalan disamping alex, dari belakang memperhatikan
semua anggota keluarganya yang berbahagia malam ini. Di hari ulang
tahunnya.
"Mas," ara teringat satu orang, yang harusnya juga ikut. Gak mungkin
ditinggal. Ara tak sengaja menggenggam tangan alex dan menahan langkah
alex.
"kenapa?" alex menoleh pada ara, langkahnya terhenti.
"ali, ali dimana?" ara.
"Oh, masih tidur. Biar aja, ada bibik, aku udah nitip ke bibik, lagian dia gak bakalan kebangun." jawab alex dengan santai.
Ara sedikit lega, dia kembali berjalan, kali ini tanpa sadar alex
yang menggenggam tangan ara dan menggandenganya masuk. Sampai membukakan
pintu mobil untuk ara.
"makasih." kata ara lembut pada alex yang membukakan pintu.
"Sama-sama."
Alex memutari mobilnya, masuk ke mobil dan duduk dikursi kemudi.
Mobil alex ada didepan untuk menunjukan jalan ke cafe. Cafe yang sudah
diser spesial untuk ara. Ara sendiri belum terlalu tau tentang alex,
bahkan tak tau kalau dia juga memiliki cafe?
*
Cafe?
Alex bilang cafe. Tapi yang alex sebut cafe itu, sangat besar dan
luas. Mobil mereka berhenti didepan cafe alex. Cafe yang sedang ngetrend
di kalangan remaja.
"Uwowww.. jadi ini cafe kakak. Calon kakak ipar gue. Kerenn, bisa ajak cewek nih kesini. Gratis ya kak."
Ari keluar dari mobil, dengan sangat antusias dan menatap takjub cafe alex.
"ari," Ara kesal, dia langsung menoyor kepala ari yang sedikit lebih tinggi darinya.
"kak alex, serius mau nikah sama kak aku. Mending jangan, sebelum
terlanjur nanti." ari masuk lebih dulu, tak mau ditoyor kakaknya lagi.
Dia membuka pintu cafe yang tak dikunci itu.
Tak ada pelayan, ya mengingat ini malam. Alex juga tak ingin
merepotkan mereka. Kalau pun repot, pasti alex kasih uang lembur. Tapi
alex sendiri ingin spesial melayani Ara. Alex hanya meminta mereka
membuatkan beberapa makanan spesial.
"ayo masuk semuanya." Alex mempersilakan semuanya.
Riri menggandeng kakaknya masuk. Alex mau ganteng, yah keduluan. Alex
hanya tertawa, beberapa hari terakhir, ara seperti sudah menjadi
miliknya. Cinta masa kecilnya, walau hanya bertemu beberapa kali,
akhirnya tercapai.
*
Alex menyiapkan semua makanannya. Dibantu Riri dan Lala, juga ari. Ara ingin membantu tapi dilarang,
"Gak usah kak, duduk yang manis. Kan ini malamnya kakak. Malam ulang
tahun kakak." Riri meminta ara yang akan berdiri--ntuk membantu--duduk
kembali.
"Pa, bantuin mereka." ara malah jadi suruh sang papa yang diam.
"Cowok ra, harusnya dilayani." tolak dimas, hanya memandang mereka.
"papa, bantuin. Mas alex sama ari aja repot. Atau ara telpon om bastian, suruh kesini nih jemput mama lala."
Brakk...
dimas menggebrak meja dan langsung bangkit. Dimas dengan cepat membantu lala.
"Apaan, ancemannya pakai bawa si kunyuk kecil bastian." Dimas ngedumle sendiri. Ara malah ketawa lihatnya.
Semua hidangan sudah disiapkan, kue ulang tahun, dengan lilin dan juga makanan yang lain.
"ayo kak, make a wish lagi." riri.
Ara mulai memejamkan mata dan berdoa dalam hati.
'Semoga mereka bahagia. Mas alex yang terbaik buat ara.'
Ara langsung meniup lilin didepannya.
Klingg...
Ponsel alex berbunyi. Alex membuka satu pesan yang membuatnya, heran dan cemas.
Lex, dimana? udah gak di singapur. Aku kangen kamu sama anak aku. Aku
pengen ketemu. Mama sama papa dan alexa gak mau kasih tau kamu sama
anak kita dimana?
Alex langsung menutup telponnya.
uwaa sapa tuh, lex. Baru juga ara doa, supaya kamu jadi yang terbaik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Naftali Hanania
mmmm...ibu nya ali tuch..bakalan mulai nich ✌️😂
2021-05-14
1