haha... judulnya.
selamat membaca...
*
Riri tidur di kamar ara, tidur dengan memeluk kakak yang paling dia sayang. Sementara Ari tidur di kamar Alex dengan Ali.
"Pa, rumah rame ya. Ali seneng, apalagi ada kak ari bisa diajak main bola." kata ari memeluk alex, lalu memejamkan matanya.
"Iya. Ali seneng?"
"yaaa, i'm so happy."
Ali sempat lama tinggal diluar, dibanding anak seusianya, dia sudah
lancar berbahasa inggris, tapi sejak tinggal di indonesia, ali jarang
menggunakannya, karena teman-temannya akan bilang kalau mereka tidak
tau. Ali sok. Jadi Ali tak menggunakannya, hanya sesekali pada sang
papa.
Ali memeluk alex dan memejamkan matanya. Alex senang, rasanya seperti punya keluarga lengkap.
*
Sementara di kamar ara, riri tidur memeluk ara. Ara mengusap kepala
riri untuk menidurkannya, riri suka dilakukan seperti itu ketika akan
tidur.
"Kak," kata riri mendongak menatap sang kakak.
"hmmm?" ara hanya berdehem.
"emm, kak alex baik kak. Semoga kakak sama kak alex bisa saling
mencintai nantinya dan bahagia." kata riri kemudian memejamkan matanya,
memeluk ara.
Ara hanya tersenyum, tak ada yang tau pada siapa kita akan jatuh
cinta, berjodoh, hidup bersamanya sampai akhir hayat, entah takdir ara
bersama alex atau tidak? ara hanya menjalani apa yang terjadi, detik
ini, hari ini dan besok.
*
Ke esokan harinya, ara yang suka bangun pagi, jam lima pagi,
terbangun. Ara melirik jam dinakas, Riri dan ari harus berangkat ke
sekolahkan, kalau bangun jam segini bisa pulang dan ganti baju lalu
sekolah.
"Ri, bangun. Berangkat sekolah, kamu sama ari pulang, ganti baju sama ambil buku pelajaran kamu."
Ara menepuk-nepuk tangan riri yang masih memeluknya, yang ditepuk tak juga bangun.
"Ri, bangun. Mau sekolah gak?"
"gak kak, kakak juga boloskan. Riri juga dong kak, sekali aja. Masih pengen sama kakak." kata riri tak mau membuka matanya.
"ihh, gak boleh gitu. Nanti dimarahin papa kalau papa tau."
Ara terus membangunkan riri, tapi riri tetap memejamkan mata.
"kalau kita dihukum papa, gimana?" ara terus menakuti riri. Tapi riri tak merespon.
*
"La, anak-anak gak pulang?"
Dimas dan lala sudah bangun di rumahnya, di kamarnya. Dimas bertanya,
tapi masih dalam posisi memeluk lala yang masih tertidur menghadapnya.
"gak tau mas,"
Kalau mereka berdua, mereka baru berani memanggil, panggilan mereka
yang dulu, lala dan mas dimas. Dimas hanya berdehem dan kembali memeluk
lala erat, kembali tidur lagi setelah dimas memlihat masih jam lima.
*
tengg...
Suara jam alaram di kamar alex bangun, itu alaram jam saatnya ali
bangun. Ali harus bangun untuk siap-siap ke sekolah supaya tidak
terlambat. Harus tepat waktu. Bukannya ali yang bangun malah ari yang
bangun karena kebisingan.
"suara apa sih tuh, ganggu orang tidur aja." keluh ali mengucek matanya.
"maaf ri, alaramnya ali harus sekolah."
Kalau dimas, biasa bangun tepat waktu. Dimas melirik ari yang malah
terbangun. Sudah jam setengah tujuh, kelas ali masuk jam setengah
delapan. Tadi malam tiga pria ini nonton bola, kalau alex sih menonton
laptopnya, menemani ali nonton tapi tidak menonton bolanya. Makannya ali
sering kesal dengan alex yang tak suka melihat pertandingan bola,
berbanding terbalik dengan ari, semalam suntuk ari dan ali begadang
menonton bola. Sampai ini ari masih ngantuk dan tidur lagi. Alex tak
berani membangunkannya. Akex hanya berani membangunkan Ali.
"Ali, ali harus bangun. Berangkat sekolah." Dimas beberapa kali
menggoyangkan tubuh ali, tapi ali yang juga ikut begadang, masig
ngantuk.
"Papa, ali ngantuk. Ali izin bolos pa, plisss." kata ali dengan mata yang masih terpejam.
Ali jarang sekali bolos sekolah, dia termasuk anak yang pintar, yang
dapat menyerap pelajaran dengan baik dan lumayan cepat. Alex jadi tak
tega membangunkannya, terlebih mengingat bagaimana semalan ali sangat
bahagia dengan ari. Alex tak salah memilih keluarga ara untuk menjadi
keluarga untuk ali.
"iya, sehari aja ya." Alex mengusap puncak kepala ali, alex mengecup kening ali dan keluar kamar.
Alex tak bisa tidur lagi, dia akan mandi, seperti biasa, lalu turun
melihat bibik sudah masak atau belum, atau bahkan membantu bibik
memasak.
Ara juga kehausan dan kelaparan, kenapa ara paling bisa hangumt pagi,
walau mungkin semalam begadang, ara akan bangun pagi-pagi buta karena
perutnya yang keroncongan. Ara paling gak tahan gak makan pagi-pagi. Ara
menyingkirkan tangan adiknya dan beranjak turun dari tempat tidurnya.
Ara berjalan ke dapur, untuk mengambil minum.
"Ra, mau apa?" alex bertanya pada ara, ara melotot menatap alex yang
memakai celemek. Kemarin dia terlihat keren dengan jas, jaket, dan ini,
celemek. Ara hampir tertawa tapi menahannya.
"Mau minum mas, mau ambil minum."
kata ara, melewati alex begitu saja dan mencari tempat air minum. Alex mengambilkannya dari lemari pendingin.
"ini." Alex memberikan air minumnya pada Ara. Ara menuangkannya kedalam gelas dan meminumnya.
walau sudah minum satu gelas penuh, perut ara masih lapar. Ara paling
anti makan malam karena ara gak mau gendut. Kadi kalau pagi-pagi, Ara
sangat lapar. Harus bangun pagi dan makan apapun, kalau di rumah lala
pasti sudah menyiapkannya. Tapi ini?
"bik, ada yang bisa ara makan gak. Saya laper banget."
Alex menarik kursi untuk ara duduk, meja bar kecil di dapurnya. Alex
mengambilkan makanan untuk ara, spageti yang alex buat sendiri. Tanpa
membuang waktu, Ara langsung menyantap spagetinya, karena terlalu lapar,
sampai makannya belepotan.
"Ra," panggil alex pada ara.
"iya." saut ara menatap alex.
"makannya pelan-pelan. Saosnya kemana-mana itu." alex menunjuk bibir
ara yang belepotan caos. "kayak anak kecil aja makannya, belepotan.
Kayak ali dulu baru belajar makan sendiri."
ara malu sekali, dia langsung mengusap area sekitar bibirnya, memastikan saos yang ada disana hilang.
"Bukan disiru, sebelahnya."
alex memberitahu ara, menunjukan dibagian mana ara harus mengelap
mulutnya. Tapi ara kesusahan. Ara meminta alex untuk membantunya, dengan
isyarat tapan dari ara.
"disini." Alex membantu mengusap bibir ara. Bibir merah yang merona,
makin merona karena bumbu spageti itu. Membuat alex, seorang pria
dewasa, tergoda. Alex mengusap pelan bibir ara.
Begitu juga ara yang seakan ikut tersihir dengan tatapan tedu alex, juga dagunya yanh indah. Ara terlena.
"Ra, kamu bakalan jadi istri aku kan?" tanya alex disela mengusap bibir ara. Ara hanya mengangguk pelan.
"aku boleh cium bibir kamu?" kata alex lagi, meminta izin.
Ara diam, tak tau harus apa. Jujur ara belum pernah melakukannta
mencium bibir cowok dan ketika cowok itu mengajak, kebanyakan ara
berlasaan dan pergi. Tapi ini? tak ada alasan dan penolakan dari hati
ara.
"boleh ra?" tanya alex sekali lagi.
to be cntinue,
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Naftali Hanania
uwu
2021-05-14
0