foto hanya pemanis ya guyss...
Ara menatap foto yang mama dan papanya berikan. Ara mengurung diri di
kamar setelah berdebat dengan kedua adiknya dan juga orang tuanya itu.
Ara sebenarnya gak mau dijodohkan, Ara masih sangat ingin sekolah bukan
menikah.
Semua orang sudah kumpul untuk makan malam, kecuali Ara. Riri dan Ari
melirik kursi ara, yang biasanya selalu bertiga, ini kurang satu,
rasanya aneh.
"Ma, riri panggil kak ara ya buat turun makan malam." Riri menawarkan diri untuk memanggil sang kakak.
"Iya, makasih ya, Ri." kata Lala, lega, mereka benar-benar saling
menyayangi dan memperhatikan satu sama lain. Lala kembali melayani
dimas, mengambilkan makan malam untuk dimas.
"Ma, pa, ara beneran harus nikah sama si alex itu. Dia aja udah punya
anak, udah gede lagi anaknya." Ari juga ikut kepikiran, Sebenarnya juga
tak ingin masa depan sang kakak hancur.
Mereka diam di meja makan, dimas mencoba menjelaskan juga mencari
jalan tengahnya. Lala pun akhirnyan ikut duduk, mungkin memang ini harus
dibahas sama-sama, toh anak-anaknya sudah besar, mereka bisa ikut andil
mengambil keputusan yang mereka pikir mungkin bisa jadi terbaik dan
menjadi solusi untuk semuanya. Terlebih Ara.
"Kalau misah ara gak mau, ya gak apa-apa, papa gak maksa. Asal kamu
siap gak sekolah? kamu sama Riri sama ara mungkin juga bakalan putus
sekolah. Kalian juga harus kerja, papa cuma ada perusahaan gak ada usaha
lain, kalau pun mulai dari awal susah, ri." kata dimas pada ari. Ari
hanya diam, bingung juga mau jawab apa.
Ari menjedanya, dengan memakan makan malamnya. "kalau emang harus
begitu, ya... ya udah pa, kasian ara. Tuh orang ngapain sih punya anak
segede itu, kalau aja enggak, kan lebih baik." ari asal jawab saja.
***
"Kak, makan malam yuk. Mama, papa sama kak ari udah nunggu dibawah."
Riri baru sampai dikamar kakaknya ara, tadinya riri akan langsung
masuk saja, tapi ternyata pintunya di kunci, biasanya sih gak di kunci.
Ini di kunci, Riri mengetuk pintu kamar ara.
"Kakak gak ikut makan malam dulu ri, lagi gak nafsu." teriak ara dari kamar.
Ara itu cukup keras kepala, kalau sudah memutuskan tak bisa diganggu gugat. Riri hanya bisa mengikuti maunya sang kakak.
"ya udah kak, kalau kakak gak makan malam, riri juga gak makan deh."
Riri punya penyakit mag, kalau telat makan dikit aja, bisa langsung
sakit perutnya. Ara tak tega, dia langsung beranjak dari tempat tidurnya
dan langsung membukakan pintu.
"Kakak makan, yuk." Ara langsung menangkup wajah kecil adiknya yang berdiri didepan pintu. Riri langsung tersenyum.
"yuk kak."
Ara merangkul riri dan berjalan bersama, turun ke ruang makan. Lala,
dimas, ari yang melihat riri berhasil membujuk ara turun, untuk makan
malam tersenyum menyambut mereka.
"ara pendek, duduk sini." Ari melambaikan tangan pada ara, yang tepat
duduknya disamping kiri sang papa, tepat disebelah papanya.
"resek lo, mentang-mentang udah lebih tinggi dari gue sekarang." ara
langsung mengeplak kepala ari dari belakang. Eh, ara lakukan lagi, dari
depan kebelakang. "biar tetep pinter adek gue yang jangkung."
Lala dan dimas senang, mereka memang sering bercanda keterlaluan.
Tapi setidaknya itu yang membuat ara tersenyum dalam keadaan seperti
ini.
"Ra, ari sudah memutuskan, papa, mama, mungkin juga riri bakalan setuju sama keputusan ini."
Ara yang baru duduk langsung diam, mencoba mensinkronkan pembicaraan mereka pada ara.
"Kita gak apa-apa hidup susah, kita akan berusaha sebaik mungkin. Kamu bisa tetap sekolah dan adik-adik kamu juga."
"yakin pa bisa? biaya kampus kan mahal banget." ara dengan cuek balik
bertanya pada sang papa, dia dengan santainya mengambil makanannya,
tapi malah ara berikan untuk riri.
"makan ri, nanti mag kamu kambuh." kata ara pada riri. Riri hanya tersenyum menatap kakak yang paling dia sayang.
"kak, dengerin papa." riri menatap dengan tatapan memohon.
"aku gak mau kalian susah, dan itu karena aku. Udah lah, kita makan dulu, nanti nafsu makan aku ilang."
"iya, kita makan dulu." lala sejak tadi menahan air matanya, menatap
anak tertuanya, dari tatapan mata dan pembicaraan ara, lala tau ara
sudah mengambil keoutusan, dan itu yang terbaik untuk semua orang.
Tapi seperti permintaan ara, lala tak ingin yang lain membahasnya
dulu. Lala menghentikan pembahasan itu dan meminta semua menikmati
masakannya.
'Mama bangga sama kamu ra.'Lala menatap aranya yang mencoba tegar dan menikmati makan malam itu.
'Semoga, Alex yang terbaik buat kamu ra, bagaimana pun masa lalunya
dulu.' Lala tak henti menatap aranya dan mendoakannya dalam hati.
'Mama baru ngerasain, ada di posisi bu lek dulu ra, yang harus
memaksa mama untuk menikah dengan papa kamu, bedanya papa kamu orang
baik-baik, alex? semoga baik. Mama doain yang terbaik untuk kamu
sayang.'
lala terus menyesali keputusannya, harusnya lala menentang keras
perjodohan itu, tapi masa depan ara sendiri, riri dan ari taruhannya.
Lala juga tak bisa berbuat apapun.
***
***Lala\, akhirnya ngerasain dong ya pusingnya jadi orang tua.
Khawatir sama anaknya. cie yang udah jadi orang tua... kayak bu lek
dulu, kamu bakalan tau la, gimana perasaan bu lek dulu, semuanya. Satu
persatu....
hihi...\, semangat lala***!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Anita Carolina
bukannya lala punya perusahaan peninggalan ortunya y
2021-04-24
2
Ila Syaqilla
Ikut Menyimak dulu yaa...
Sapa tau bagus cerita'y ☺️
2020-11-19
3
Hela Srimula
kok yg vote dikit yah thor
2020-11-19
1