Sesuai janji, hari ini kami akan mengunjungi showroom.
"Sayang, kamu belum mengganti pakaian?"
"Sebentar, Mas. Aku menghubungi Ibu dulu."
"Biarkan Arka sama Ibu."
"Tapi, Mas?"
"Lagian kita kan, mau membeli mobil. Bukan jalan-jalan. Itu akan melelahkan!"
Sebenarnya aku ragu. Tak ingin ikut pergi. Tapi mas Bastian kekeuh. Aku diharuskannya ikut. Kuganti pakaian, memoles diri dengan make up tipis-tipis. Selagi mengolesi bibir tipisku dengan lipstik. Ciuman lembut itu membayangi otakku. Ya, Tuhan ... kurasa jiwaku sudah sedikit terganggu.
Suara klakson mobil di luar rumah berbunyi, isyarat kami harus cepat menaikinya. Aku dan mas Bastian keluar. Kukunci pintu tersebut. Setelah mengunci pintu, aku berjalan menuju mobil. Betapa terkejutnya, ada Nessa di dalam mobil tersebut. Kakiku sempat terhenti untuk terus melangkah. Tapi Nessa memanggilku.
"Ayo! Buruan masuk!"
Tersungging sedikit senyum di bibirku. Sempat terpikir olehku, bahwa kami hanya bertiga. Dan sempat berpikiran buruk, bahwa ini hanya akal-akalan si dokter elang itu untuk menggangguku. Namun, setelah melihat Nessa, kubuang jauh-jauh pikiran negatif tersebut. Seharusnya aku senang, ada Nessa sebagai CCTV. Agar Dimas pun tahu diri. Tak dapat sembarangan bertingkah.
Di dalam mobil, aku dan mas Bastian duduk di belakang mereka.
"Arka tidak ikut?" tanya dokter elang itu.
"Tidak. Dia di rumah neneknya." Suamiku menjawab.
"Oh, baguslah. Sesekali kita memang perlu refreshing, ya?" Tersungging senyum nakal di bibirnya. Entahlah, di mataku, dia penuh dengan aroma negatif.
"Ima, sejak kapan kamu berhijab?" Nessa menoleh seraya bertanya padaku.
Aku menelan salivaku sendiri. Untuk apa dia bertanya hal semacam itu?
"Sejak menikah."
"Bastian yang menyuruhmu?"
"Tidak. Itu keputusanku sendiri."
"Kupikir, Bastian menyukai wanita dengan pakaian seksi." Dia terkekeh.
Apa maksudnya mengatakan hal itu? Kulirik mas Bastian, dia mencoba mengabaikan pernyataan Nessa.
"Maksudku, aku kemarin melihatmu di mall, Bas. Apa aku salah orang?"
"Mungkin kamu salah orang, Ness! Aku sama sekali tidak pergi ke mall."
"Hm ... sepertinya aku salah orang."
Aku mencerna perkataan Nessa. Suamiku ke mall? Wanita berpakaian seksi? Oh, mungkin Nessa hanya salah orang.
***
Kami sampai di dealer. Seseorang menyambut kami. Dia tinggi, tampan, dan masih sangat muda.
"Brother! Tumben ke mari. Mobilmu perlu diganti kah? Atau mau beli mobil lagi?"
"Tidak. Kami hanya ingin silahturahmi."
"Hm ... sedikit mengecewakan!"
Dimas dan orang tersebut tertawa. Sepertinya dia benar-benar sepupu Dimas. Mereka tampak sangat akrab.
"Ini, Nessa? Hai ... senang melihatmu lagi."
"Aku juga," ucap Nessa tersenyum.
"Kalian sangat serasi. Cantik sekali kamu, Ness! Harusnya kamu sama aku saja."
"Hm ... aku tidak tertarik denganmu. Berondong!"
"Ah, Tante ini!" dengusnya kesal.
Nessa pun tertawa. Sungguh, jika nanti mereka menikah. Pasti akan sangat harmonis. Nessa adalah wanita yang sempurna. Selain cantik, dia juga pandai menyesuaikan diri dengan lingkungan. Dimas tidak salah memilihnya.
"Jadi, siapa yang ingin meminang mobil?"
"Ini, sahabatku. Kenalkan, ini Bastian dan istrinya.
Kami pun berkenalan. Ternyata, namanya Ardi Baskoro. Putra bungsu Ahmad Baskoro, pengusaha kaya asal Banjarnegara. Pantas saja, keluarga Dimas seluruhnya adalah orang-orang yang sangat kaya. Wajar jika jodohnya pun harus orang konglomerat.
"Mari, kita ke showroom. Ada beberapa unit mobil keluaran terbaru," ajak Ardi.
Kami memasuki ruangan dengan penuh mobil-mobil mewah yang berjejer rapi. Aku menahan lengan mas Bastian seraya berbisik, "Jangan yang di sini. Pasti ini terlalu mahal untuk kita, Mas."
"Tenanglah."
Selagi Ardi memperkenalkan tipe-tipe, keunikan, dan keunggulan masing-masing mobil. Aku memilih untuk memperhatikan saja. Karena aku juga tidak tahu mengenai mobil.
"Yang merah ini, tipe S600 Pullman Guard. Mobil ini mampu melesat dari diam sampai seratus kilometer per jam, dalam waktu 6,5 detik. Di dalam mobil ini tertanam mesin 6 liter V12 turbo, yang mampu memproduksi 630 daya kuda," jelas Ardi, sang pemilik dealer.
"Dan mobil ini biasanya dimiliki oleh kepala negara dan orang-orang penting." Nessa menambahi.
"Tunggu!" Jangan yang ini. Kami tidak akan mampu membelinya." Mas Bastian menyadari apa yang sedari tadi juga terpikir olehku.
"Baiklah, ikuti aku!"
Kami menuju mobil sedan berwarna hitam.
"Audi A8 dilengkapi dengan teknologi 'mild hybrid ekectric vehicle' (MHEV). Sebagai vitur standar. Teknologi ini membuat A8 mampu untuk berjalan konstan dikecepatan antara 55-160 km/ jam dengan mesin mati. Pengemudi cukup 'kickdown' dan mesin dapat dinyalakan kembali dengan proses yang halus." Ardi menjelaskan.
"Generasi keempat dari sedan ini adalah andalan bagi pabrikan Jerman. Mobil ini disebut sebagai produksi kendaraan pertama di dunia dengan kemampuan mengemudi otonom level tiga, yang secara teori akan mengurangi kecelakaan." Kembali Nessa menambahi.
Aku terkagum dengan pengetahuan Nessa tentang mobil. Di balik sisi feminimnya, dia keren sekali.
"Hm ... Nessa. Kau benar-benar hebat. Beruntung sekali Dimas memilikimu," puji Ardi.
"Nessa memang mengerti tentang mobil. Dia bisa menemanimu memilih-milih mobil. Kamu tidak akan kecewa terhadap pilihannya." Dimas menyarankan.
Deg! Sudah mulai ketara sifat liciknya. Ternyata itu yang menyebabkan Dimas mengajak kekasihnya. Segera lengan ini kukalungkan pada mas Bastian.
"Oke. Mataku tertarik pada mobil di sebelah sana. Mari ikut!" Nessa berjalan ke mobil berwarna merah.
Dia menjelaskan secara rinci tentang keunggulan dan kemampuan mobil tersebut. Aku tidak mengerti, bagaimana dia bisa menjelaskan itu semua. Yang kutahu hanya, dia wanita yang luar biasa.
Nessa mulai menaiki mobil tersebut, mencoba menyalakan mesinnya. "Ayo, ikut aku! Kita bisa mencobanya," ajak Nessa pada mas Bastian.
Nessa tampak sangat menikmati, memilih-milih mobil. Padahal menurutku ini sangat melelahkan dan membosankan.
"Bas, aku akan mengajak istrimu melihat mobil di sebelah sana, boleh?"
"Iya, silakan."
"Eh, aku tidak--"
"Aku akan berkeliling bersama Nessa. Ini mungkin akan lama. Tidak apa kan, aku titip Ima sebentar?"
"Tentu, kau tenang saja, Bas!" Seraya menepuk bahu mas Bastian.
"Terima kasih, Di."
Aku menghela napas. Berdiri di samping Dimas. Menyaksikan keasyikan Nessa dan suamiku. Mereka melesat keluar showroom. Aku melangkah cepat untuk menghindari Dimas.
"Nia! Mau ke mana?"
"Bukan urusanmu!"
Dia mengikutiku keluar. Tiba-tiba terpikir olehku untuk pergi ke toko buku seberang jalan. Aku berdiri, menunggu mobil yang berlalu lalang menyepi.
"Mau ke mana?"
Kuabaikan saja dia. Tetapi, dia malah menggenggam pergelangan tanganku. Tentu saja, langsung kuempas. Tapi gagal. Dia memaksa.
"Bagaimana jika kamu tertabrak mobil. Ini bahaya!"
"Biar!"
"Ayo, kita mati sama-sama!"
Gila! Dia melangkah seenaknya di tengah jalan seraya menggenggam lenganku kuat sekali. Klakson mobil berbunyi bersahutan. Seakan mengatakan kemarahan mereka melihat tingkah konyol kami. Tetapi anehnya, mobil-mobil pun berhenti, bak barisan yang sedang mempersilakan kami untuk berjalan melintas. Meski mereka terpaksa, agar tidak terjadi kecelakaan.
Beberapa pengemudi terdengar sangat marah. Mereka ada yang berkata-kata sangat kasar pada kami. Wajar saja, itu kan memang salah kami, yang berjalan seenaknya. Bukan! Bukan kami! Ini salah si dokter gila ini!
"Kamu gila!" umpatku setelah kami berhasil menyebrang.
"Memang!"
Kendaraan pun kembali berjalan, Dimas benar-benar nekad. Apa tak terpikir sedikit pun resikonya. Marah, kesal, semua bercampur jadi satu.
"Tinggalkan aku! Aku tidak senang kau terus menggangguku!"
"Aku senang mengganggumu."
Aku menghela napas kasar. Menatapnya dengan penuh emosi. "Kamu gila! Dasar aneh! Nessa akan tahu akal busukmu! Pria bodoh! Menyia-nyiakan wanita se-perfect Nessa. Kamu--"
Cup!
Satu kecupan lembut mendarat di bibirku.
-- BERSAMBUNG --
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Mamake Nayla
astaghfirulloh...asli gregetan sma dimas...
2022-11-13
1
💕💕Ayy nha Farubby💕💕
nyosor teruss...
2020-08-13
3
Rian Nana
salah judul yaa.. pebinor dunk harusnya 😂😂
2020-07-30
2