Terdengar suara motor Mas Bastian.
Krekk!
Lalu suara pintu terbuka.
"Mas, sudah pulang?" Kuhampiri suamiku yang baru pulang, entah dari mana.
Suamiku tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah ngeloyor ke dalam kamar. Kucium kening Arka, yang masih dalam gendonganku.
"Maafkan Papa ya, Sayang? Mungkin Papa capek." Kutatap wajah polos bayiku. Biasanya Mas Bastian selalu mencium Arka setibanya pulang di rumah.
Kususui Arka, lalu kutidurkan dia di ranjang bayi. Setelah itu kudekati Mas Bastian yang sedang sibuk bermain handphone. Kutatap jam beker di atas meja menunjukkan pukul 10 malam.
"Mas, dari mana? Jam segini baru pulang?" tanyaku seraya duduk di samping suamiku yang sedang berbaring di kasur.
Mas Bastian tak menyahut sama sekali. Matanya sibuk menatap benda pipih lima inchi tersebut.
"Mas, masih marah?" Kubaringkan tubuh di samping tubuhnya. "Mas?"
Kumiringkan tubuhku. Kuambil paksa sebuah handphone dari tangan suamiku. Sengaja agar ia mau mengalihkan perhatiannya. Kuletakkan handphone itu di atas meja samping ranjang. Lalu kuraih telapak tangannya kemudian kukecup mesra punggung tangan suamiku.
"Mas ... percayalah padaku! Aku tidak melakukan apa yang dituduhkan Dewi terhadapku. Aku yakin ini hanyalah fitnah, Mas. Jika Mas masih tidak percaya, biar aku minta bukti dari tuduhan Dewi padaku. Lagi pula, aku tidak pernah chat WA dengan suami Dewi. Punya kontaknya saja, tidak! Jika Mas masih diam. Biar aku yang menemuinya besok!" tuturku.
Tampak mata suamiku menajam, menatapku lekat-lekat. "Jangan! Ma-maksudku, tidak usah. Biarlah ... aku sudah tidak mempedulikan hal itu. Lupakanlah!" Terdengar aneh di telinga. Tadi pagi, ia pergi dengan teramat marah. Mengapa begitu mudahnya suamiku melupakan kejadian itu.
"Mas, percaya padaku?" Kuhadapkan wajah suamiku agar menatapku. Kini wajah kami hanya berjarak lima sentimeter.
Sejenak ia terdiam, lalu balik bertanya, "Bagaimana denganmu? Apa kamu mempercayaiku sepenuhnya?"
Ada sebersit cahaya aneh di mata lelakiku. Aku merasa ada sesuatu yang membuat hatiku resah. Namun, aku mencoba menyingkirkan terka di benakku. "Aku mempercayaimu seutuhnya, Mas."
Cup! Satu kecupan lembut mendarat di keningku.
"Terimakasih .... " ucapnya. Kemudian memelukku erat.
Rasanya gundah di hatiku langsung sirna seketika. Kubenamkan wajah ke dalam pelukannya. Merasakan romantisme yang hampir terkoyak emosi. Tangan kami saling mendekap. Kehangatan mengalir di malam yang dingin.
Setelah beberapa menit kami terdiam dalam pelukan, kutanyakan sebuah hal pada suamiku. "Mas, saat pertama melihatku, dulu kamu pernah bilang, harapan terbesarmu adalah memilikiku. Dan saat pertama kita berkencan, kamu berharap bisa menikahiku. Lalu saat malam pertama kamu bilang, ingin memiliki seorang anak laki-laki. Boleh kutanya, harapan indah apalagi yang ingin kamu panjatkan?"
Sejenak ia diam, melepaskan pelukannya, menatapku lebih dalam. Sebuah senyum manis tergambar di bibirnya yang sensual. "Harapan terbesarku kini adalah melihat bidadariku dan jagoan kecilku bahagia."
Kudekap kembali tubuh kekar suamiku lebih erat dari sebelumnya. Melodi mesra bermain ria di hatiku. Rasa sedih dan pilu hari ini seakan lenyap, sirna. Cobaan yang hampir saja mengusik rumah tanggaku, terempas begitu saja. Kurasa aku sudah lega.
Cup! Bukan kecupan di kening. Bibir kami saling bertaut. Getar cinta yang sama seperti sebelumnya kembali terasa. Mata kami saling terpejam, menikmati sensasi asmara dua sejoli yang baru saja berbaikan.
Begitu romantis malam ini, disertai rintik-rintik air langit yang mulai berjatuhan. Kehangatan terkuak di malam yang dingin.
"Eakk ... eakk .... "
Suara tangisan Arka menghentikan kami. Kami pun saling bertatap lucu. Arka terbangun di saat yang kurang tepat.
"Sepertinya bukan kamu saja yang menginginkan dekapan hangatku. Arka juga." Ledek suamiku, lalu menyentil hidungku menggunakan telunjuknya. Mas Bastian agak terkekeh menatap wajah kesalku.
"Apaan sih, Mas!" Aku tersenyum malu. Kurasa ada lebih banyak waktu malam ini yang akan kami habiskan berdua. Dan aku hampir saja lupa, bahwa kini kami bukan hanya berdua, tetapi bertiga bersama Arka. Buah hati tercinta kami. Harapan terbesar kami ada padamu, Anakku Sayang.
-- BERSAMBUNG --
______________________________________________
Hola, Readers Tersayang ...!
Masih stay di sini?
Harus, dong?
Temukan sensasi berbeda melalui lembar per lembar kisah BUKAN PELAKOR. Rasakan betapa indahnya cinta, betapa menyakitkan penghianatan, dan betapa memilukan penyesalan.
Hanya di novel ini kalian bisa menemui kisah Anti Mainstream. Dan Author akan terus berusaha menyajikan kisah yang sedikit berbeda dari biasanya.
Diadaptasi dari kehidupan nyata, kisah-kisah dalam dunia ini akan Author sulap menjadi kisah-kisah sedikit luar biasa.
Silakan ikuti sampai ENDING. Jangan lupa untuk FOLLOW, ya?
Thank you ...!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
Novia Lestari
Hiiiiii kakak aku udah mampir nih, rate&Like mendarat buat kakak...
mampir juga ya ke novelku
1. CINTA SI TUAN BUCIN.
2. MENCINTAI LELAKI BERSAYAP.
TRIMS....😊
Semangaaat
2020-10-30
0
Efrina Lubis
lanjuttt...
2020-07-24
2
emak ririn
masih mikir apaaaa🤔🤔🤔🤔
2020-07-16
2