Dia Teman Baik Suamiku

Kedua kepala di depan serentak menengok ke belakang. Sementara mas Bastian menatapku heran, dokter Elang memainkan alisnya seraya menatapku.

"Fokus! Awas!" teriakku.

Ssett!

Dokter elang itu segera mengontrol laju mobilnya. Hampir saja terjadi sesuatu dengan kami. Jika itu terjadi, akan kusalahkan dia! Sebuah mobil di depan kami tiba - tiba menghentikan lajunya.

"Lampu merah!" gumam suamiku.

"Apa kau gila? Bisa-bisa kau membunuh kami! Kalau sedang nyetir, fokuslah ke depan!" cecarku emosi.

"Sayang ... sudahlah. Lagian tidak terjadi apa-apa." Suamiku membelanya.

"Hampir, hampir terjadi apa-apa. Dan itu ... karena ulah si Dokter Gila ini!"

Deg! Aku menggigit bibir bawahku sendiri. Bagaimana bisa aku melontarkan kata sebegitu kasar padanya. Padahal aku tahu, dia tidak sengaja. Ah, emosiku kacau.

"Maaf, itu memang salahku. Tak seharusnya melihat ke belakang yang hanya akan memecah konsentrasi. Harusnya aku fokus menatap ke depan. Tapi terkadang, kita perlu memperhatikan ke belakang, untuk memastikan kondisi baik-baik saja."

Apa maksudnya?

"Maksudku, kadang-kadang menyetir pun perlu mengawasi spion agar tahu situasi yang terjadi di belakang," lanjutnya.

Aku tahu, apa yang dikatakan oleh dokter tadi. Tapi aku tak peduli. Terserah apa katanya. Aku sungguh tidak peduli!

Mobil kembali melaju setelah lampu berubah menghijau.

***

Kami sampai di depan rumah. Mobil pun berhenti.

"Mau masuk dulu, Di?" tawar suamiku.

"Em ...."

Aku harap jawabannya tidak. Perasaanku sedang kacau. Dan itu karenanya. Bisa-bisa aku berkata lebih kasar lagi padanya

"Mungkin lain kali saja, Bas."

"Syukurlah ...," desisku lega.

"Sayang ...." Mas Bastian menatapku, matanya mengisyaratkan rasa tak enak pada temannya itu.

"Ma-maksudku ... syukurlah ... syukur kita sudah sampai. Begitu maksudku."

Dokter itu tersenyum, seakan senang membuatku jengkel.

"Mama?"

Kualihkan pandangan pada sumber suara. Tampak seorang anak laki-laki berlari ke arahku dari dalam rumah. Diikuti seorang ibu paruh baya mengekor di belakangnya.

Kubungkukkan sedikit tubuhku, kutelentangkan kedua lengan guna merengkuh jagoan kecilku.

"Sayang ... kamu kangen sama Mama, ya ...." Kupeluk erat, kucium Arka dan kugendong dia.

"Ini putra kami, Arka." Mas Bastian memperkenalkan. "Ayo, Arka, salim sama Om Dokter!"

Pelan kudekatkan Arka untuk mengajarinya sopan. Kuajak Arka memberi uluran tangan kecilnya kepada sang dokter.

"Hai ... boleh kenalan? Aku Pangeran Elang ... kamu siapa, Ganteng ...," celotehnya tak masuk akal seraya meraih uluran Arka.

Sungguh bodoh. Bisa-bisanya dia mempercandakan sesuatu yang dapat membuat masalah baru pada kami. Benar-benar sudah tidak waras dokter ini!

"Siapa namamu, Ganteng?" Diusapnya pipi gembul Arka dengan gemas.

Aku hanya diam tak menyahut, tak memberi anjuran pada Arka untuk menjawab.

"Akka," jawab Arka lirih.

Nyatanya, Arka memang sudah mulai pintar bicara, sudah bisa diajak berinteraksi.

"Aka?" Dokter tersebut menatap lebih dekat anakku.

"Arka," sahutku membenarkan.

Detak jantungku berdebar saat wajah itu mendekat pada anak dalam gendonganku. Kenapa? Kenapa getaran ini masih saja sama ....

Arka tampak tersenyum memperhatikan dokter tersebut. Arka bukan anak kecil yang mudah menyukai seseorang. Namun, kurasa dia menyukai dokter elang itu.

"Sudah pintar ternyata, ya. Besok kalau Om main ke sini lagi, Om bawain hadiah, deh!"

"Tidak usah!"

Mata sang dokter beralih menatapku.

"Ya, sudah. Ayo masuk, Mas! Kamu perlu istirahat." Aku menjauh dari dokter gila tersebut.

"Ima?" Ibu mertuaku menahanku sebentar.

"Bu, aku mau istirahat, lelah. Aku juga kangen sama Arka."

Kutinggalkan mereka, masuk ke dalam rumah.

"Aku pulang dulu, Bas."

"Ah, ya, terima kasih, Di. Kamu sudah banyak membantuku."

"Santai, Brother!"

***

Malam ini terasa dingin. Kutengok suamiku sudah tertidur pulas. Begitupun Arka. Sepulang dari rumah sakit, lelah sekali rasanya. Namun, entah mengapa, mata ini belum mau diajak tidur.

Kuputuskan untuk beranjak dari tempat tidur. Langkah kaki ini menuju dapur. Mengambil segelas air putih, dan membawanya menuju kamar. Kuletakkan gelas di atas meja samping ranjang. Sudah pukul 22.15 malam, rasa kantuk tak kunjung datang.

Aneh. Tiba-tiba bayangan itu kembali muncul. Sosok yang ingin kuempas jauh-jauh. Beberapa hari ini, aku cukup dibuat sebal olehnya. Sudah dua tahun lebih kunikahi mas Bastian. Dia orang yang baik, lembut, dan tidak neko-neko. Aku menikah atas dasar cinta. Ya, cinta, kurasa begitu.

Atau ... mas Bastian hanya sebagai cara agar aku melupakan kepedihan itu. Tidak! Itu tidak benar. Aku memang menyukainya. Tapi kenapa ... saat bertemu dokter elang itu, hatiku serasa goyah. Antara getaran dan gelombang. Aku tak mampu menahan rasa itu. Rasa yang diam-diam menyelinap di hati ini.

Bodohnya lagi, aku tak tahu cara menyikapinya. Diri ini gugup, dan tatapan mata itu membuatku salah tingkah. Yang bisa kulakukan setelahnya hanya amarah, yang diluapkan dengan cara marah-marah. Kemudian timbul rasa benci, mengingat kejadian masa lalu.

Sepertinya aku salah. Tidak seharusnya aku begitu. Yang ada, mas Bastian akan curiga, bahwa dokter itu pernah menjadi bagian penting di dalam masa remajaku. Aku tak yakin suamiku akan baik-baik saja, membiarkan dokter itu terus bermunculan di hadapan kami. Karena sebaik atau seburuk apapun masa lalu, setidaknya dia pernah mengisi bagian dari masa hidupku.

Mas Bastian memang bukan tipe posesif. Tapi tetap saja, aku tak ingin persahabatan mereka menjadi sebuah kecanggungan, dan aku sendiri penyebab rasa canggung tersebut. Tidak! Sebaiknya aku berlatih untuk tetap tenang menghadapi dokter elang. Ya, akan kulakukan.

***

Pagi ini, hari Senin. Mas Bastian bilang, ia akan mulai berangkat kerja. Jadi, segera kusiapkan sarapan untuknya.

"Hm ... baunya enak."

Kutengok suamiku yang sedang melangkah menuju meja makan.

"Semangat sekali kelihatannya." Kuamati dia sudah rapi. "Sudah enakkan?"

"Sudah, donk? Cuma luka ringan, kok. Kamu masak nasi goreng lagi?"

"Kan aku belum sempat belanja, Mas?" Seraya meletakkan dua piring nasi untuk kami santap.

"Ya, enggak apa-apa, sih."

Kuletakkan pinggang di sebuah kursi dekat suami. Kami menyantap nasi goreng itu bersama.

"Sayang."

"Ya."

"Kamu ada masalah dengan dokter Dimas?"

"Uhuk!" Nasi yang baru saja masuk ke kerongkongan menyembur keluar.

"Eh, maaf ... maaf, ini." Disodorkannya segelas air untukku. "Kamu enggak apa-apa?"

Aku masih terbatuk-batuk. Pertanyaan yang belum sempat kucerna, bahkan baru sampai di telinga, tiba-tiba saja mengejutkan tenggorokanku.

"Enggak apa-apa, kok, Mas," jawabku setelah dada ini mulai lega dari sesak akibat tersedak.

"Kamu sepertinya benci banget sama dokter Dimas. Kenapa?" Matanya menatapku penuh selidik. Sehingga ia abaikan sejenak nasi goreng yang hangat menggoda di hadapannya.

"Aku ... hanya ... tidak suka kamu terlalu dekat dengannya."

"Dia temanku, Ma. Bahkan, Dimas memperlakukanku seperti saudara. Lihat saja, dia sangat baik."

Sesaat kami saling beradu pandang. "Mas ... aku tidak ingin kita jadi banyak merepotkan orang lain. Ingat, Mas, kan kamu sendiri pernah bilang, agar jangan terlalu percaya akan kebaikan seseorang. Bisa saja, dia ada maksud tertentu. Jangan terlalu hanyut dalam bantuan orang lain. Tidak baik, bila terlalu banyak berhutang budi."

"Sayang ... nanti, kamu harus belajar menghargai niat baik seseorang."

Hah! Niat baik katamu, Mas! Bisa jadi dia adalah pengganggu rumah tangga kita. Terutama aku.

"Please ... kamu bersikap baik, ya, padanya. Hilangkan prasangka buruk dari pikiranmu itu. Aku tak mau, istriku yang cantik ini terlihat judes di hadapan orang lain." Seraya menggenggam tanganku.

"Ya, baiklah."

Baru saja mas Bastian mau menyuap nasi, tiba-tiba dering gedgetnya berbunyi.

"Ya, halo ... Di."

'Di' siapa?

"Tidak usah, Di. Lagian aku juga ada motor."

Terdengar samar ada suara seorang pria di seberang telepon.

"Baiklah, aku sudah siap ini. Ya, sudah, kalau enggak ngerepotin."

"Ok, thanks, Di."

Ditutupnya sambungan telepon.

"Siapa?" tanyaku cepat.

Suamiku tersenyum. "Dokter Dimas, katanya mau menjemputku berangkat bareng."

Kuletakkan sendok dari tangan kananku, lalu beranjak, membereskan sisa nasi goreng yang belum habis disantap. Baru saja kukatakan agar tidak terlalu dekat dengannya.

"Jangan marah. Bukankah kantorku dan rumah sakit itu searah?"

"Enggak apa-apa," kataku seraya tersenyum.

-- BERSAMBUNG --

Terpopuler

Comments

julia rizky

julia rizky

kayaknya bastian udh selingkuh , kan pas di acara ketemu wanita berbaju merah
mungkin sya

2020-12-29

2

julia rizky

julia rizky

kayaknya bastian udh selingkuh , kan pas di acara ketemu wanita berbaju merah

2020-12-29

1

Niena Anjarwati

Niena Anjarwati

dah baca 2x bagus banget ceritanya

2020-12-02

1

lihat semua
Episodes
1 Ketika Gosip Itu Datang
2 Perjanjian Rahasia
3 Kepercayaan Itu Kuraih Kembali
4 Jumpa Kembali Masa Lalu
5 Janji Imitasi
6 Saling Amnesia
7 Gosip Tak Kunjung Usai
8 Dekapan Terhangat
9 Musik Piano Masa Lalu
10 Dia Teman Baik Suamiku
11 Kembalinya Sahabatku
12 Di Rumah Dokter Elang
13 Mampir Di Bakso Si Mbah
14 Double Date!
15 Di Giant Restaurant
16 Pesta Ulang Tahun Teman Suamiku
17 Terjebak Berdua Di Dalam Kamar
18 Tamu Tak Diundang
19 Membeli Sebuah Mobil
20 Hari Paling Sial
21 Kembali Ke Taman Bunga Pelangi
22 Hujan Di Bumi Basah Di Hati
23 Jejak Asmara
24 Handphone Suamiku Tertinggal
25 Hantu Di Rumahku
26 Di Pesta Ulang Tahun Nessa
27 Perjanjian Rahasia Itu Terungkap
28 Mengenang Romansa Masa Lalu
29 Happy Anniversary Ke-3
30 Berangkat Ke Puncak
31 Tentang Mantan
32 Mantan Terburuk
33 Di Villa Romantis
34 Antara Aku, Kau, Dan Dia
35 Gagal Lagi Gagal Lagi
36 Dipaksa Bercinta
37 Cinta Yang Salah
38 Hari Terakhir Di Villa
39 Janji
40 Ketika Diriku Mulai Curiga
41 Seribu Alasan
42 Gerimis Melanda Hati
43 Kesempatan Terakhir
44 Tanda Persahabatan
45 Suamiku Dan Wanita Seksi
46 Wanita Penggoda
47 Masa Lalu Suamiku
48 Anakku Sakit
49 Di Rumah Sakit
50 Penolakan Keras
51 Dihajar Orang
52 Semakin Hari Semakin Aneh
53 Dokter Elang Dalam Bentuk Wanita
54 Melabrak Dokter Elang
55 Peringatan Terakhir
56 Saat Hatiku Remuk
57 Skenario Tuhan
58 Tulus Atau Modus
59 CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)
60 Aku Pulang
61 Kejujuran Dari Hati Terdalam
62 Gadis Alien
63 Suamiku Sahabatku
64 Tak Semua Wanita Mampu Sepertiku
65 Luka Yang Kusembunyikan
66 Maafkan Aku, Ayah ....
67 Calon Imam
68 Apa Dia Cemburu?
69 Sosok Yang Kucari
70 Berubah Pikiran
71 Ayahku Bijaksana Dan Luar Biasa
72 Perjalanan Cinta Baru Dimulai
73 Kontak Baru
74 Dilema Perceraian
75 Tiada Kesempatan Lagi
76 Selamat Tinggal Kenangan
77 Lagu Favorit Gadis Alien
78 Cinta Lama Berusaha Kelar
79 Pertemuan Di Cafe
80 Di Balik Sisi Ceria Fania
81 Sidang Perceraian
82 Have Lunch Together
83 Terbakar Cemburu
84 Bertemu Nessa
85 Egois
86 Kartu Nama
87 Mengandung Unsur Iklan
88 Seluk-Beluk Fania
89 Pernikahan Mantan
90 Kekasih Fania Yang Bengis
91 Dua Mobil Hitam
92 Sahabatku Kembali
93 Lampu Hijau
94 Crazy Shopping
95 Perkelahian Sengit
96 Ada Apa Dengan Fania?
97 Terpaksa Disuapi
98 Dimas Is My First Love
99 Hari Pertama Masuk Kerja
100 Who Is 'Ve'?
101 Hanya Mantan, No More!
102 Jangan Cintai Pacarku
103 Di Balik Pintu
104 Kacamata Hati
105 Rumah Siapa?
106 New House
107 Ingin Masuk Kantor
108 Di Balik Bingkai Foto
109 Gagal Resign
110 Mengunjungi Rumah Baru
111 Mengulang Yang Sempat Tertunda
112 Panggilan 'Sayang'
113 Fania Dan Rudi
114 Pertikaian
115 Memberi Pengertian Kepada Anakku
116 Berangkat Menuju Taman Hiburan
117 Pernyataan Yang Tertunda
118 Penyamaran Terbongkar
119 Status WhatsApp
120 Dilema Itu Menyiksa
121 Dalam Gelap
122 Sekertaris Ve dan Fania
123 Serigala Betina
124 Membela Harga Diri
125 Tragedi Tragis
126 Sebuah Foto
127 Tulisan Hati Fania
128 My Name Is 'Mbah Mar'!
129 Terungkapnya Misteri
130 Kepergok
131 Aku Bukan Pelakor!
132 Pelampiasan Cemburu
133 Mr. R
134 Keluar Dari Lapas
135 Gosip Instagram
136 Pilih Aku Atau Dia!
137 Serangan Bullying
138 Besok Pindah
139 Racauan Ganas
140 Pindah Rumah
141 Makan Bersama
142 Pagi Pertama Di Rumah Baru
143 Siapa Papa Baru?
144 Aku Rapuh Serapuh-rapuhnya
145 Foto Yang Sangat Mirip
146 Alasan Terberat Dimas
147 Pelecehan
148 Kebersamaan Yang Canggung
149 Wajah Yang Mirip
150 Penyesalan Terdalam
151 Terlambat Jatuh Cinta
152 Masa-Masa Memilukan (Cukup Sekali Dikhianati, Tidak Untuk Kedua Kali)
153 Cerita Cinta Nessa
154 Ungkapan Cinta Rudi
155 Don't Watch Me Cry
156 Dia Penasaran Terhadap Fania
157 Terjebak Keputusan
158 Merindukanmu
159 Ibu Rudi Sakit
160 Mengunjungi Ibu Rudi Di Rumah Sakit
161 Makna Tersembunyi
162 Lirik Lagu
163 Hari Ulang Tahunku
164 Hadiah Misterius
165 Singa Betina
166 Arti Persahabatan
167 Jatuh Terkilir Ke Hati
168 Foto Yang Sama (Antara Fania, Pak Wibowo, dan Sekertaris Ve)
169 Tentang Adi & Arumi
170 Di Pantai Kuta
171 Pesawat Terbang Untuk Arka
172 Di Depan Pusara
173 Mengenang Putraku Tercinta
174 Diary Fania
175 Berdua Di Atap Gedung
176 Hanya Janji
177 Selamat Jalan Nessa
178 I'm Sorry Rudi.
179 Fania Telah Kembali
180 Mengunjungi Pusara Arka
181 Gaun Pengantin Dari Vanessa
182 Dinner Di Rumah Calon Mertua
183 After Dinner
184 Berlatih Mengemudikan Mobil
185 Janda–Perawan
186 Malam Pertunangan
187 Menjenguk Putri Kecil Bella Dan Bastian
188 Membaca Novel
189 Terbakar Gairah Pre-wedding
190 On The Beach
191 Arwah Arumi
192 Malam Terakhir Tidur Bersama Sahabatku
193 Perpisahan Semanis Ayam Kecap
194 Hari Pernikahan (Raja & Ratu Sehari)
195 Berangkat Honeymoon
196 Gugup
197 Gairah Pengantin Baru
198 Suara Minta Tolong
199 Godaan Pelakor
200 Cemburu
201 Nge-Gym
202 Dikunjungi Orang Tua & Mertua
203 Sahabatku Berkunjung
204 Fania Belajar Memasak
205 Aku Hamil?
206 Ratna Adik Rudi?
207 Keluarga Yang Harmonis
208 ENDING NOVEL BUKAN PELAKOR
209 Pengumuman
210 Pengumuman!
Episodes

Updated 210 Episodes

1
Ketika Gosip Itu Datang
2
Perjanjian Rahasia
3
Kepercayaan Itu Kuraih Kembali
4
Jumpa Kembali Masa Lalu
5
Janji Imitasi
6
Saling Amnesia
7
Gosip Tak Kunjung Usai
8
Dekapan Terhangat
9
Musik Piano Masa Lalu
10
Dia Teman Baik Suamiku
11
Kembalinya Sahabatku
12
Di Rumah Dokter Elang
13
Mampir Di Bakso Si Mbah
14
Double Date!
15
Di Giant Restaurant
16
Pesta Ulang Tahun Teman Suamiku
17
Terjebak Berdua Di Dalam Kamar
18
Tamu Tak Diundang
19
Membeli Sebuah Mobil
20
Hari Paling Sial
21
Kembali Ke Taman Bunga Pelangi
22
Hujan Di Bumi Basah Di Hati
23
Jejak Asmara
24
Handphone Suamiku Tertinggal
25
Hantu Di Rumahku
26
Di Pesta Ulang Tahun Nessa
27
Perjanjian Rahasia Itu Terungkap
28
Mengenang Romansa Masa Lalu
29
Happy Anniversary Ke-3
30
Berangkat Ke Puncak
31
Tentang Mantan
32
Mantan Terburuk
33
Di Villa Romantis
34
Antara Aku, Kau, Dan Dia
35
Gagal Lagi Gagal Lagi
36
Dipaksa Bercinta
37
Cinta Yang Salah
38
Hari Terakhir Di Villa
39
Janji
40
Ketika Diriku Mulai Curiga
41
Seribu Alasan
42
Gerimis Melanda Hati
43
Kesempatan Terakhir
44
Tanda Persahabatan
45
Suamiku Dan Wanita Seksi
46
Wanita Penggoda
47
Masa Lalu Suamiku
48
Anakku Sakit
49
Di Rumah Sakit
50
Penolakan Keras
51
Dihajar Orang
52
Semakin Hari Semakin Aneh
53
Dokter Elang Dalam Bentuk Wanita
54
Melabrak Dokter Elang
55
Peringatan Terakhir
56
Saat Hatiku Remuk
57
Skenario Tuhan
58
Tulus Atau Modus
59
CLBK (Cinta Lama Bersemi Kembali)
60
Aku Pulang
61
Kejujuran Dari Hati Terdalam
62
Gadis Alien
63
Suamiku Sahabatku
64
Tak Semua Wanita Mampu Sepertiku
65
Luka Yang Kusembunyikan
66
Maafkan Aku, Ayah ....
67
Calon Imam
68
Apa Dia Cemburu?
69
Sosok Yang Kucari
70
Berubah Pikiran
71
Ayahku Bijaksana Dan Luar Biasa
72
Perjalanan Cinta Baru Dimulai
73
Kontak Baru
74
Dilema Perceraian
75
Tiada Kesempatan Lagi
76
Selamat Tinggal Kenangan
77
Lagu Favorit Gadis Alien
78
Cinta Lama Berusaha Kelar
79
Pertemuan Di Cafe
80
Di Balik Sisi Ceria Fania
81
Sidang Perceraian
82
Have Lunch Together
83
Terbakar Cemburu
84
Bertemu Nessa
85
Egois
86
Kartu Nama
87
Mengandung Unsur Iklan
88
Seluk-Beluk Fania
89
Pernikahan Mantan
90
Kekasih Fania Yang Bengis
91
Dua Mobil Hitam
92
Sahabatku Kembali
93
Lampu Hijau
94
Crazy Shopping
95
Perkelahian Sengit
96
Ada Apa Dengan Fania?
97
Terpaksa Disuapi
98
Dimas Is My First Love
99
Hari Pertama Masuk Kerja
100
Who Is 'Ve'?
101
Hanya Mantan, No More!
102
Jangan Cintai Pacarku
103
Di Balik Pintu
104
Kacamata Hati
105
Rumah Siapa?
106
New House
107
Ingin Masuk Kantor
108
Di Balik Bingkai Foto
109
Gagal Resign
110
Mengunjungi Rumah Baru
111
Mengulang Yang Sempat Tertunda
112
Panggilan 'Sayang'
113
Fania Dan Rudi
114
Pertikaian
115
Memberi Pengertian Kepada Anakku
116
Berangkat Menuju Taman Hiburan
117
Pernyataan Yang Tertunda
118
Penyamaran Terbongkar
119
Status WhatsApp
120
Dilema Itu Menyiksa
121
Dalam Gelap
122
Sekertaris Ve dan Fania
123
Serigala Betina
124
Membela Harga Diri
125
Tragedi Tragis
126
Sebuah Foto
127
Tulisan Hati Fania
128
My Name Is 'Mbah Mar'!
129
Terungkapnya Misteri
130
Kepergok
131
Aku Bukan Pelakor!
132
Pelampiasan Cemburu
133
Mr. R
134
Keluar Dari Lapas
135
Gosip Instagram
136
Pilih Aku Atau Dia!
137
Serangan Bullying
138
Besok Pindah
139
Racauan Ganas
140
Pindah Rumah
141
Makan Bersama
142
Pagi Pertama Di Rumah Baru
143
Siapa Papa Baru?
144
Aku Rapuh Serapuh-rapuhnya
145
Foto Yang Sangat Mirip
146
Alasan Terberat Dimas
147
Pelecehan
148
Kebersamaan Yang Canggung
149
Wajah Yang Mirip
150
Penyesalan Terdalam
151
Terlambat Jatuh Cinta
152
Masa-Masa Memilukan (Cukup Sekali Dikhianati, Tidak Untuk Kedua Kali)
153
Cerita Cinta Nessa
154
Ungkapan Cinta Rudi
155
Don't Watch Me Cry
156
Dia Penasaran Terhadap Fania
157
Terjebak Keputusan
158
Merindukanmu
159
Ibu Rudi Sakit
160
Mengunjungi Ibu Rudi Di Rumah Sakit
161
Makna Tersembunyi
162
Lirik Lagu
163
Hari Ulang Tahunku
164
Hadiah Misterius
165
Singa Betina
166
Arti Persahabatan
167
Jatuh Terkilir Ke Hati
168
Foto Yang Sama (Antara Fania, Pak Wibowo, dan Sekertaris Ve)
169
Tentang Adi & Arumi
170
Di Pantai Kuta
171
Pesawat Terbang Untuk Arka
172
Di Depan Pusara
173
Mengenang Putraku Tercinta
174
Diary Fania
175
Berdua Di Atap Gedung
176
Hanya Janji
177
Selamat Jalan Nessa
178
I'm Sorry Rudi.
179
Fania Telah Kembali
180
Mengunjungi Pusara Arka
181
Gaun Pengantin Dari Vanessa
182
Dinner Di Rumah Calon Mertua
183
After Dinner
184
Berlatih Mengemudikan Mobil
185
Janda–Perawan
186
Malam Pertunangan
187
Menjenguk Putri Kecil Bella Dan Bastian
188
Membaca Novel
189
Terbakar Gairah Pre-wedding
190
On The Beach
191
Arwah Arumi
192
Malam Terakhir Tidur Bersama Sahabatku
193
Perpisahan Semanis Ayam Kecap
194
Hari Pernikahan (Raja & Ratu Sehari)
195
Berangkat Honeymoon
196
Gugup
197
Gairah Pengantin Baru
198
Suara Minta Tolong
199
Godaan Pelakor
200
Cemburu
201
Nge-Gym
202
Dikunjungi Orang Tua & Mertua
203
Sahabatku Berkunjung
204
Fania Belajar Memasak
205
Aku Hamil?
206
Ratna Adik Rudi?
207
Keluarga Yang Harmonis
208
ENDING NOVEL BUKAN PELAKOR
209
Pengumuman
210
Pengumuman!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!