Sontak kubuka mata ini. Kuhentikan permainan piano. Kusapu pandangan sampai seluruh sudut ruangan. Mata ini terpaku pada Nessa. Wanita cantik itu melempar senyum manisnya. Semburat perasaan dosa jelas terasa di dada ini. Maafkan aku, Nessa. Aku hampir lupa, bahwa kamu adalah cinta yang ditakdirkan Tuhan untuk bersamanya.
Rudi berdiri, ditepuknya kedua tangan, diiringi riuh tepuk tangan seluruh pengunjung restoran. Sebuah lagu yang kumainkan hampir selesai, ternyata mampu memukau mereka. Padahal sesungguhnya, sudah lama jari ini tak bermain. Ternyata, cukup membayangkannya, jemari ini mampu bermain sendiri.
Kulangkahkan kaki, bergabung kembali bersama Nessa, Arka, dan Rudi -- yang masih terus menatapku.
"Kamu keren sekali!" ucap Rudi memuji.
"Anda terlalu berlebihan."
"Sungguh."
"Terima kasih."
Nessa menyentuh pundakku, seraya berkata, "Kamu memainkannya dengan penuh penghayatan."
"Ah, benarkah? Kurasa biasa saja."
Dia menarik tangan dari pundakku. "Lagunya bagus. Mengapa kamu memilih lagu ini?"
Aku memandangnya. "Hanya ... tiba-tiba teringat lagu ini."
"Kamu sangat menyukai lagu ini, ya?"
Aku terhenyak. Wajah penasaran Nessa tertangkap di benak ini. "Tidak juga. Aku--"
"Santai saja! Mengapa kamu tampak gugup," ucapnya seraya tersenyum.
Gugup? Apa aku terlihat gugup? Nessa, apa yang sebenarnya kamu pikirkan tentangku.
"Ness?"
"Hm ...."
"Dari mana kamu tahu kalau aku bisa memainkan piano?" Kutatap Nessa dengan wajah serius.
Nessa tersenyum. "Hanya ... menebak saja."
Aku terdiam. Apa mungkin?
"Tadi, saat kita masuk ke sini. Matamu langsung terpikat dengan piano itu. Aku hanya menduga. Jangan-jangan, kamu suka bermain piano."
Apa barusan aku menangkap kebohongan dari bibir Nessa? Lagian, mana mungkin dia bercerita begitu banyak tentangku pada tunangannya sendiri? Rasanya aku kepedean sekali.
"Begitu rupanya," timpalku.
"Oh, ya, Imania. Ngomong-ngomong, lagunya bagus. Romantis," komentar Rudi. "Apa judul lagunya."
"Rivers flow ini you." Nessa menjawab.
Ada banyak teka-teki dengannya. Nessa tak mudah ditebak. Lain kali, aku akan lebih berhati-hati dengannya. Khawatir, masa lalu akan melukis jarak di antara kami.
***
"Terima kasih, sudah mengantar kami. Maaf merepotkan."
Nessa terkekeh. "Santai saja kali, Ima. Ya sudah, aku pergi dulu. Bye ... Imania? Bye, Arka?"
Nessa melajukan mobilnya.
"Hati-hati, Ness!" seruku.
Ada banyak pertanyaan di hati ini mengenai wanita cantik tersebut. Nessa, kadang-kadang dia sangat baik, kadang juga sulit ditebak. Bagaimana pun, diri ini tak ingin mengusik ketenangan hubungan antara mereka. Namun, jika nanti Nessa tahu bahwa aku adalah masa lalu dari kekasihnya. Apa Nessa masih mau berteman denganku?
Hidup memang sulit ditebak. Awal yang indah bisa saja berujung pahit. Dan takdir, aku percaya, bahwa takdir yang digariskan Tuhan, adalah yang terbaik. Tinggal bagaimana kita menerimanya. Persepsi selalu mempengaruhi tindakan. Aku berharap, persepsi Nessa terhadapku baik.
***
Mas Bastian bilang padaku, kalau malam ini akan mengajakku ke pesta ulang tahun temannya. Karena tempatnya yang jauh, kami tidak mengajak Arka. Arka kami titipkan ke rumah mertuaku.
Seperti biasa, kami berkendara menggunakan sepeda motor. Jarak tempuh yang kami lalui sekitar setengah jam. Lumayan jauh menurutku. Pundakku terasa pegal.
Seraya turun dari motor. Ada seseorang memerhatikanku. Aku berpura-pura tak melihatnya. Terkadang diri ini heran. Apa yang menarik dari seorang wanita yang sudah menikah dan memiliki anak? Apa aku tampak berlebihan menilainya? PD sekali, Ima!
Usai memarkir motor, kugandeng lengan mas Bastian. Kami melangkah masuk.
"Ayo, Di. Di mana Nessa?"
"Ada di dalam."
Kami pun memasuki rumah megah ini. Kali ini, aku tampil lebih PD. Mas Bastian yang membelikanku dress warna salem, yang di-design elegan. Kupadu dengan pashmina warna senada.
Tamu-tamu yang hadir tampak ramai. Kami melangkah menghampiri Nessa dan teman-temannya. Nessa cantik sekali malam ini. Ia mengenakan dress warna biru, dengan design glamor. Rambutnya diurai dengan model keriting gantung. Benar-benar sempurna wanita ini. Cukup serasi dengan Dimas.
"Ima, kamu cantik sekali malam ini."
"Justru kamu yang sangat cantik." Aku tersenyum padanya.
Nessa mengalungkan lengannya di lengan Dimas.
"Hai, Bas! Ini istrimu?"
"Kenalin, ini Ima, istriku."
Kuulurkan tangan padanya. "Imania Saraswati."
"Melinda Anwar."
"Dia yang memiliki acara ini, Sayang." Mas Bastian mengingatkan.
Sehingga buru-buru aku memberikan sebuah kado untuknya.
"Oh, selamat ulang tahun," kataku.
"Terima kasih, sudah berkenan datang." Wanita bertubuh langsing, berambut keriting, bercat pirang, dengan wajah Chinese itu mengulum senyum. "Istrimu cantik, Bas."
"Anda terlalu memuji," kataku.
"Tentu saja." Mas Bastian menimpali.
Acara dimulai. Mas Bastian sibuk mengobrol dengan teman lelakinya. Nessa pun sibuk bercakap-cakap dengan teman-temannya.
Mataku tertarik menghampiri seseorang di ujung sana. Kulangkahkan kaki menghampiri wanita cantik dengan dress warna oranye.
"Hai!" sapaku.
Dia menoleh. "Hai!"
"Kita bertemu lagi."
"Iya." Dia tersenyum. Namun, ada rasa canggung ketika ia menatapku. Itu yang tertangkap di otakku.
"Eh, kita belum sempat berkenalan. Aku Imania Saraswati."
"Ah, aku Bella."
Dia sama sekali tak menyebutkan nama lengkapnya. Mengapa tiba-tiba ada sedikit keanehan, ketika aku memperhatikan gesture tubuh dan ekspresinya? Atau, aku yang terlalu mudah menilai seseorang.
"Kamu datang sendiri?"
"Em, iya."
Mengapa pendek sekali. Membuatku bingung ingin berbasa-basi apa.
"Kamu temannya suamiku, ya?"
"I-iya. Aku teman sekantor dengan Mas Bastian."
"Kamu--"
"Nia."
Belum sempat menanyakan lagi. Seorang pengganggu datang menghampiri.
-- BERSAMBUNG --
____________________________________________
Note!
Lagu Rivers Flow In You adalah soundtrack novel ini. Yiruma, seorang pianis dan composer asal Korea Selatan yang lahir pada tanggal 15 Februari 1978 ini karyanya sudah mendunia. Saya yakin sebagian banyak yang sudah tahu karya musik instrumental piano dari Yiruma, kepiawaiannya dalam memainkan piano membawakan lagu-lagu yang indah membuat siapapun yang mendengarnya pasti langsung jatuh hati. Aih, belum tentu juga ya? Kalau yang gak suka musik instrument... kalau saya sih langsung suka dan jatuh hati saat pertama kali mendengarnya.
Lagu ini sangat indah dan lembut. Yiruma memainkannya dengan penuh perasaan. Itulah sebabnya Author memilih lagu ini sebagai SOUNDTRACK NOVEL INI. Author sangat suka lagu ini. Dan juga mengidolakan pianish bernama Yiruma tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 210 Episodes
Comments
rieka
langsung dengerin lagunya & suka bgt
2021-11-06
1
Wirdaningsih R
ada apa dgn bastian.....
2020-10-30
2
Ruskini Yus
bella pacarnya bastian deehh
2020-09-21
2